Home / Rumah Tangga / Suami Licik Istri Cerdik / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Suami Licik Istri Cerdik: Chapter 41 - Chapter 50

58 Chapters

Bab. 41

Kahfi tiba di rumah dengan perasaan tegang. Di sana, sudah duduk menunggu Mama, Sarah, dan kedua orang tua Sarah di ruang tamu yang besar dan mewah. Suasananya terasa begitu dingin, seolah-olah angin dari daerah bersalju berhembus ke setiap sudut ruangan. Kahfi tahu ini akan menjadi momen yang menentukan keputusannya untuk membatalkan pernikahan dengan Sarah pasti akan memicu kemarahan.Saat dia masuk, semua mata tertuju padanya. Kahfi menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang semakin cepat. Dia menyiapkan diri untuk menghadapi gelombang pertanyaan dan penilaian."Kahfi, kami mendengar kabar mengejutkan ini dari Sarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa tiba-tiba membatalkan pernikahan ini?"Suara Bapak Sarah terdengar tegas, tetapi tak sepenuhnya marah. Sebagai seorang pebisnis sukses, dia terbiasa berbicara dengan diplomatis. Kahfi mengangguk, mencoba menjawab dengan tenang meski rasa bersalah menyelimuti dirinya."Pak, Bu, saya mohon maaf karena mengec
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 42

Halimah menghela napas pelan. Pagi ini untuk pertama kalinya setelah dua tahun dia hanya duduk melamun di kamarnya dekat dengan jendela. Dia menghormati permintaan Bayu, rehat dari perusahaan entah untuk berapa lama. Padahal dengan bekerja dia bisa melupakan pikiran-pikiran buruk yang mencoba masuk ke benaknya. 'Aku gak bisa seperti ini, harus ada yang kukerjakan daripada bengong.'Halimah membuka akun sosial media tok-toknya. Mungkin dari sana dia bisa mendapat ide usaha apa kira-kira yang menguntungkan. Halimah takjub melihat akun para owner skin care, kebanyakan dari mereka memamerkan kekayaan yang mereka punya, rumah mewah yang harganya milayaran, atau video jalan-jalan ke luar negeri dengan jet pribadi.'Apa aku ikut jualan skin care aja?' Halimah membatin. Jarinya kembali bergerak melihat vt seorang dokter yang membuka kedok perskincarean. Halimah geleng-geleng kepala, di mana-mana mafi4 selalu ada, sepertinya dia tidak akan cocok berbisnis di sana. Perhatian Halimah teralihka
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 43

Bayu dan Sarah masih duduk di dalam mobil di parkiran klinik. Dia mencoba menenangkan Sarah yang masih terpukul atas insiden di rumah Halimah.“Coba ceritakan, apa sebenarnya yang membuatmu begitu marah pada Halimah?” tanya Bayu, suaranya lembut, mencoba meredakan emosi Sarah.Sarah menghela napas panjang, namun nada suaranya tetap tajam. "Halimah merebut Kahfi dariku. Dia muncul entah dari mana, setelah sebelumnya menolak lamaran Kahfi dan menghilang begitu saja. Putranya meninggal dan dia lenyap dari kehidupan Kahfi, tapi sekarang dia kembali. Kahfi dengan seenaknya membatalkan rencana pernikahan kami dengan alasan sangat mencintai dia!" Sarah geram dan frustrasi mengingat pengakuan Kahfi kemarin.Bayu terdiam, sekarang dia mulai memahami perasaan Halimah dan kenapa wanita itu selalu menjaga jarak darinya. Ternyata Halimah bukan hanya terluka secara emosional setelah kehilangan anaknya, tetapi juga masih memiliki perasaan yang mendalam pada Kahfi, meskipun dia mungkin tak menyadar
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 44

Halimah berdiri di depan klinik tempat Sarah bekerja, dia menghela napas untuk menenangkan debaran jantungnya sebelum melangkah masuk. Meskipun hatinya dipenuhi rasa bersalah, dia tahu bahwa pembicaraan ini harus terjadi. Sarah tidak bisa terus-terusan menggunakan kekuasaannya untuk mengha-ncurkan impian orang lain. Dengan langkah pasti Halimah masuk ke klinik. Setelah berbicara dengan resepsionis, dia diarahkan ke ruang praktek Sarah, meski sebenarnya dia sudah tahu di mana posisinya. Pintu dibuka, Halimah melihat Sarah duduk di belakang meja dengan ekspresi terkejut melihat kedatangannya. Mungkin Sarah tidak mengira dia berani datang setelah kekisruhan yang terjadi."Ngapain kamu ke sini?" Suara Sarah penuh dengan kemarahan terpendam, tatapannya menajam ke arah Halimah.Halimah duduk tanpa diundang di depan Sarah dan menatap wanita itu dengan tenang. "Aku datang untuk bertanya, Sarah. Apa yang kamu dapatkan dengan menghancurkan kerja sama antara perusahaan Ayahmu dan Yayasan Citr
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 45

Pagi itu, udara di rumah Halimah terasa berbeda. Dia baru saja selesai sarapan ketika tiba-tiba Faris dan Andar, kedua saudara tirinya datang berkunjung. Ini hal yang jarang terjadi, karena biasanya mereka berkunjung dalam rangka urusan keluarga atau acara tertentu, dan pagi ini tidak ada jadwal apa pun yang Halimah ingat. Lebih aneh lagi, kedua istri mereka, Ratna dan Sinta, ikut serta dengan membawa kantong belanjaan penuh makanan."Kalian kok bawa makanan sebanyak ini? Ada acara apa, sih?" tanya Halimah penasaran. Dia mengikuti langkah mereka semua ke ruang tamu.Ratna tersenyum penuh misteri, sementara Sinta membawa kantong-kantong belanjaan itu lalu mengeluarkan di meja dapur sekalian merapikan meja makan."Ah, nanti juga tahu. Pokoknya ada orang penting yang mau datang," jawab Ratna santai sambil terus sibuk di dapur.Hal ini membuat Halimah semakin bingung. "Mas, ada apa? Kok misterius gitu sih?" Dia bertanya ke Faris yang sedang menscroll di layar ponselnya."Gak ada apa-apa,
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 46

"Nanti pulang jam berapa?" Aku melirik Kahfi yang baru keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil."Belum tahu, belakangan ini pasienku membludak. Bukan hanya di rumah sakit, tapi juga di klinik."Aku menghela napas panjang. Enam tahun sudah umur pernikahannya denganKahfi, tidak ada yang berubah kecuali lelaki itu semakin sibuk bekerja."Akhir-akhir ini kamu jarang di rumah, kalau pun pulang selalu tengah malam. Aku ... aku kesepian," lir1hku sembari menunduk. Aku merem4s jilbab agar nyeri yang perlahan merayap di dada tak sampai memanaskan mata.Terdengar helaan napas dari Kahfi. Meski begitu dia tak berusaha mendekat. Tangannya sigap mengenakan pakaian yang aku siapkan di atas bufet."Mas, kamu dengar nggak aku ngomong apa?" Lagi, aku bertanya, kali ini menatap Kahfi dengan mata berkaca-kaca. Bukan sekali ini lelaki itu mengabaikan keluhanku."Halimah, aku kerja buat kamu, buat masa depan kita. Aku seorang dokter, sudah disumpah untuk melayani pas
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 47

Gemetar jemariku saat mengecek ulang alamat yang tampil di peta. Penyangkalan demi penyangkalan terus aku gaungkan di benak berharap tebakanku salah. Aku bahkan mencocokkan dengan alamat yang dikirim ke whatsappku beberapa tahun yang lalu saat diminta berkunjung. Apakah Kahfi masih intens berhubungan dengan wanita itu? Napasku seakan tersendat saat melihat kedua alamat itu cocok. Rumah yang sering didatangi Kahfi milik Sarah, mantan tunangannya dulu. Aku ingat terakhir kali bertemu dengan wanita itu saat syukuran tujuh bulan kehamilannya tiga tahun yang lalu. Jujur saja, kala Sarah menikahi seorang pengusaha membuatku lega. Meski tak mengatakan, tetapi aku bisa melihat cinta untuk Kahfi tak surut dari hati Sarah. Aku tak perlu mencari tahu, dari cara dia menatap, bahasa tubuh, dan suaranya sudah menjelaskan isi hatinya. Dua tahun pertama pernikahanku dab Kahfi rasa khawatir tak berhenti mendera dada, apalagi Kahfi dan Sarah bertugas di rumah sakit yang sama. Namun, Kahfi meredam cemb
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 48

Tiiiiiiin!Mataku berkedip, suara klakson kendaraan di belakang mobil menyadarkan kalau ada masih duduk di mobil. Hanyut dengan pikiran sendiri hingga tak menyadari lampu merah sudah berganti hijau. Gegas kuinjak pedal gas lalu berbelok dengan niat menghampiri Kahfi. Aku tidak ingin terus-menerus didera prasangka, Kahfi harus menjernihkan keruh di hatiku. Namun, untuk masuk ke restoran tadi aku harus memutar terlebih dahulu. Kutambah kecepatan mobil agar tak kehilangan jejak, tetapi sepertinya terlambat. Kahfi dan Sarah tidak terlihat lagi.'Apa aku salah mengenali orang? Rasanya tidak mungkin. Mataku masih sangat awas. Kuputuskan menghubungi Kahfi sambil memelankan laju kendaraan, berputar-putar di tempat parkir. Mataku liar mengawasi berharap melihat sosok Kahfi lagi. Aku melempar ponsel ke atas dashboard dengan kesal yang bertumpuk-tumpuk setelah lima kali panggilan tidak dijawab. 'Kahfi, apa sebenarnya yang sedang kamu sembunyikan!' Aku bergumam sambil memukul setir mobil untuk
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 49

"Kami sudah bercerai sejak satu tahun yang lalu ....""Iyakah?" Aku tak bisa menutupi rasa kaget mengetahui Sarah dan suaminya tidak bersama lagi. Kabar itu semakin membuat jantungku berdegup sangat kencang. "Sayang, sekali .... ehm, maksudku kalian sudah punya anak. Apa nggak bisa dijadikan alasan untuk bertahan?"Ekspresi Arman berubah, rahangnya mengeras seperti ada sesuatu yang membuatnya kesal. Tentu saja aku menjadi salah tingkah. Dasar mulut! Harusnya mendengarkan saja, tak perlu memberi komentar."Ehm, maaf, saya nggak bermaksud ....""It's oke. Saya sudah tidak terganggu lagi dengan perceraian itu. Justru merasa lega, sebab tahu cinta sebesar apa pun tak akan membuat orang yang belum selesai dengan masa lalunya balik mencintai kita.""Maksudnya?" Arman menggeleng. Dia tersenyum tipis menatapku. "Lalu bagaimana dengan Anda sendiri?" "Saya?" Aku menunjuk wajah dengan jari telunjuk. "Saya baik-baik saja.""Masih bersama Kahfi?""Tentu saja, memangnya kenapa?" Aku sedikit kesal
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab. 50

"Mbak, aku nanya, untuk apa beli diapers sementara tidak ada anak kecil di rumah?" Aku mulai kesal karena Mbak Sukma tak kunjung menjawab pertanyaanku. Prasangka buruk kembali bercokol di benak. Apa Kahfi menikah diam-diam lalu memiliki anak? Tidak, gegas kuhalau hasutan ses4t itu. Sepertinya aku sudah mulai gil4 akibat fyp tok-tokku semua tentang perselingkuhan. Tak mungkin Kahfi tega menusvkku dari belakang. "Maaf, Non, tapi Non jangan marah. Nanti jangan bilang kalau saya yang ngomong." "Ya, udah, cepat bilang." Aku semakin gregetan karena bahasa tubuh Mbak Sukma terlihat gelisah. Apa ada yang disembunyikan di rumah mama mertuaku? "Mbak!" Aku mendesak lagi. Mbak Sukma meringis sambil memilin jarinya satu sama lain. "Anu, Non, sebenarnya diapers ini milik Non Tiara." Dahiku berkerut. "Tiara?" Mbak Sukma mengangguk pelan. "Non Tiara anak Non Sarah. Dia sering dititipkan di rumah Nyonya Citra." Kepalaku seperti dihant4m godam besi. Jadi, Sarah sering ke rumah Mama Cit
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status