Semua Bab Istri Perawan Disangka Janda: Bab 21 - Bab 30

45 Bab

Bab 21

Berpapasan dengan ibu yang membawa baki berisi cangkir kopi di tatakan. Shanumi ke dapur untuk minum air hangat seperti biasa kala bangun tidur. “Ngapain dia ke sini, Buk?” tanya Shanumi. Ibunya gagal pergi, mundur lagi dan duduk manis di kursi, meletak baki sejenak di meja. “Lha itu, kurang tahu. Tadi waktu aku matiin lampu luar, pas dia datang. Dia bilang nganter uang tambahan katering, mamanya puas banget, dikata masakan kita enak-enak dan ludes. Tapi habis itu nggak pamit. Malah izin mau ketemu kamu. Katanya udah kirim pesan ke hape-mu. Aku tawarin kopi, mau…,” ucap Siti Arumi bingung. “Eh, Shan. Dia kirim pesen ke kamu, dari siapa dapat nomormu? Kalian sudah ngobrol?” Ibunya kian bingung. Tidak mungkin Daehan dapat nomor dari mamanya, sebab si bestie mana tahu-menahu nomor anak gadisnya. “Iya, Buk. Semalam kami ngobrol bareng.” Shanumi tidak ingin ibunya pening untuk hal yang seharusnya tidak penting. “Erick nggak marah, Daehan kamu kasih nomor?” ibunya kian kepo. “Nggak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 22

Senyum sipu di wajah cantik itu terus terlihat selama melipat rapi dan menyimpan kain-kain hibah dari mantan bestie ibunya di alamari. Meski hanya berupa pakaian dalam atas dan bawah serta lingerie dua set, Shanumi tahu harga totalnya hingga jutaan rupiah sebab label brand-nya yang tertera. Pukul lima pagi tepat, Shanumi keluar dari kamar. Berpenampilan rapi dengan tas di pundak. Menuju dapur yang sudah ada ibunya menunggu di meja makan.“Ini, sudah tak ambilkan nasi, hampir dingin, Shan.” sambut ibunya sambil menyodorkan sepiring nasi putih.“Tahun ini, Mbak Hanum nggak pulang, Buk?” tanya Shanumi sambil mengisi lauk dan sayur ke piring.“Nggak tahu. Takut tak carikan suami kayaknya, Shan.” Siti Arumi memandang Shanumi sambil tersenyum kecut.“Kamu, kalo mau nikah, nikah saja. Mbakmu nggak bisa ditunggu. Nggak ingat pulang. Udah lima tahun … nggak kangen apa sama kita,” keluh ibunya lagi. Kini wajah menuju senja tetapi masih menarik itu berubah sedih.“Masih trauma, Buk. Jangan diom
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 23

Tap Tap TapShanumi meniti tangga sedikit cepat. Tahu jika yang menunggu adalah pria super sibuk dan tidak sabaran.“Mbak, katanya suruh cepetan dikit. Dia ada urusan penting. Tapi ketemu samamu juga penting katanya, Mbaak!” seru Dena agak keras. Gadis manis itu berdiri di dekat meja kasir samping tangga. Menengadah ke atas. Padahal Syanumi sudah hampir mencapai puncaknya.“Iya, Den!” sahut Shanumi agak keras. Berubah haluan seketika, niat merapikan diri sebentar di atas pun urung. Segera berbalik badan dan kembali turun.Di kafe bagian luar, Daehan tidak bisa duduk tenang. Berpikir apa yang akan dia lakukan andai Shanumi tidak keluar. Namun, perempuan bercelana jins navy dengan kemeja merah cherry yang cerah sedang berjalan cepat menghampiri mejanya. Daehan menahan napas menyambut dengan mata elangnya.“Hei, pengunjung, selamat siang. Ingin pesan apa saja? Boleh juga dibungkus dan itu lebih bagus,” sapa Shanumi setelah berdiri di samping Daehan. “Apa kafemu sepi? Pemaksaan sekali
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 24

Berpikir jika lelaki yang dia abaikan pasti kembali datang, ternyata salah terka. Hingga hari kedua, jangankan sosoknya, sekilas kabar pesan pun tidak ada. Bahkan bagaimana respon yang makanan diantar kurir, tidak ada protes dan amuknya. Ke mana dia, Shanumi bertanya-tanya. “Mbak, ntar malam jadi jenguk Yena, nggak?” tanya Mila saat membawa uang dan bon meja. “Iya, jadi. Kalian pulang dulu, mandi dan ganti baju. Soalnya jenguk orang.” Shanumi sambil menghitung uang kembalian. “Iya, Mbak,” sahut Mila sambil menerima uang kembalian dan pergi.Semalam, Yena memberi kabar jika dirinya keguguran. Tidak serius, sebab kandungannya dinyatakan bersih tanpa perlu ada tindakan kuret. Hanya dokter menganjurkan istirahat setidaknya tiga hari. “Mbak, ada yang nyari. Jaket hitam pakai kaca mata. Duduk di meja dua puluh!” ujar Dena saat berlalu. Membawa setumpuk piring kotor. Shanumi meletak uang kembali. Tidak jadi dihitung olehnya. Siapa? Daehan? Mungkin….Bergegas turun kursi dengan buru-buru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 25

Shanumi yang diam seolah beku ditempat, tambah jantungan kala Daehan berjalan mendekat. Memicing mata dengan rahang mengeras, melewati Intana sedikit dan berhenti. “Siapa yang menyuruhmu datang ke sini?” tanyanya dingin. Membuat Shanumi kian kaku dan serasa tak bermuka. “Aku… mengantar sarapan pagimu. Seperti yang pernah kamu minta waktu itu.” Shanumi melawan gentar dan gemetar suaranya. Berdebar menunggu reaksi Daehan. Dua alis tebal lelaki itu sedang bertautan sekilas. “Sudah kubilang, tidak butuh. Sudah aku pesankan sendiri. Oh, bicaramu pada calon suamiku seperti pada teman. Sejak kapan berani sok akrab dengannya?” tanya Intana menyela sengit. Shanumi menarik napas beberapa kali dengan cepat. “Aku tidak sok akrab. Hanya terbawa cara Mas Erick bicara dengan Mas Daehan,” sahut Shanumi nekat. Ingin menunjuk sedikit power pada Intana. Juga merasa lega, Daehan diam saja dan tidak mencelanya. “Alasan. Jika tidak ada Mas Erick denganmu, tahu dirilah sedikit. Siapa yang sedang kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 26

Shanumi sedang menerima telepon di balkon apartemen selesai mencuci piring dan perkakas kotor di wastafel. Menumpu siku di pagar besi pengaman dengan pandangan yang jauh. Baru ditutupnya perbincangan saat Daehan tiba-tiba datang dan berdiri di sebelah. “Mau ke mana?” tanya Shanumi. Daehan terlihat rapi dengn kemeja biru muda tanpa jas dan dasi. Mengenakan celana hitam yang membuatnya kian terlihat gagah. “Aku akan menemui seseorang, ada hal penting yang harus kami bicarakan,” ucap Daehan, juga dengan memandang jauh ke depan. "Siapa yang nelpon?" tanya Daehan menoleh Shanumi."Erick ... dia kata ingin singgah di kafe. Namun, tidak tahu lagi kapan tepatnya." Shanumi menjelaskan."Apa dia di Surabaya? Dia pasti senang, sudah tahu alamatmu." Daehan menatap jauh ke awan putih di depan. Mengingat jika Erick sempat mengeluh sedang mencari seorang gadis. Rupanya yang dicari adalah gadis yang sempat membuat Daehan merasa sungguh apes dan naas yang fatal.Shanumi terdiam, menduga dengan sia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Bab 27

“Mau ke mana, Mbak?” tanya Mila saat bos kafe turun tangga membawa harum yang semerbak. “Ke rumah Yena sebentar, Mil.” Shanumi sumringah dan cerah. “Udah malem, Mbak.” Mila melongok jam dinding, pukul delapan malam. “Iya, nunggu hujan reda sih. Paling di sana bentar saja. Takut kejebak hujan jika turun lagi,” ucap Shanumi sambil berjalan ke belakang. Mengambil segunung parcel buah dan sekotak paket delivery kafe. Telah disiapkan untuk Yena dengan hati bahagia. Seminggu lebih tak bertemu membuat hatinya sangat rindu. Terlebih sedang ada hal gembira yang akan dia kabarkan. Shanumi berjalan ke depan lagi sambil salam sekilas pada anak kafe yang dijumpa terlebih pada Mila. Anak kafe selain Yena yang coba dia percaya. Terlihat cerdas dan jujur juga satu-satunya hijaber di antara anak kafe. Berharap penampilan luar seiring baiknya dengan kepribadian luar dalam. Selebihnya, Shanumi pasrahkan kepada yang di atas. Juga pada CCTV kafe yang belakangan dipasangnya.Blak! “Shanumi!”Bunyi p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Bab 28

Shanum merasa lega, suara riuh yang membuat merinding tetapi bukan seram telah redam perlahan dan sama sekali menghilang. Hanya deras jatuh hujan yang kembali menerobos ke gendang telinga. Keinginan untuk kembali tidur, nyatanya gagal total. Suara membuka pintu membuat Shanumi cepat memejamkan mata dan tidur pura-pura. Hingga lama, Yena tidak juga kembali menyusul. Berharap tidak usah, sebab perasaan jadi tidak nyaman. Mungkin Yena atau suami atau juga keduanya hanya pergi ke kamar mandi di belakang. Shanumi berusaha keras untuk santai dan tidur. Namun, Shanumi kembali tegang dan berdebar di pembaringan. Suara parau Yena kembali mengudara. Kian lama kian heboh. Mereka kembali berassyik massyuk di kamar sebelah dan mungkin sedang lupa di daratan, menganggap tengah berlayar seru di lautan. Atau lupa sedang berada di rumah tanpa kedap suara dan menganggap di stadion sepak bola Gelora Bung Tomo Surabaya yang bebas semaunya. “Aduh,” keluh Shanumi merasa sangat tidak nyaman. Menutup teli
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 29

“Aku ingin melihatmu.” Meski Daehan tidak berbuat apa pun dan Shanumi masih berselimut. Ucapan lelaki itu seperti menunjuk jika dia sudah berbuat lebih dari apa yang dikatakan. “Tidak sopan, emang aku cewek apaan?!” sembur Shanumi sengit dengan mata kian melotot. Daehan menahan tawa. Sikap Shanumi yang galak justru membuat gemas. Mata indah lebarnya juga membuat sangat cantik. Lagi-lagi jadi pemicu jiwa lelakinya bergolak hebat. “Kamu itu bukan cewek lagi. Tapi istri, Shanumi!” Daehan mendekati. Sudah sangat memahami, terlihat sengit sebegitu saja. Selebihnya, Daehan yakin akan mudah membuat luluh. “Istri, istri siapa aku?” tanya Shanumi mencemooh. Lelah raga dan hawa dingin seolah menguap, bertukar rasa tegang menghadapi Daehan. “Emang ada lelaki lain yang sudah mengawinimu selainku?” tanya Daehan sambil tertawa santai. Tidak sebanding dengan Shanumi yang berapi. “Emang nggak ada selainmu. Tapi nanti akan ada. Kita sudah putus. Nikahan hanya status rahasia di KUA. Selebihnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 30

Yang dia yakini tidak salah, bukan susah membuat luluh Shanumi di depannya. Yang mula menolak keberatan, kini pasrah dengan tampilan menakjubkan. Mengingat selama ini tidak berbuat hal-hal melanggar bersama Erick, bahkan sempat dibanggakan pria itu di depan orang, kini Daehan merasa puas telah membuat Shanumi tanpa busana karenanya. Jiwa pongah sebagai lelaki sedang membahana. “Bagaimana perasaanmu…?” tanya Daehan parau. Menghentikan segala gerak cumbuann. Setelah lama terlena kini kepo akan perasaan gadis yang telah dibuatnya tak berdaya. “Aku tidak tahu…,” sahut Shanum tercekat menahan malu. Berpaling wajah ke samping dengan cepat, menyimpan rona pias dan memerah di kulit cerahnya. Daehan yang menindih pun mengambil wajah itu dan mereka saling pandang. “Ini yang pertama bagimu?” tanya Daehan sayu dengan napas yang ditahan. “Kalo bukan yang pertama, emang aku pernah melakukan seperti ini dengan siapa?” sahut Shanumi dengan membantah biasanya, tetapi dengan nada yang berbeda, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status