“Asih, bangun nak!” Sekti memeluk Asih, mengusap pelan pipi anaknya. Namun darah terus keluar dari pergelangan tangan Asih, luka sayatan pisau menganga layaknya sebuah sumber air berwarna merah. Asih sudah sering melakukan percobaan bunuh diri, bahkan ia terlihat seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Lebih mengerikan daripada saat ia menggila merindukan kekasih.Sekti kemudian menyobek kain hitam yang melekat pada baju bawahannya, secepat kilat membalut luka Asih dengan kain tersebut, mulut berkomat kamit, mata terpejam, sebuah kalimat kuno terlempar dari bibir lelaki tua, lalu wusss,... Keajaiban terjadi, darah itu seolah meliuk-liuk seperti cacing hidup, bergerak masuk secara teratur menuju kain hitam, bak tersedot ke dalam sayatan luka.“Tuk! Tuk!”Ketukan kecil mengganggu suasana, irama yang bisa membuat seorang Kepala Suku Tilar memiliki perasaan was-was. Tapi Sekti mencoba tetap terfokus pada kondisi Asih, ia memiringkan wajah, memastikan keadaan anaknya yang telah pulas tertid
Terakhir Diperbarui : 2024-12-05 Baca selengkapnya