Share

Bab 6

Author: Hallomonday
last update Last Updated: 2024-12-13 16:07:54

“Tunggu! kau salah paham, aku tidak ingin berseteru, aku hanya ingin meminta tolong!”

“Tapi aku tidak ingin menolongmu, bagaimana jika kau saja yang menolongku agar bisa naik jabatan?” balas Viscount Erick, ia hanya perlu menyingkirkan Sekti dan melaporkan bukti bahwa Sekti memiliki Ilmu sesat, maka otomatis Raja akan menaikan statusnya, bisa jadi lebih tinggi dari Mahesa.

“Tembak!” Viscount Erick melepeh batang rokok yang tersisa di mulutnya, menaikan satu kakinya di atas kursi agar bisa memfokuskan diri jika ada gagak putih yang datang. Ia telah mempelajari saat prajurit masa lampau menembak burung-burung itu untuk melumpuhkan musuh.

Satu buah peluru mendarat tepat di dada kiri Sekti, dia tersungkur namun ia masih punya kekuatan untuk menahan. Sekti sudah cukup bersabar selama ini, dia tak pernah memberi perlawanan ataupun memberontak, ia telah membiarkan harga dirinya terinjak-injak demi putrinya yang begitu mencintai semua tentang Kerajaan Naverre dan Mahesa. Ia tidak ingin Suku Tilar terpecah belah, ia tidak ingin mendapat julukan sesat karena memiliki ilmu leluhur. Dia tidak ingin ada pertumpahan darah seperti kisah yang dulu. Tapi dia juga tidak boleh mati, dia memiliki Asih, dia tak bisa membiarkan anaknya sendirian.

“Kau menghadapi orang yang salah!” seru Sekti dengan tangan berlumur darah. “Kau tidak tahu betapa mengerikan orang yang kau hadapi ini!” tambahnya, meraung seperti singa membuat keberanian dari sebagian para penembak burung itu melemah. Viscount Erick Pun sadar bahwa jari-jari tangannya mulai bergetar.

Siapa yang tidak tahu tentang cerita itu, cerita tabu yang meski sudah berabad-abad lamanya terjadi namun masih menjadi cerita favorite di kalangan rakyat Naverre. Cerita berkelanjutan dari sebelum orang-orang kerajaan memenangkan pertempuran.

Saat pertama kali orang-orang kerajaan datang ke pulau terpencil dan terusir dengan kematian yang mengenaskan oleh suku asli, pulang dengan tubuh tanpa kepala, mengarungi bentangan lautan hingga sampai ke rumah mereka sendiri, menemui sanak-keluarga tanpa nyawa. Saat itu pula jerit-tangis-histeris bersaut-sautan terdengar dari setiap rumah. Banyak wanita yang menjadi janda dan banyak pula anak-anak mereka yang tak ber-bapak lagi.

Amarah Raja Naverre memuncak ketika berita buruk itu sampai ke telinganya, dia melempar gelas kaca yang ia genggam, menghancurkan beberapa botol anggur dan piring-piring emasnya, mengobrak-abrik seisi kastil. Bahkan ia hampir membunuh orang-orang yang ada di sampingnya, tak terkecuali Sang Ratu yang akhirnya memiliki luka cacat di wajahnya.

Raja menjadi gila karena merasa dipermalukan di depan dunia dan rakyatnya sendiri. Raja pun terus memerintahkan prajuritnya datang lagi dan lagi. Tapi naasnya kejadian yang sama kembali terulang.

Bagaimana bisa tubuh tanpa jiwa dan kepala berjalan pulang sendiri? Itu yang selalu dipertanyakan oleh orang-orang kerajaan. Walaupun sekarang mereka telah berhasil menaklukan Suku Tilar namun mereka masih merasa dihantui oleh ketakutan sihir-sihir misterius yang nyaris melenyapkan seluruh laki-laki di Kerajaan Naverre kala itu.

“Tembak lagi!” Viscount Erick kembali berteriak dengan suara bergetar ketika melihat darah yang berserakan seolah tersedot kembali ke dalam luka tembak di dada Sekti. Hal yang begitu tak masuk akal.

Tembakan bertubi-tubi berhasil membanjiri tubuh Sekti, namun setiap kali peluru itu menyentuh kulit Sekti, peluru itu terpental, jatuh. Bahkan ada yang hancur sebelum mengenai tubuh dari Kepala Suku Tilar itu. “Aku belum menggunakan kekuatanku!” ujar Sekti. Ia memejamkan matanya, Sedikit menggerakan bibirnya lalu wusss, ia meniup halus telapak tangannya dan perlahan mengepalkan jari-jarinya.

“Ahhhh!” rintihan bergantian dari prajurit membuat Viscount Erick kebingungan. Mereka sama-sama memegang leher dan serentak menjatuhkan senjata api yang mereka genggam, seolah tercekik hebat, dan tak sedikit juga yang kehilangan nafas.

“Fokus kalian, jangan sampai kalian tersihir, ayo temukan burung itu!” Teriak Viscount Erick mencoba menenangkan prajuritnya tapi sayang sepertinya rasa sakit telah membuat mereka tuli.

“Aku baru menggunakan seperempat dari kekuatanku! Tapi yakinlah, meski hanya seperempat namun itu sudah cukup untuk memisahkan kepala dari tubuh mereka!”

Tepat seperti ucapan Sekti, salah satu kepala dari penembak itu putus, bergelundung menuju Viscount Erick dan berhenti saat mengenai ujung jari kakinya. Darah tercecer seperti sebuah jejak dari kepala.

Viscount Erick seketika tersentak, tubuhnya menjadi lemas hingga terjatuh, ia muntah berkali-kali melihat kedua mata yang hampir keluar dan juga lidah yang menjulur panjang . Beginilah cara mereka membunuh nenek moyangnya di zaman dahulu, ia merasakan sendiri atmosfer mencekam bahkan udara yang berputar di ruang itu juga mematikan. “Kau iblis!” ucap Erick terengah-engah sambil menyeret tubuhnya menjauh dari kepala itu.

“Tenang, kau juga akan merasakannya!”

Empat sampai lima kepala kembali terputus, lalu bergelundung tak tentu arah.

Rasa takut kini benar-benar menggerogoti Viscount Erick, ia kesulitan untuk lari bahkan untuk membuka pintu yang ia kunci pun menjadi hal yang mustahil saat ini.

Sekti tertawa nyaring, melihat tingkah gelagapan dari orang-orang kerajaan. Matanya kini berubah merah dengan pupil hitamnya yang mengecil. Jiwa gagak putih berhasil menyatu sempurna pada tubuh Sekti.

“Ahhhhhhh” Viscount Erick mendongak, seolah ada yang mencengkram dagunya lalu turun, mencekik leher dengan cepat. “Le-lepas! amm-puni ak-ku!” pintanya dengan tergagap kehabisan nafas.

“Lihat dan perhatikan baik-baik!” balas Sekti tanpa memperdulikan rintihan Viscount Erick. Ia malah memperlihatkan ketika kepala pemburu burung yang tersisa itu serentak jatuh dan hanya Erick yang kini memiliki tubuh utuh.

Viscount Erick menggeliat, menangis, berguling diantara darah-darah yang mengucur deras dari pangkal leher prajuritnya yang kepalanya telah terpotong habis. Rasa sakit menjadi semakin intens dan tak berjeda. Kini bukan hanya lehernya yang akan putus, kulit diseluruh tubuhnya juga seperti tersayat-sayat. “Aku akan mengakhiri penderitaanmu!” ucap Sekti dengan nada puas.

Sedikit lagi, hanya tinggal satu langkah lagi Sekti akan berhasil memusnahkan semua penjajah, ia nyaris berhasil, tapi tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi, membuatnya terpaku dan kehilangan keseimbangan, kekuatannya menjadi tak beraturan. Ada sesuatu yang memukul bagian belakang kepalanya dengan keras. Tapi itu mustahil, ia berada dalam pusaran panas, yang mencoba menyentuhnya pasti akan hangus.

Burung! Sekti baru menyadarinya, burung gagak putih miliknya telah ditemukan orang lain.

Tapi sialnya sebelum Sekti tahu siapa orang itu ia telah terlebih dahulu kehilangan kesadaran.

Disaat Sekti dan Viscount Erick sama-sama kehilangan kesadaran, ada sebuah wajah baru yang datang dengan mudah berhasil membuka pintu dari arah luar. Seseorang itu mencengkram seekor burung di tangan kirinya, menekan bagian kepala burung itu terus-menerus seperti takut jika pemilik aslinya bangun.

Meski begitu Ia datang dengan perasaan gembira, sembari tertawa lirih menikmati bau anyir darah yang sudah lama ia nantikan. Darah yang tumpah dari orang-orang berkulit pucat.

Related chapters

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 7

    Asih berjalan memasuki ruang kematian yang lantainya dibanjiri cairan berwarna merah segar, mayat tanpa kepala tergeletak tak beraturan. Semuanya berlumuran darah kental, anyir sekaligus busuk, udara panas di dalam ruangan menyumbat hidung. Ia sontak menutup rapat alat pernapasannya, linglung juga ketakutan, tanpa pikir panjang Asih mencoba keluar kembali. Sayangnya pintu mendadak terkunci “Tolong! tolong!” Asih memukul-mukul pintu, menahan diri dari rasa mual. “Buka pintunya, tolong aku!” Sekali lagi, Asih mengerang sambil terisak. Gaun putih miliknya nyaris tak terlihat bersih, sebab setiap kali ia bergerak, percikan darah akan mengenai dirinya. Asih kemudian mengangkat kedua tangan, memperhatikan telapak tangannya dengan seksama, ada noda darah, merambat melalui jari-jari, melabur seluruh tubuh sampai ke wajahnya. “Aaaaaaaaaaaaa” teriakan histeris, ia meringkuk di balik pintu berharap ada seseorang yang akan menolong. Tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu, seperti b

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jiwa Yang Tertukar   bab 8

    “Jaya! bagaimana caraku terhubung dengannya!” Asih memekik sendirian, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari sebuah vas bunga, tempat dimana suara Jaya muncul bersamaan dengan api kecil seperti kemarin. Pikirannya campur aduk, mimpi buruk yang menyeramkan membuat batin nya tak tenang. “Apa yang terjadi pada bapak! Apa dia dalam bahaya! Tidak! Ini salah, tak seharusnya kubiarkan bapak sendirian.” Begitu bunyi otaknya, selalu memberi pertanyaan yang sama. Tidak ada! Vas itu menghilang. Asih kelabakan untuk sesaat, sebelum Marry kembali datang membawa beberapa orang termasuk dokter dan perawatnya. “Putri Adaline, dokter telah datang” Marry kembali menutup pintu, mempersilahkan orang-orang yang mereka panggil ahli medis untuk memeriksa tubuh Adaline. “Apa yang anda rasakan, Yang mulia?” tanya dokter itu saat menempelkan dua jari tangannya untuk mengecek detak nadi. “Anda berdebar, dan berkeringat dingin. Mungkinkah ada bagian lain yang terasa sakit?” Tambah dokter itu lagi.

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 9

    Adaline membalikan badan, bulu kuduknya berdiri. "Ada apa, Tuan Putri?" Marry bertanya, mengintip ke arah yang sama. "Tidak ada! Hanya Pangeran Louise," jawab Adaline dengan nada kesal. Marry mendekat. "Maksud Tuan Putri, anda terganggu karena Pangeran Louis sedang memperhatikan Anda?" Adaline mengedipkan mata. "Ya, dan aku sangat tidak suka itu!" Pria yang saat ini banyak diperbincangkan oleh kaum hawa. Potretnya selalu menduduki berita utama di surat kabar. Bukan hanya karena kelebihan fisiknya, tapi juga karena kepiawaiannya dalam menggantikan peran ayahnya dalam hal mengambil banyak keputusan. Dia mampu menstabilkan ekonomi kerajaan yang akhir-akhir ini sedang berada pada kondisi kurang menguntungkan. Para gadis menjadikan dia sebagai idola, dan para wanita bersuami sering kali menjadikan dia sebagai fantasi liar. Marry kembali kebingungan dengan tingkah laku aneh dari Adaline. “Yang Mulia, bukankah anda sangat mencintai Pangeran Louise? Kenapa berkata seolah anda membencin

    Last Updated : 2024-12-22
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 10

    "Yang Mulia," sapa Lucas,memberi hormat dengan membungkuk. Lucas langsung menghentikan obrolannya dengan seorang prajurit begitu melihat Louise datang. "Apa yang membawa Anda ke sini?" Louise tak menghiraukan, malah memfokuskan pandangannya pada Adaline yang berada balkon kastil, bahkan setelah gadis itu berpaling dia masih memandangi punggungnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. Banyak hal rupanya yang membuat Louise penasaran, dibalik penampilan Adaline yang berantakan menyimpan sebuah teka-teki. Ada gejolak yang membara ketika melihat Adaline tersenyum pada Lucas.”Sekali penggoda tetaplah penggoda!” Gumam Louise lirih lalu berjalan pergi dengan kudanya. Louise selalu beranggapan bahwa Adaline hanyalah seorang mata-mata yang dikirim oleh keluarga Duke. Dia tak lebih dari seolah wanita penggoda yang mengobarkan diri untuk mendapat informasi. “Ssttttt” Tarikan tali kuda yang cepat cukup membahayakan. Kuda itu langsung bereaksi, mengangkat kepala dan telinga dan berhenti secara m

    Last Updated : 2024-12-24
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 11

    Marry dengan lembut mengambil lotion dan parfume, lalu mengoleskannya pada kulit Adaline. “ Ini adalah aroma kesukaan anda, Yang Mulia. Di ekstrak dari bunga Freesia yang langka. Saya harap aroma ini akan membangkitkan ingatan anda,”“Sepertinya kau tak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri.” Asih merasa tak nyaman, ia berusaha terus menghindar saat Marry menyentuh kulit Adaline. “Tidak, Yang Mulia. Saya sudah lama melayani anda, dan ini adalah hal biasa. Lagipula seorang Putri Mahkota tidak diperbolehkan melakukan segala sesuatu sendirian. Mandi maupun berganti baju harus dibantu oleh pelayan.”“Tapi…”“Saya sudah seperti bayangan anda, jadi percayalah…”Asih menyunggingkan bibirnya lalu membiarkan Marry melakukan tugasnya, walaupun terasa sedikit geli saat mengoleskan lotion itu.Bulan terbenam dalam kegelapan, setengah cahayanya di lahab kabut tebal. Disusul dengan angin dari arah barat yang kemudian datang menyapa, kedua tangannya menabur serbuk sari yang ia curi dari ribuan bung

    Last Updated : 2024-12-31
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 12

    Cermin memantulkan keindahan paras Adaline, Rambut indahnya ditata sedemikian rupa oleh Marry, bibirnya mengatup, pewarna merah yang dioleskan oleh Marry memberikan kesan sensual. “Apa biasanya aku berdandan seperti ini?”“Iya, Yang Mulia,” Jawab Marry mengangguk. “Baiklah, lanjutkan!” Riasan tebal dengan pilihan warna yang terlalu mencolok, wajah Adaline menjadi sedikit lebih dewasa dibandingkan usianya. “Kau bilang, aku sangat mencintai Louise? Bisa kau beritahu aku bagaimana hubunganku dengan Louise?”Asih mendongak pada Marry yang masih sibuk menata rambutnya. “Hubungan anda sebenarnya tidak cukup baik, Pangeran Louise,...”Marry berhenti sejenak, ia mulai ragu meneruskan ucapan. Sebab ia sadar bahwa semua ingatan Adaline tentang Louise adalah hal yang menyakitkan. “Ceritakan saja,”“Yang Mulia,”“Kenapa?”“Saya tidak tega, semua ingatan yang anda miliki tentang pangeran sangatlah menyakitkan.”“Tak apa, aku siap menerimanya.” Asih memutar tubuh, menunjukan senyuman manis untuk

    Last Updated : 2025-01-08
  • Jiwa Yang Tertukar   Bukan Adaline (Pov orang pertama)

    Semerbak Aroma dupa menebarkan wewangian, telingaku masih bisa mendengar hentakan kaki yang begitu mengganggu ketenangan, ditambah cahaya remang-remang seperti sebuah latar belakang yang terus terekam oleh mataku. ‘’Bangun!” kata itu bagaikan jeritan mimpi. “Asih, ayo bangun!” Seruan yang semakin intens, mendorong keras jiwaku pada jurang tak berujung. Ahh sakit sekali! dadaku seperti tertusuk tombak berkali-kali, sesak tapi terbungkam, nafasku tercekik habis. Apakah aku akan mati? Apa aku telah gagal? Aku tak boleh cepat menyerah, Bapak membutuhkanku. Jika ragaku ada, mungkin akan terlihat jelas betapa hancur leburnya saat tercabik oleh sesuatu yang tak kasat mata. Bisa jadi daging yang ada di tubuhku juga telah tersayat habis meninggalkan tulang putih bersimbah darah. “Sang Putri telah bangun, Ia tersadar!” teriakan nyaring terdengar keras sekali, mataku masih setengah menutup, aku belum bisa melihat dengan jelas. Tubuh ini begitu lemah, bahkan aku belum bisa menggerakan ujung ja

    Last Updated : 2024-12-05
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 2 (pov orang pertama)

    Aku berjalan pelan, berusaha agar tak membangunkan wanita yang menjagaku. Mengendap-endap keluar kamar sambil menyincing bagian bawah gaun putih yang kupakai. Seketika mataku terbelalak, lorong penghubung kamar ini sangat panjang dan luas. Setiap dindingnya terdapat ukiran dan lukisan, hiasan dinding seperti bunga bunga timbul. Ada sedikit batu mengkilap berwarna putih, ia bercahaya. Aku tak pernah melihat tempat seindah dan semodern ini! Sepertinya di kamar Adaline juga tak kalah mewah. Hanya saja aku tak terpikirkan untuk menjelajah di ruang kamarnya. Tapi dimana aku bisa menemukan Mahesa? Mungkin aku hanya perlu berjalan lurus terus. Sudah lama aku berkeliling namun tak juga menemukan Mahesa, apa aku tersesat? Sebab aku mulai lupa arah, dan malah sibuk menghitung jumlah anak tangga yang sudah ku turuni. Aku sedikit terbius oleh keindahan bangunan. Bagaimana cara mereka menyusun bebatuan cantik ini hingga dapat menjulang ke atas? Bahkan seiring kaki melangkah, kepalaku refl

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 12

    Cermin memantulkan keindahan paras Adaline, Rambut indahnya ditata sedemikian rupa oleh Marry, bibirnya mengatup, pewarna merah yang dioleskan oleh Marry memberikan kesan sensual. “Apa biasanya aku berdandan seperti ini?”“Iya, Yang Mulia,” Jawab Marry mengangguk. “Baiklah, lanjutkan!” Riasan tebal dengan pilihan warna yang terlalu mencolok, wajah Adaline menjadi sedikit lebih dewasa dibandingkan usianya. “Kau bilang, aku sangat mencintai Louise? Bisa kau beritahu aku bagaimana hubunganku dengan Louise?”Asih mendongak pada Marry yang masih sibuk menata rambutnya. “Hubungan anda sebenarnya tidak cukup baik, Pangeran Louise,...”Marry berhenti sejenak, ia mulai ragu meneruskan ucapan. Sebab ia sadar bahwa semua ingatan Adaline tentang Louise adalah hal yang menyakitkan. “Ceritakan saja,”“Yang Mulia,”“Kenapa?”“Saya tidak tega, semua ingatan yang anda miliki tentang pangeran sangatlah menyakitkan.”“Tak apa, aku siap menerimanya.” Asih memutar tubuh, menunjukan senyuman manis untuk

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 11

    Marry dengan lembut mengambil lotion dan parfume, lalu mengoleskannya pada kulit Adaline. “ Ini adalah aroma kesukaan anda, Yang Mulia. Di ekstrak dari bunga Freesia yang langka. Saya harap aroma ini akan membangkitkan ingatan anda,”“Sepertinya kau tak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri.” Asih merasa tak nyaman, ia berusaha terus menghindar saat Marry menyentuh kulit Adaline. “Tidak, Yang Mulia. Saya sudah lama melayani anda, dan ini adalah hal biasa. Lagipula seorang Putri Mahkota tidak diperbolehkan melakukan segala sesuatu sendirian. Mandi maupun berganti baju harus dibantu oleh pelayan.”“Tapi…”“Saya sudah seperti bayangan anda, jadi percayalah…”Asih menyunggingkan bibirnya lalu membiarkan Marry melakukan tugasnya, walaupun terasa sedikit geli saat mengoleskan lotion itu.Bulan terbenam dalam kegelapan, setengah cahayanya di lahab kabut tebal. Disusul dengan angin dari arah barat yang kemudian datang menyapa, kedua tangannya menabur serbuk sari yang ia curi dari ribuan bung

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 10

    "Yang Mulia," sapa Lucas,memberi hormat dengan membungkuk. Lucas langsung menghentikan obrolannya dengan seorang prajurit begitu melihat Louise datang. "Apa yang membawa Anda ke sini?" Louise tak menghiraukan, malah memfokuskan pandangannya pada Adaline yang berada balkon kastil, bahkan setelah gadis itu berpaling dia masih memandangi punggungnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. Banyak hal rupanya yang membuat Louise penasaran, dibalik penampilan Adaline yang berantakan menyimpan sebuah teka-teki. Ada gejolak yang membara ketika melihat Adaline tersenyum pada Lucas.”Sekali penggoda tetaplah penggoda!” Gumam Louise lirih lalu berjalan pergi dengan kudanya. Louise selalu beranggapan bahwa Adaline hanyalah seorang mata-mata yang dikirim oleh keluarga Duke. Dia tak lebih dari seolah wanita penggoda yang mengobarkan diri untuk mendapat informasi. “Ssttttt” Tarikan tali kuda yang cepat cukup membahayakan. Kuda itu langsung bereaksi, mengangkat kepala dan telinga dan berhenti secara m

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 9

    Adaline membalikan badan, bulu kuduknya berdiri. "Ada apa, Tuan Putri?" Marry bertanya, mengintip ke arah yang sama. "Tidak ada! Hanya Pangeran Louise," jawab Adaline dengan nada kesal. Marry mendekat. "Maksud Tuan Putri, anda terganggu karena Pangeran Louis sedang memperhatikan Anda?" Adaline mengedipkan mata. "Ya, dan aku sangat tidak suka itu!" Pria yang saat ini banyak diperbincangkan oleh kaum hawa. Potretnya selalu menduduki berita utama di surat kabar. Bukan hanya karena kelebihan fisiknya, tapi juga karena kepiawaiannya dalam menggantikan peran ayahnya dalam hal mengambil banyak keputusan. Dia mampu menstabilkan ekonomi kerajaan yang akhir-akhir ini sedang berada pada kondisi kurang menguntungkan. Para gadis menjadikan dia sebagai idola, dan para wanita bersuami sering kali menjadikan dia sebagai fantasi liar. Marry kembali kebingungan dengan tingkah laku aneh dari Adaline. “Yang Mulia, bukankah anda sangat mencintai Pangeran Louise? Kenapa berkata seolah anda membencin

  • Jiwa Yang Tertukar   bab 8

    “Jaya! bagaimana caraku terhubung dengannya!” Asih memekik sendirian, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari sebuah vas bunga, tempat dimana suara Jaya muncul bersamaan dengan api kecil seperti kemarin. Pikirannya campur aduk, mimpi buruk yang menyeramkan membuat batin nya tak tenang. “Apa yang terjadi pada bapak! Apa dia dalam bahaya! Tidak! Ini salah, tak seharusnya kubiarkan bapak sendirian.” Begitu bunyi otaknya, selalu memberi pertanyaan yang sama. Tidak ada! Vas itu menghilang. Asih kelabakan untuk sesaat, sebelum Marry kembali datang membawa beberapa orang termasuk dokter dan perawatnya. “Putri Adaline, dokter telah datang” Marry kembali menutup pintu, mempersilahkan orang-orang yang mereka panggil ahli medis untuk memeriksa tubuh Adaline. “Apa yang anda rasakan, Yang mulia?” tanya dokter itu saat menempelkan dua jari tangannya untuk mengecek detak nadi. “Anda berdebar, dan berkeringat dingin. Mungkinkah ada bagian lain yang terasa sakit?” Tambah dokter itu lagi.

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 7

    Asih berjalan memasuki ruang kematian yang lantainya dibanjiri cairan berwarna merah segar, mayat tanpa kepala tergeletak tak beraturan. Semuanya berlumuran darah kental, anyir sekaligus busuk, udara panas di dalam ruangan menyumbat hidung. Ia sontak menutup rapat alat pernapasannya, linglung juga ketakutan, tanpa pikir panjang Asih mencoba keluar kembali. Sayangnya pintu mendadak terkunci “Tolong! tolong!” Asih memukul-mukul pintu, menahan diri dari rasa mual. “Buka pintunya, tolong aku!” Sekali lagi, Asih mengerang sambil terisak. Gaun putih miliknya nyaris tak terlihat bersih, sebab setiap kali ia bergerak, percikan darah akan mengenai dirinya. Asih kemudian mengangkat kedua tangan, memperhatikan telapak tangannya dengan seksama, ada noda darah, merambat melalui jari-jari, melabur seluruh tubuh sampai ke wajahnya. “Aaaaaaaaaaaaa” teriakan histeris, ia meringkuk di balik pintu berharap ada seseorang yang akan menolong. Tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu, seperti b

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 6

    “Tunggu! kau salah paham, aku tidak ingin berseteru, aku hanya ingin meminta tolong!” “Tapi aku tidak ingin menolongmu, bagaimana jika kau saja yang menolongku agar bisa naik jabatan?” balas Viscount Erick, ia hanya perlu menyingkirkan Sekti dan melaporkan bukti bahwa Sekti memiliki Ilmu sesat, maka otomatis Raja akan menaikan statusnya, bisa jadi lebih tinggi dari Mahesa. “Tembak!” Viscount Erick melepeh batang rokok yang tersisa di mulutnya, menaikan satu kakinya di atas kursi agar bisa memfokuskan diri jika ada gagak putih yang datang. Ia telah mempelajari saat prajurit masa lampau menembak burung-burung itu untuk melumpuhkan musuh. Satu buah peluru mendarat tepat di dada kiri Sekti, dia tersungkur namun ia masih punya kekuatan untuk menahan. Sekti sudah cukup bersabar selama ini, dia tak pernah memberi perlawanan ataupun memberontak, ia telah membiarkan harga dirinya terinjak-injak demi putrinya yang begitu mencintai semua tentang Kerajaan Naverre dan Mahesa. Ia tidak ingin

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 5

    Setelah berpikir semalaman, Sekti akhirnya membuat keputusan untuk mencoba meminta tolong pada Viscount Erick. Ia adalah pegawai pemerintahan yang sudah 3 tahunan ini menggantikan tugas Mahesa. Meski Sekti tahu ini akan cukup sulit, sebab Viscount Erick tidaklah seperti Mahesa yang sering berbaur dengan penduduk asli. Ia cukup sombong dan suka mengintimidasi para petani dan nelayan. “ Aku ingin bertemu dengan perwakilan kerajaan!” tukas Sekti pada penjaga. Ia mendatangi rumah peristirahatan yang dikhususkan untuk para pengabdi kerajaan. Berada di utara pesisir pantai, dengan berjarak hanya 10 meter dari bibir pantai. Satu-satunya bangunan termegah di pulau itu dan desain modern. “Tidak bisa! dia sedang sibuk!” tanpa ada rasa sopan santun, penjaga menolak kehadiran Sekti bahkan ironisnya sampai mengangkat senjata api di depannya.“Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku mencarinya.” Sekti mengalah, ia memilih pergi daripada harus berdebat dengan mereka. Orang-orang berkulit pucat

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 4 ( Sihir Pemindah Jiwa) POV ORANG KE-3

    “Asih, bangun nak!” Sekti memeluk Asih, mengusap pelan pipi anaknya. Namun darah terus keluar dari pergelangan tangan Asih, luka sayatan pisau menganga layaknya sebuah sumber air berwarna merah. Asih sudah sering melakukan percobaan bunuh diri, bahkan ia terlihat seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Lebih mengerikan daripada saat ia menggila merindukan kekasih.Sekti kemudian menyobek kain hitam yang melekat pada baju bawahannya, secepat kilat membalut luka Asih dengan kain tersebut, mulut berkomat kamit, mata terpejam, sebuah kalimat kuno terlempar dari bibir lelaki tua, lalu wusss,... Keajaiban terjadi, darah itu seolah meliuk-liuk seperti cacing hidup, bergerak masuk secara teratur menuju kain hitam, bak tersedot ke dalam sayatan luka.“Tuk! Tuk!”Ketukan kecil mengganggu suasana, irama yang bisa membuat seorang Kepala Suku Tilar memiliki perasaan was-was. Tapi Sekti mencoba tetap terfokus pada kondisi Asih, ia memiringkan wajah, memastikan keadaan anaknya yang telah pulas tertid

DMCA.com Protection Status