Home / Historical / Jiwa Yang Tertukar / Bab 4 ( Sihir Pemindah Jiwa) POV ORANG KE-3

Share

Bab 4 ( Sihir Pemindah Jiwa) POV ORANG KE-3

Author: Hallomonday
last update Last Updated: 2024-12-05 06:55:54

“Asih, bangun nak!” Sekti memeluk Asih, mengusap pelan pipi anaknya. Namun darah terus keluar dari pergelangan tangan Asih, luka sayatan pisau menganga layaknya sebuah sumber air berwarna merah. Asih sudah sering melakukan percobaan bunuh diri, bahkan ia terlihat seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Lebih mengerikan daripada saat ia menggila merindukan kekasih.

Sekti kemudian menyobek kain hitam yang melekat pada baju bawahannya, secepat kilat membalut luka Asih dengan kain tersebut, mulut berkomat kamit, mata terpejam, sebuah kalimat kuno terlempar dari bibir lelaki tua, lalu wusss,... 

Keajaiban terjadi, darah itu seolah meliuk-liuk seperti cacing hidup,  bergerak masuk secara teratur menuju kain hitam, bak tersedot ke dalam sayatan luka.

“Tuk! Tuk!”

Ketukan kecil mengganggu suasana, irama yang bisa membuat seorang Kepala Suku Tilar memiliki perasaan was-was. Tapi Sekti mencoba tetap terfokus pada kondisi Asih, ia memiringkan wajah, memastikan keadaan anaknya yang telah pulas tertidur dalam dekapan mimpi. Pria tua itu terus meniup ubun-ubun Asih, mencoba menghadirkan mimpi indah untuk mengisi energi pada jiwa anak perempuannya.

Sekti Pelan-pelan menutup gorden, mengacuhkan kedatangan gagak putih yang terus menempelkan paruhnya pada kaca.

Sudah 500 tahun burung keramat milik leluhur tidak pernah menampakan diri pada manusia, sejak saat wilayahnya jatuh pada kerajaan asing bernama Naverre dan para tetua berhenti mengajarkan ilmu kebatinan pada anak-anaknya, menantu-menantunya juga sanak saudaranya. Hingga berangsur-angsur mengusir burung keramat tersebut dengan sendirinya. Sekarang, masyarakat Tilar menganggap gagak putih hanyalah sebuah cerita dongeng pengantar tidur. Legenda hidup yang terus dibicarakan dari mulut ke mulut. 

Namun bagi orang yang memiliki darah dari keturunan kepala suku, gagak putih adalah nyata. Bukan hanya simbol semata yang mereka jadikan pajangan pada rumah-rumah. 

Sebab sebelum para penerus kepala suku lahir, setengah dari jiwa-jiwa mereka telah diberikan pada gagak putih. Darah penyihir telah mengalir di tubuh mereka, jauh sebelum keputusan kelahiran mendorong mereka datang. Sihir mengendalikan jiwa, memindahkan jiwa bahkan menghidupkan jiwa mati adalah mantra luar biasa yang dimiliki oleh suku tilar. 

Di zaman dahulu orang biasa yang mempelajari ilmu kuno diharuskan berguru pada tetua. Ada ciri khas tersendiri jika para tetua memanggil peliharaan mereka, yaitu bersiul tiga kali dengan nada yang sudah ditentukan sebelumnya atau dengan sengaja menggunakan teknik sihir. Otomatis itu akan mengundang setengah pemilik jiwa datang. 

Ritual berguru harus dilaksanakan, ada pantangan-pantangan tertentu yang harus dihindari, yang paling penting sebelum ritual itu digelar, sang penimba ilmu harus puasa mutih selama 40 hari. Di setiap hari ganjilnya melakukan mandi bertaburkan 7 jenis bunga berwarna putih.

Setelah gagak putih menerima jiwa dan pengabdian mereka,  ia akan mengisi bagian jiwa yang kosong dengan kekuatan alam. Membuatnya menyatu pada unsur-unsur zat terkecil setiap jiwa pada alam semesta. Yang artinya mereka tidak bisa mati sebelum gagak putih pemilik jiwa mereka dibunuh lebih dulu. 

Hingga tragedi perburuan burung itu berlangsung, hari dimana pulau kecil itu bermandikan darah segar, tepatnya setelah tahun ketiga orang-orang Naverre yang terusir kembali lagi membawa kapal besar beserta seorang prajurit lengkap dengan senapan dan senjata tajam. 

Sekarang, kebijakan dari kerajaan yang membuat Sekti harus menyembunyikan kemampuan itu, apalagi Raja Albert yang selalu mengutus salah satu anggota kementrian untuk mengecek daerah suku tilar secara berkala. Mempengaruhi dengan pikiran kritis tentang ilmu sesat yang bertentangan dengan keyakinan keluarga kerajaan.

“Bapak! Asih tidak ingin hidup, Asih tidak sanggup menanggung rasa sakit ini!” kata-kata itu terucap kembali setiap kali Asih membuka mata.

“Bapak akan mengobati rasa sakitnya, Asih sabar dulu ya!” Sekti mengusap dahi anaknya, berharap bisa memberi ketenangan. Ada sedikit penyesalan yang menyeruak, andai saja ia bisa mengontrol emosinya waktu itu dan tetap membiarkan Asih pada khayalannya tentang Mahesa, mungkinkah anaknya itu akan baik-baik saja? 

Mata yang penuh dengan air tumpah menggenangi sebagian pipi, wajah kusam juga jiwa yang tak bergairah, Asih menggeleng cepat, merengek dengan kegilaan yang sama. “Tidak ada yang bisa mengobati rasa ini, Bapak! bahkan saat aku mengistirahatkan tubuhku hatiku tetap saja terasa tertusuk! sesak, sungguh mencekik. Aku tak mampu menahannya, tolong bapak! Aku sungguh merindukan Mahesa, aku ingin mati!”

“Bahkan jika aku membawa Mahesa padamu?”

Asih terdiam, seolah ada yang membungkam desahan tangisnya. Pandangannya kini benar-benar terfokus. “Apa Bapak bisa?”

“Ya!” jawab Sekti singkat. 

Asih mengusap kasar kedua kelopak matanya, menyapu sebagian pipi yang basah. Ia tiba-tiba mulai bersemangat lagi bak mendapat tegukan air setelah lama mengembara di gurun pasir. 

“Benarkah itu, Bapak! Apakah kami akan bersatu? apakah Bapak benar-benar bisa?” dengan penuh antusias Asih menggenggam tangan sang bapak, menekankan keinginannya. Dan lagi-lagi Sekti hanya mengangguk pelan, meski ia belum tahu cara apa yang akan ia pakai nanti untuk membujuk Mahesa.

“ Namun Asih, jika Mahesa kembali padamu bagaimana nasib istrinya?”

“Dia? dia tak penting! Lagipula aku percaya Mahesa pasti terpaksa menikah dengannya, aku yakin dia hanya mencintaiku. Bapak harus membantu menyatukan kami, ya?”

Hembusan nafas kasar terasa hangat, sekti yang masih mengelus dahi Asih menarik pelan ujung bibirnya. “Apapun asal kamu senang, Asih.”

Related chapters

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 5

    Setelah berpikir semalaman, Sekti akhirnya membuat keputusan untuk mencoba meminta tolong pada Viscount Erick. Ia adalah pegawai pemerintahan yang sudah 3 tahunan ini menggantikan tugas Mahesa. Meski Sekti tahu ini akan cukup sulit, sebab Viscount Erick tidaklah seperti Mahesa yang sering berbaur dengan penduduk asli. Ia cukup sombong dan suka mengintimidasi para petani dan nelayan. “ Aku ingin bertemu dengan perwakilan kerajaan!” tukas Sekti pada penjaga. Ia mendatangi rumah peristirahatan yang dikhususkan untuk para pengabdi kerajaan. Berada di utara pesisir pantai, dengan berjarak hanya 10 meter dari bibir pantai. Satu-satunya bangunan termegah di pulau itu dan desain modern. “Tidak bisa! dia sedang sibuk!” tanpa ada rasa sopan santun, penjaga menolak kehadiran Sekti bahkan ironisnya sampai mengangkat senjata api di depannya.“Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku mencarinya.” Sekti mengalah, ia memilih pergi daripada harus berdebat dengan mereka. Orang-orang berkulit pucat

    Last Updated : 2024-12-05
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 6

    “Tunggu! kau salah paham, aku tidak ingin berseteru, aku hanya ingin meminta tolong!” “Tapi aku tidak ingin menolongmu, bagaimana jika kau saja yang menolongku agar bisa naik jabatan?” balas Viscount Erick, ia hanya perlu menyingkirkan Sekti dan melaporkan bukti bahwa Sekti memiliki Ilmu sesat, maka otomatis Raja akan menaikan statusnya, bisa jadi lebih tinggi dari Mahesa. “Tembak!” Viscount Erick melepeh batang rokok yang tersisa di mulutnya, menaikan satu kakinya di atas kursi agar bisa memfokuskan diri jika ada gagak putih yang datang. Ia telah mempelajari saat prajurit masa lampau menembak burung-burung itu untuk melumpuhkan musuh. Satu buah peluru mendarat tepat di dada kiri Sekti, dia tersungkur namun ia masih punya kekuatan untuk menahan. Sekti sudah cukup bersabar selama ini, dia tak pernah memberi perlawanan ataupun memberontak, ia telah membiarkan harga dirinya terinjak-injak demi putrinya yang begitu mencintai semua tentang Kerajaan Naverre dan Mahesa. Ia tidak ingin

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 7

    Asih berjalan memasuki ruang kematian yang lantainya dibanjiri cairan berwarna merah segar, mayat tanpa kepala tergeletak tak beraturan. Semuanya berlumuran darah kental, anyir sekaligus busuk, udara panas di dalam ruangan menyumbat hidung. Ia sontak menutup rapat alat pernapasannya, linglung juga ketakutan, tanpa pikir panjang Asih mencoba keluar kembali. Sayangnya pintu mendadak terkunci “Tolong! tolong!” Asih memukul-mukul pintu, menahan diri dari rasa mual. “Buka pintunya, tolong aku!” Sekali lagi, Asih mengerang sambil terisak. Gaun putih miliknya nyaris tak terlihat bersih, sebab setiap kali ia bergerak, percikan darah akan mengenai dirinya. Asih kemudian mengangkat kedua tangan, memperhatikan telapak tangannya dengan seksama, ada noda darah, merambat melalui jari-jari, melabur seluruh tubuh sampai ke wajahnya. “Aaaaaaaaaaaaa” teriakan histeris, ia meringkuk di balik pintu berharap ada seseorang yang akan menolong. Tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu, seperti b

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jiwa Yang Tertukar   bab 8

    “Jaya! bagaimana caraku terhubung dengannya!” Asih memekik sendirian, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari sebuah vas bunga, tempat dimana suara Jaya muncul bersamaan dengan api kecil seperti kemarin. Pikirannya campur aduk, mimpi buruk yang menyeramkan membuat batin nya tak tenang. “Apa yang terjadi pada bapak! Apa dia dalam bahaya! Tidak! Ini salah, tak seharusnya kubiarkan bapak sendirian.” Begitu bunyi otaknya, selalu memberi pertanyaan yang sama. Tidak ada! Vas itu menghilang. Asih kelabakan untuk sesaat, sebelum Marry kembali datang membawa beberapa orang termasuk dokter dan perawatnya. “Putri Adaline, dokter telah datang” Marry kembali menutup pintu, mempersilahkan orang-orang yang mereka panggil ahli medis untuk memeriksa tubuh Adaline. “Apa yang anda rasakan, Yang mulia?” tanya dokter itu saat menempelkan dua jari tangannya untuk mengecek detak nadi. “Anda berdebar, dan berkeringat dingin. Mungkinkah ada bagian lain yang terasa sakit?” Tambah dokter itu lagi.

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 9

    Adaline membalikan badan, bulu kuduknya berdiri. "Ada apa, Tuan Putri?" Marry bertanya, mengintip ke arah yang sama. "Tidak ada! Hanya Pangeran Louise," jawab Adaline dengan nada kesal. Marry mendekat. "Maksud Tuan Putri, anda terganggu karena Pangeran Louis sedang memperhatikan Anda?" Adaline mengedipkan mata. "Ya, dan aku sangat tidak suka itu!" Pria yang saat ini banyak diperbincangkan oleh kaum hawa. Potretnya selalu menduduki berita utama di surat kabar. Bukan hanya karena kelebihan fisiknya, tapi juga karena kepiawaiannya dalam menggantikan peran ayahnya dalam hal mengambil banyak keputusan. Dia mampu menstabilkan ekonomi kerajaan yang akhir-akhir ini sedang berada pada kondisi kurang menguntungkan. Para gadis menjadikan dia sebagai idola, dan para wanita bersuami sering kali menjadikan dia sebagai fantasi liar. Marry kembali kebingungan dengan tingkah laku aneh dari Adaline. “Yang Mulia, bukankah anda sangat mencintai Pangeran Louise? Kenapa berkata seolah anda membencin

    Last Updated : 2024-12-22
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 10

    "Yang Mulia," sapa Lucas,memberi hormat dengan membungkuk. Lucas langsung menghentikan obrolannya dengan seorang prajurit begitu melihat Louise datang. "Apa yang membawa Anda ke sini?" Louise tak menghiraukan, malah memfokuskan pandangannya pada Adaline yang berada balkon kastil, bahkan setelah gadis itu berpaling dia masih memandangi punggungnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. Banyak hal rupanya yang membuat Louise penasaran, dibalik penampilan Adaline yang berantakan menyimpan sebuah teka-teki. Ada gejolak yang membara ketika melihat Adaline tersenyum pada Lucas.”Sekali penggoda tetaplah penggoda!” Gumam Louise lirih lalu berjalan pergi dengan kudanya. Louise selalu beranggapan bahwa Adaline hanyalah seorang mata-mata yang dikirim oleh keluarga Duke. Dia tak lebih dari seolah wanita penggoda yang mengobarkan diri untuk mendapat informasi. “Ssttttt” Tarikan tali kuda yang cepat cukup membahayakan. Kuda itu langsung bereaksi, mengangkat kepala dan telinga dan berhenti secara m

    Last Updated : 2024-12-24
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 11

    Marry dengan lembut mengambil lotion dan parfume, lalu mengoleskannya pada kulit Adaline. “ Ini adalah aroma kesukaan anda, Yang Mulia. Di ekstrak dari bunga Freesia yang langka. Saya harap aroma ini akan membangkitkan ingatan anda,”“Sepertinya kau tak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri.” Asih merasa tak nyaman, ia berusaha terus menghindar saat Marry menyentuh kulit Adaline. “Tidak, Yang Mulia. Saya sudah lama melayani anda, dan ini adalah hal biasa. Lagipula seorang Putri Mahkota tidak diperbolehkan melakukan segala sesuatu sendirian. Mandi maupun berganti baju harus dibantu oleh pelayan.”“Tapi…”“Saya sudah seperti bayangan anda, jadi percayalah…”Asih menyunggingkan bibirnya lalu membiarkan Marry melakukan tugasnya, walaupun terasa sedikit geli saat mengoleskan lotion itu.Bulan terbenam dalam kegelapan, setengah cahayanya di lahab kabut tebal. Disusul dengan angin dari arah barat yang kemudian datang menyapa, kedua tangannya menabur serbuk sari yang ia curi dari ribuan bung

    Last Updated : 2024-12-31
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 12

    Cermin memantulkan keindahan paras Adaline, Rambut indahnya ditata sedemikian rupa oleh Marry, bibirnya mengatup, pewarna merah yang dioleskan oleh Marry memberikan kesan sensual. “Apa biasanya aku berdandan seperti ini?”“Iya, Yang Mulia,” Jawab Marry mengangguk. “Baiklah, lanjutkan!” Riasan tebal dengan pilihan warna yang terlalu mencolok, wajah Adaline menjadi sedikit lebih dewasa dibandingkan usianya. “Kau bilang, aku sangat mencintai Louise? Bisa kau beritahu aku bagaimana hubunganku dengan Louise?”Asih mendongak pada Marry yang masih sibuk menata rambutnya. “Hubungan anda sebenarnya tidak cukup baik, Pangeran Louise,...”Marry berhenti sejenak, ia mulai ragu meneruskan ucapan. Sebab ia sadar bahwa semua ingatan Adaline tentang Louise adalah hal yang menyakitkan. “Ceritakan saja,”“Yang Mulia,”“Kenapa?”“Saya tidak tega, semua ingatan yang anda miliki tentang pangeran sangatlah menyakitkan.”“Tak apa, aku siap menerimanya.” Asih memutar tubuh, menunjukan senyuman manis untuk

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 12

    Cermin memantulkan keindahan paras Adaline, Rambut indahnya ditata sedemikian rupa oleh Marry, bibirnya mengatup, pewarna merah yang dioleskan oleh Marry memberikan kesan sensual. “Apa biasanya aku berdandan seperti ini?”“Iya, Yang Mulia,” Jawab Marry mengangguk. “Baiklah, lanjutkan!” Riasan tebal dengan pilihan warna yang terlalu mencolok, wajah Adaline menjadi sedikit lebih dewasa dibandingkan usianya. “Kau bilang, aku sangat mencintai Louise? Bisa kau beritahu aku bagaimana hubunganku dengan Louise?”Asih mendongak pada Marry yang masih sibuk menata rambutnya. “Hubungan anda sebenarnya tidak cukup baik, Pangeran Louise,...”Marry berhenti sejenak, ia mulai ragu meneruskan ucapan. Sebab ia sadar bahwa semua ingatan Adaline tentang Louise adalah hal yang menyakitkan. “Ceritakan saja,”“Yang Mulia,”“Kenapa?”“Saya tidak tega, semua ingatan yang anda miliki tentang pangeran sangatlah menyakitkan.”“Tak apa, aku siap menerimanya.” Asih memutar tubuh, menunjukan senyuman manis untuk

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 11

    Marry dengan lembut mengambil lotion dan parfume, lalu mengoleskannya pada kulit Adaline. “ Ini adalah aroma kesukaan anda, Yang Mulia. Di ekstrak dari bunga Freesia yang langka. Saya harap aroma ini akan membangkitkan ingatan anda,”“Sepertinya kau tak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri.” Asih merasa tak nyaman, ia berusaha terus menghindar saat Marry menyentuh kulit Adaline. “Tidak, Yang Mulia. Saya sudah lama melayani anda, dan ini adalah hal biasa. Lagipula seorang Putri Mahkota tidak diperbolehkan melakukan segala sesuatu sendirian. Mandi maupun berganti baju harus dibantu oleh pelayan.”“Tapi…”“Saya sudah seperti bayangan anda, jadi percayalah…”Asih menyunggingkan bibirnya lalu membiarkan Marry melakukan tugasnya, walaupun terasa sedikit geli saat mengoleskan lotion itu.Bulan terbenam dalam kegelapan, setengah cahayanya di lahab kabut tebal. Disusul dengan angin dari arah barat yang kemudian datang menyapa, kedua tangannya menabur serbuk sari yang ia curi dari ribuan bung

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 10

    "Yang Mulia," sapa Lucas,memberi hormat dengan membungkuk. Lucas langsung menghentikan obrolannya dengan seorang prajurit begitu melihat Louise datang. "Apa yang membawa Anda ke sini?" Louise tak menghiraukan, malah memfokuskan pandangannya pada Adaline yang berada balkon kastil, bahkan setelah gadis itu berpaling dia masih memandangi punggungnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. Banyak hal rupanya yang membuat Louise penasaran, dibalik penampilan Adaline yang berantakan menyimpan sebuah teka-teki. Ada gejolak yang membara ketika melihat Adaline tersenyum pada Lucas.”Sekali penggoda tetaplah penggoda!” Gumam Louise lirih lalu berjalan pergi dengan kudanya. Louise selalu beranggapan bahwa Adaline hanyalah seorang mata-mata yang dikirim oleh keluarga Duke. Dia tak lebih dari seolah wanita penggoda yang mengobarkan diri untuk mendapat informasi. “Ssttttt” Tarikan tali kuda yang cepat cukup membahayakan. Kuda itu langsung bereaksi, mengangkat kepala dan telinga dan berhenti secara m

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 9

    Adaline membalikan badan, bulu kuduknya berdiri. "Ada apa, Tuan Putri?" Marry bertanya, mengintip ke arah yang sama. "Tidak ada! Hanya Pangeran Louise," jawab Adaline dengan nada kesal. Marry mendekat. "Maksud Tuan Putri, anda terganggu karena Pangeran Louis sedang memperhatikan Anda?" Adaline mengedipkan mata. "Ya, dan aku sangat tidak suka itu!" Pria yang saat ini banyak diperbincangkan oleh kaum hawa. Potretnya selalu menduduki berita utama di surat kabar. Bukan hanya karena kelebihan fisiknya, tapi juga karena kepiawaiannya dalam menggantikan peran ayahnya dalam hal mengambil banyak keputusan. Dia mampu menstabilkan ekonomi kerajaan yang akhir-akhir ini sedang berada pada kondisi kurang menguntungkan. Para gadis menjadikan dia sebagai idola, dan para wanita bersuami sering kali menjadikan dia sebagai fantasi liar. Marry kembali kebingungan dengan tingkah laku aneh dari Adaline. “Yang Mulia, bukankah anda sangat mencintai Pangeran Louise? Kenapa berkata seolah anda membencin

  • Jiwa Yang Tertukar   bab 8

    “Jaya! bagaimana caraku terhubung dengannya!” Asih memekik sendirian, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari sebuah vas bunga, tempat dimana suara Jaya muncul bersamaan dengan api kecil seperti kemarin. Pikirannya campur aduk, mimpi buruk yang menyeramkan membuat batin nya tak tenang. “Apa yang terjadi pada bapak! Apa dia dalam bahaya! Tidak! Ini salah, tak seharusnya kubiarkan bapak sendirian.” Begitu bunyi otaknya, selalu memberi pertanyaan yang sama. Tidak ada! Vas itu menghilang. Asih kelabakan untuk sesaat, sebelum Marry kembali datang membawa beberapa orang termasuk dokter dan perawatnya. “Putri Adaline, dokter telah datang” Marry kembali menutup pintu, mempersilahkan orang-orang yang mereka panggil ahli medis untuk memeriksa tubuh Adaline. “Apa yang anda rasakan, Yang mulia?” tanya dokter itu saat menempelkan dua jari tangannya untuk mengecek detak nadi. “Anda berdebar, dan berkeringat dingin. Mungkinkah ada bagian lain yang terasa sakit?” Tambah dokter itu lagi.

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 7

    Asih berjalan memasuki ruang kematian yang lantainya dibanjiri cairan berwarna merah segar, mayat tanpa kepala tergeletak tak beraturan. Semuanya berlumuran darah kental, anyir sekaligus busuk, udara panas di dalam ruangan menyumbat hidung. Ia sontak menutup rapat alat pernapasannya, linglung juga ketakutan, tanpa pikir panjang Asih mencoba keluar kembali. Sayangnya pintu mendadak terkunci “Tolong! tolong!” Asih memukul-mukul pintu, menahan diri dari rasa mual. “Buka pintunya, tolong aku!” Sekali lagi, Asih mengerang sambil terisak. Gaun putih miliknya nyaris tak terlihat bersih, sebab setiap kali ia bergerak, percikan darah akan mengenai dirinya. Asih kemudian mengangkat kedua tangan, memperhatikan telapak tangannya dengan seksama, ada noda darah, merambat melalui jari-jari, melabur seluruh tubuh sampai ke wajahnya. “Aaaaaaaaaaaaa” teriakan histeris, ia meringkuk di balik pintu berharap ada seseorang yang akan menolong. Tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu, seperti b

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 6

    “Tunggu! kau salah paham, aku tidak ingin berseteru, aku hanya ingin meminta tolong!” “Tapi aku tidak ingin menolongmu, bagaimana jika kau saja yang menolongku agar bisa naik jabatan?” balas Viscount Erick, ia hanya perlu menyingkirkan Sekti dan melaporkan bukti bahwa Sekti memiliki Ilmu sesat, maka otomatis Raja akan menaikan statusnya, bisa jadi lebih tinggi dari Mahesa. “Tembak!” Viscount Erick melepeh batang rokok yang tersisa di mulutnya, menaikan satu kakinya di atas kursi agar bisa memfokuskan diri jika ada gagak putih yang datang. Ia telah mempelajari saat prajurit masa lampau menembak burung-burung itu untuk melumpuhkan musuh. Satu buah peluru mendarat tepat di dada kiri Sekti, dia tersungkur namun ia masih punya kekuatan untuk menahan. Sekti sudah cukup bersabar selama ini, dia tak pernah memberi perlawanan ataupun memberontak, ia telah membiarkan harga dirinya terinjak-injak demi putrinya yang begitu mencintai semua tentang Kerajaan Naverre dan Mahesa. Ia tidak ingin

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 5

    Setelah berpikir semalaman, Sekti akhirnya membuat keputusan untuk mencoba meminta tolong pada Viscount Erick. Ia adalah pegawai pemerintahan yang sudah 3 tahunan ini menggantikan tugas Mahesa. Meski Sekti tahu ini akan cukup sulit, sebab Viscount Erick tidaklah seperti Mahesa yang sering berbaur dengan penduduk asli. Ia cukup sombong dan suka mengintimidasi para petani dan nelayan. “ Aku ingin bertemu dengan perwakilan kerajaan!” tukas Sekti pada penjaga. Ia mendatangi rumah peristirahatan yang dikhususkan untuk para pengabdi kerajaan. Berada di utara pesisir pantai, dengan berjarak hanya 10 meter dari bibir pantai. Satu-satunya bangunan termegah di pulau itu dan desain modern. “Tidak bisa! dia sedang sibuk!” tanpa ada rasa sopan santun, penjaga menolak kehadiran Sekti bahkan ironisnya sampai mengangkat senjata api di depannya.“Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku mencarinya.” Sekti mengalah, ia memilih pergi daripada harus berdebat dengan mereka. Orang-orang berkulit pucat

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 4 ( Sihir Pemindah Jiwa) POV ORANG KE-3

    “Asih, bangun nak!” Sekti memeluk Asih, mengusap pelan pipi anaknya. Namun darah terus keluar dari pergelangan tangan Asih, luka sayatan pisau menganga layaknya sebuah sumber air berwarna merah. Asih sudah sering melakukan percobaan bunuh diri, bahkan ia terlihat seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Lebih mengerikan daripada saat ia menggila merindukan kekasih.Sekti kemudian menyobek kain hitam yang melekat pada baju bawahannya, secepat kilat membalut luka Asih dengan kain tersebut, mulut berkomat kamit, mata terpejam, sebuah kalimat kuno terlempar dari bibir lelaki tua, lalu wusss,... Keajaiban terjadi, darah itu seolah meliuk-liuk seperti cacing hidup, bergerak masuk secara teratur menuju kain hitam, bak tersedot ke dalam sayatan luka.“Tuk! Tuk!”Ketukan kecil mengganggu suasana, irama yang bisa membuat seorang Kepala Suku Tilar memiliki perasaan was-was. Tapi Sekti mencoba tetap terfokus pada kondisi Asih, ia memiringkan wajah, memastikan keadaan anaknya yang telah pulas tertid

DMCA.com Protection Status