Home / Historical / Jiwa Yang Tertukar / Cinta Yang Mengikis Akal (pov orang pertama)

Share

Cinta Yang Mengikis Akal (pov orang pertama)

Author: Hallomonday
last update Last Updated: 2024-12-05 06:40:35

Tiga Bulan lalu,...

Dari keheningan malam banyak tercipta mahakarya indah, dari kesunyian alam banyak pula tercipta sajak-sajak mesra pengantar kerinduan. Bak hujan yang tak akan berhenti sampai awan kembali memutih, rasaku pun sama, tak akan memadam walau kepalaku berganti putih.

Mereka kira aku sakit, jiwaku terganggu. Omong kosong!

Mereka tidak tahu sebenarnya aku hanya sedang dilanda kerinduan yang maha dahsyat, Yang bumi pun tak mampu menopang perasaan itu.

Sayup-sayup ku bisikan sedikit demi sedikit pesan rinduku pada angin, Ia yang akan membawanya terbang, jauh mengitari seluruh kota, lalu beranjak lagi, berputar-putar memasuki dimensi yang berbeda.

Siaran gejolak itu telah terdengar oleh seluruh penduduk langit dan bumi, jadi apa lagi yang kau ragukan?

Kau tahu, kan? Setiap partikel udara adalah pesan cintaku, setiap hembusan kasarnya adalah rindu ku yang membara. Aku ingin hilang menyatu dengan dirimu, dengan tubuhmu hingga kita berdua menjadi gila karena cinta yang mengikis akal."

Dari kekasihmu, Asih

Entah berapa banyak tinta dan kertas yang ku habiskan untuk menulis surat padamu, wahai pemuda yang ku puja. Aku tidak mengerti mengapa tidak satupun surat yang kau balas?

Dari terbitnya fajar hingga menyingsingnya cahaya, yang ku tunggu hanyalah kabarmu. Meski gelap memadamkan langit menggantinya dengan sinar redup, aku hanya memikirkan dirimu.

“Semua orang sudah menyebutmu gila, Asih! bahkan ada juga yang bilang kau dirasuki roh halus!” Aku terhentak, menoleh kepada bapak yang ternyata telah berada di belakangku.

“Ah, bapak!” ku tutupi kertas putih dengan coretan hitam rapi itu, lalu menatap bapak dengan senyum tipis.

“Keluarlah dari kamarmu ini, bapak sudah menyiapkan makan malam.”

Aku mengangguk lalu beranjak mengekori punggung bapak menuju meja makan kami.

“Sampai kapan, Asih?” tanya bapak setelah kami duduk bersama saling berhadapan.

Aku linglung menatap aneh dengan pertanyaan yang tidak ku tahu maksudnya. “Asih tidak mengerti, bapak!” ungkap ku tersenyum lagi.

Bapak menyajikan nasi ke atas piringku sambil terus menghela nafas dalam. Perlahan mengusap kedua matanya yang memerah. Seolah dia bersedih meratapi ku. “Bapak harus bagaimana lagi? Bapak hanya ingin kamu bahagia, hidup normal seperti gadis seusiamu, nak!”

“Bapak terlalu banyak pikiran, Asih normal bapak, lihat mata Asih!” helaan nafasku tak kalah dalam dari bapak, berapa kali aku menjelaskan keadaanku, bahwa aku normal. “Hanya saja Asih sedikit gundah sebab menunggu kepulangan kekasih pujaan Asih, Mahesa!” jelas ku lagi dengan menunjukkan senyum serta mata berbinar.

Tiba-tiba rahang bapak mengeras, ia menggebrak meja makan kami, membuat sebagian lauk yang dimasaknya tumpah. “ Sudah berapa kali bapak bilang, LUPAKAN DIA ASIH! Bapak tidak tahan kau menyebut-nyebutnya.”

Tubuhku membeku memandang kemarahan bapak secara tiba-tiba, mengapa dia begitu marah saat aku menyebut nama orang yang ku cintai?

“Hentikan kegilaanmu, atau aku akan membakar surat-surat tidak berguna itu!”

“Apa maksud bapak! Mengapa bapak ingin menghancurkan kebahagiaanku, mengapa?” suaraku pecah,hatiku sesak. Bapak tahu surat itu adalah hidupku, seluruh perasaanku yang setiap minggu ku kirim kan satu persatu pada Mahesa.

“Sebab kau sudah gila Asih, kau menjadi gila dan membuat bapakmu ini menggila!” Bapak mulai berjalan mendekat memegang erat kedua bahuku. “Sadar Asih, dia telah pergi jauh, dia telah memilih orang lain.”

Bapak menyodorkan surat kabar tepat di depan mataku. Ada sebuah foto terpampang jelas. Dia, Mahesa menggandeng seorang wanita bergaun pengantin.

“Mahesa sudah menikah tiga bulan lalu, maafkan bapak baru memberitahumu sekarang. Bapak tidak tahan, semua orang di kampung mengejek mu, bergosip yang tidak-tidak tentang putri bapak!”

Apa ini? Pasti ini sebuah kebohongan , tidak mungkin orang di foto itu Mahesaku, dia tidak mungkin berkhianat. Reflek jemariku merebut surat kabar itu dari tangan bapak, membacanya dengan cepat.

“Pernikahan Cornelia Adam, mendapat Perhatian Khusus dari Raja,...”

“Bohong, ini bohong!” bunyi berderit dari kaki kursi sungguh melukai telinga, antara percaya dan tidak percaya. Semakin dibaca semakin tercekik nafasku.

“Terima kenyataan ini, dan kembalilah seperti dulu. Kau juga harus menikah! Yang pasti dengan orang yang bisa membahagiakanmu” Bapak menghapus airmataku, menegaskan kalimat yang ku benci. Tidak peduli tubuhku menjadi kaku, atau duniaku menggelap, kata-kata bapak malah membuat hatiku semakin remuk.

Nasi berserakan termakan oleh debu keabu-abuan, dan semua lauk-pauk tercecer tragis di meja makan. Mataku penuh air mata, tapi sarang laba-laba di yang menempel pada sudut tembok membuatku sadar betapa buruknya ruangan ini, sama sepertiku.

“Tidak! Ini pasti ada yang tidak benar! Mahesa bukan orang seperti itu bapak, dia mencintaiku! dia milikku!” lagi, dengan tawa nyaring ku tegaskan pada bapak, sedang bapak masih memegang bahuku, lebih erat lagi hingga dekapan panjang yang tidak bisa kuingat setelah semua pandanganku menjadi gelap.

Massa menyeret ku pada kejadian lima tahun lalu saat aku terpisah dengan cintaku, Mahesa. Tubuh mungil tersungkur terbalut debu kotor jalanan perkampungan, mengejar kereta berkuda yang membawa Mahesa menjauh dariku. Membawanya menyeberangi lautan menempuh jarak panjang di benua berbeda.

Aku hampir putus asa, sampai ku menemukan surat terselip dalam bangku taman, tempat aku dan Mahesa biasa bertemu. Di sana dia mengatakan bahwa dia tidak akan pernah melupakanku, bahkan dia akan berusaha keras agar bisa kembali ke pulau ini, untuk menjemput ku.

Mahesa menyuruhku mengirim surat, agar komunikasi kita tidak terputus. Hari-hari menjadi penantian panjang, keinginanku adalah memutar siang dan malam dengan cepat tapi yang kudapatkan hanya keterlambatan. Hidupku redup, hanya suratnya yang selalu membawa harapan.

Hingga akhir mei itu, suratku tak lagi berbalas. Kalut dalam pikiran yang memutari kepala, hatiku semakin gundah. Mengapa? bagaimana? Pertanyaan demi pertanyaan terus terlintas, kekhawatiran memuncak. Aku takut terjadi sesuatu pada Mahesa.

Meski begitu, aku tak berhenti mengirimkan surat, tidak peduli merpatiku jatuh sakit atau mati, yang pasti setiap kali burung itu kembali, aku memaksanya terbang lagi.

Ku acuhkan lontaran mata aneh pada saat mereka memandang, ku abaikan budak-budak kecil yang selalu memanggilku gila ataupun gelak tawa para gadis-gadis saat aku tak sengaja lewat di depan mereka. Aku sungguh tidak punya waktu untuk mengurusi para lalat itu, yang terus-menerus berputar mengelilingi kotoran dan memandang jijik bau nektar di pekarangan bunga.

Bagaimana jika mereka menanggung cinta luar biasa ini? Sanggupkah mereka? Bisa ku pastikan mereka akan lebih buruk dariku. Dengan terus menghitung selembar-demi selembar daun kering yang berguguran, atau menunggangi pasukan semut yang sedang mencari gula-gula manis di perkebunan tebu.

Sudah ku bilang, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa merasakan mukjizat cinta

Related chapters

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 4 ( Sihir Pemindah Jiwa) POV ORANG KE-3

    “Asih, bangun nak!” Sekti memeluk Asih, mengusap pelan pipi anaknya. Namun darah terus keluar dari pergelangan tangan Asih, luka sayatan pisau menganga layaknya sebuah sumber air berwarna merah. Asih sudah sering melakukan percobaan bunuh diri, bahkan ia terlihat seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Lebih mengerikan daripada saat ia menggila merindukan kekasih.Sekti kemudian menyobek kain hitam yang melekat pada baju bawahannya, secepat kilat membalut luka Asih dengan kain tersebut, mulut berkomat kamit, mata terpejam, sebuah kalimat kuno terlempar dari bibir lelaki tua, lalu wusss,... Keajaiban terjadi, darah itu seolah meliuk-liuk seperti cacing hidup, bergerak masuk secara teratur menuju kain hitam, bak tersedot ke dalam sayatan luka.“Tuk! Tuk!”Ketukan kecil mengganggu suasana, irama yang bisa membuat seorang Kepala Suku Tilar memiliki perasaan was-was. Tapi Sekti mencoba tetap terfokus pada kondisi Asih, ia memiringkan wajah, memastikan keadaan anaknya yang telah pulas tertid

    Last Updated : 2024-12-05
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 5

    Setelah berpikir semalaman, Sekti akhirnya membuat keputusan untuk mencoba meminta tolong pada Viscount Erick. Ia adalah pegawai pemerintahan yang sudah 3 tahunan ini menggantikan tugas Mahesa. Meski Sekti tahu ini akan cukup sulit, sebab Viscount Erick tidaklah seperti Mahesa yang sering berbaur dengan penduduk asli. Ia cukup sombong dan suka mengintimidasi para petani dan nelayan. “ Aku ingin bertemu dengan perwakilan kerajaan!” tukas Sekti pada penjaga. Ia mendatangi rumah peristirahatan yang dikhususkan untuk para pengabdi kerajaan. Berada di utara pesisir pantai, dengan berjarak hanya 10 meter dari bibir pantai. Satu-satunya bangunan termegah di pulau itu dan desain modern. “Tidak bisa! dia sedang sibuk!” tanpa ada rasa sopan santun, penjaga menolak kehadiran Sekti bahkan ironisnya sampai mengangkat senjata api di depannya.“Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku mencarinya.” Sekti mengalah, ia memilih pergi daripada harus berdebat dengan mereka. Orang-orang berkulit pucat

    Last Updated : 2024-12-05
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 6

    “Tunggu! kau salah paham, aku tidak ingin berseteru, aku hanya ingin meminta tolong!” “Tapi aku tidak ingin menolongmu, bagaimana jika kau saja yang menolongku agar bisa naik jabatan?” balas Viscount Erick, ia hanya perlu menyingkirkan Sekti dan melaporkan bukti bahwa Sekti memiliki Ilmu sesat, maka otomatis Raja akan menaikan statusnya, bisa jadi lebih tinggi dari Mahesa. “Tembak!” Viscount Erick melepeh batang rokok yang tersisa di mulutnya, menaikan satu kakinya di atas kursi agar bisa memfokuskan diri jika ada gagak putih yang datang. Ia telah mempelajari saat prajurit masa lampau menembak burung-burung itu untuk melumpuhkan musuh. Satu buah peluru mendarat tepat di dada kiri Sekti, dia tersungkur namun ia masih punya kekuatan untuk menahan. Sekti sudah cukup bersabar selama ini, dia tak pernah memberi perlawanan ataupun memberontak, ia telah membiarkan harga dirinya terinjak-injak demi putrinya yang begitu mencintai semua tentang Kerajaan Naverre dan Mahesa. Ia tidak ingin

    Last Updated : 2024-12-13
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 7

    Asih berjalan memasuki ruang kematian yang lantainya dibanjiri cairan berwarna merah segar, mayat tanpa kepala tergeletak tak beraturan. Semuanya berlumuran darah kental, anyir sekaligus busuk, udara panas di dalam ruangan menyumbat hidung. Ia sontak menutup rapat alat pernapasannya, linglung juga ketakutan, tanpa pikir panjang Asih mencoba keluar kembali. Sayangnya pintu mendadak terkunci “Tolong! tolong!” Asih memukul-mukul pintu, menahan diri dari rasa mual. “Buka pintunya, tolong aku!” Sekali lagi, Asih mengerang sambil terisak. Gaun putih miliknya nyaris tak terlihat bersih, sebab setiap kali ia bergerak, percikan darah akan mengenai dirinya. Asih kemudian mengangkat kedua tangan, memperhatikan telapak tangannya dengan seksama, ada noda darah, merambat melalui jari-jari, melabur seluruh tubuh sampai ke wajahnya. “Aaaaaaaaaaaaa” teriakan histeris, ia meringkuk di balik pintu berharap ada seseorang yang akan menolong. Tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu, seperti b

    Last Updated : 2024-12-14
  • Jiwa Yang Tertukar   bab 8

    “Jaya! bagaimana caraku terhubung dengannya!” Asih memekik sendirian, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari sebuah vas bunga, tempat dimana suara Jaya muncul bersamaan dengan api kecil seperti kemarin. Pikirannya campur aduk, mimpi buruk yang menyeramkan membuat batin nya tak tenang. “Apa yang terjadi pada bapak! Apa dia dalam bahaya! Tidak! Ini salah, tak seharusnya kubiarkan bapak sendirian.” Begitu bunyi otaknya, selalu memberi pertanyaan yang sama. Tidak ada! Vas itu menghilang. Asih kelabakan untuk sesaat, sebelum Marry kembali datang membawa beberapa orang termasuk dokter dan perawatnya. “Putri Adaline, dokter telah datang” Marry kembali menutup pintu, mempersilahkan orang-orang yang mereka panggil ahli medis untuk memeriksa tubuh Adaline. “Apa yang anda rasakan, Yang mulia?” tanya dokter itu saat menempelkan dua jari tangannya untuk mengecek detak nadi. “Anda berdebar, dan berkeringat dingin. Mungkinkah ada bagian lain yang terasa sakit?” Tambah dokter itu lagi.

    Last Updated : 2024-12-18
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 9

    Adaline membalikan badan, bulu kuduknya berdiri. "Ada apa, Tuan Putri?" Marry bertanya, mengintip ke arah yang sama. "Tidak ada! Hanya Pangeran Louise," jawab Adaline dengan nada kesal. Marry mendekat. "Maksud Tuan Putri, anda terganggu karena Pangeran Louis sedang memperhatikan Anda?" Adaline mengedipkan mata. "Ya, dan aku sangat tidak suka itu!" Pria yang saat ini banyak diperbincangkan oleh kaum hawa. Potretnya selalu menduduki berita utama di surat kabar. Bukan hanya karena kelebihan fisiknya, tapi juga karena kepiawaiannya dalam menggantikan peran ayahnya dalam hal mengambil banyak keputusan. Dia mampu menstabilkan ekonomi kerajaan yang akhir-akhir ini sedang berada pada kondisi kurang menguntungkan. Para gadis menjadikan dia sebagai idola, dan para wanita bersuami sering kali menjadikan dia sebagai fantasi liar. Marry kembali kebingungan dengan tingkah laku aneh dari Adaline. “Yang Mulia, bukankah anda sangat mencintai Pangeran Louise? Kenapa berkata seolah anda membencin

    Last Updated : 2024-12-22
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 10

    "Yang Mulia," sapa Lucas,memberi hormat dengan membungkuk. Lucas langsung menghentikan obrolannya dengan seorang prajurit begitu melihat Louise datang. "Apa yang membawa Anda ke sini?" Louise tak menghiraukan, malah memfokuskan pandangannya pada Adaline yang berada balkon kastil, bahkan setelah gadis itu berpaling dia masih memandangi punggungnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. Banyak hal rupanya yang membuat Louise penasaran, dibalik penampilan Adaline yang berantakan menyimpan sebuah teka-teki. Ada gejolak yang membara ketika melihat Adaline tersenyum pada Lucas.”Sekali penggoda tetaplah penggoda!” Gumam Louise lirih lalu berjalan pergi dengan kudanya. Louise selalu beranggapan bahwa Adaline hanyalah seorang mata-mata yang dikirim oleh keluarga Duke. Dia tak lebih dari seolah wanita penggoda yang mengobarkan diri untuk mendapat informasi. “Ssttttt” Tarikan tali kuda yang cepat cukup membahayakan. Kuda itu langsung bereaksi, mengangkat kepala dan telinga dan berhenti secara m

    Last Updated : 2024-12-24
  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 11

    Marry dengan lembut mengambil lotion dan parfume, lalu mengoleskannya pada kulit Adaline. “ Ini adalah aroma kesukaan anda, Yang Mulia. Di ekstrak dari bunga Freesia yang langka. Saya harap aroma ini akan membangkitkan ingatan anda,”“Sepertinya kau tak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri.” Asih merasa tak nyaman, ia berusaha terus menghindar saat Marry menyentuh kulit Adaline. “Tidak, Yang Mulia. Saya sudah lama melayani anda, dan ini adalah hal biasa. Lagipula seorang Putri Mahkota tidak diperbolehkan melakukan segala sesuatu sendirian. Mandi maupun berganti baju harus dibantu oleh pelayan.”“Tapi…”“Saya sudah seperti bayangan anda, jadi percayalah…”Asih menyunggingkan bibirnya lalu membiarkan Marry melakukan tugasnya, walaupun terasa sedikit geli saat mengoleskan lotion itu.Bulan terbenam dalam kegelapan, setengah cahayanya di lahab kabut tebal. Disusul dengan angin dari arah barat yang kemudian datang menyapa, kedua tangannya menabur serbuk sari yang ia curi dari ribuan bung

    Last Updated : 2024-12-31

Latest chapter

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 12

    Cermin memantulkan keindahan paras Adaline, Rambut indahnya ditata sedemikian rupa oleh Marry, bibirnya mengatup, pewarna merah yang dioleskan oleh Marry memberikan kesan sensual. “Apa biasanya aku berdandan seperti ini?”“Iya, Yang Mulia,” Jawab Marry mengangguk. “Baiklah, lanjutkan!” Riasan tebal dengan pilihan warna yang terlalu mencolok, wajah Adaline menjadi sedikit lebih dewasa dibandingkan usianya. “Kau bilang, aku sangat mencintai Louise? Bisa kau beritahu aku bagaimana hubunganku dengan Louise?”Asih mendongak pada Marry yang masih sibuk menata rambutnya. “Hubungan anda sebenarnya tidak cukup baik, Pangeran Louise,...”Marry berhenti sejenak, ia mulai ragu meneruskan ucapan. Sebab ia sadar bahwa semua ingatan Adaline tentang Louise adalah hal yang menyakitkan. “Ceritakan saja,”“Yang Mulia,”“Kenapa?”“Saya tidak tega, semua ingatan yang anda miliki tentang pangeran sangatlah menyakitkan.”“Tak apa, aku siap menerimanya.” Asih memutar tubuh, menunjukan senyuman manis untuk

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 11

    Marry dengan lembut mengambil lotion dan parfume, lalu mengoleskannya pada kulit Adaline. “ Ini adalah aroma kesukaan anda, Yang Mulia. Di ekstrak dari bunga Freesia yang langka. Saya harap aroma ini akan membangkitkan ingatan anda,”“Sepertinya kau tak perlu melakukan ini, aku bisa sendiri.” Asih merasa tak nyaman, ia berusaha terus menghindar saat Marry menyentuh kulit Adaline. “Tidak, Yang Mulia. Saya sudah lama melayani anda, dan ini adalah hal biasa. Lagipula seorang Putri Mahkota tidak diperbolehkan melakukan segala sesuatu sendirian. Mandi maupun berganti baju harus dibantu oleh pelayan.”“Tapi…”“Saya sudah seperti bayangan anda, jadi percayalah…”Asih menyunggingkan bibirnya lalu membiarkan Marry melakukan tugasnya, walaupun terasa sedikit geli saat mengoleskan lotion itu.Bulan terbenam dalam kegelapan, setengah cahayanya di lahab kabut tebal. Disusul dengan angin dari arah barat yang kemudian datang menyapa, kedua tangannya menabur serbuk sari yang ia curi dari ribuan bung

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 10

    "Yang Mulia," sapa Lucas,memberi hormat dengan membungkuk. Lucas langsung menghentikan obrolannya dengan seorang prajurit begitu melihat Louise datang. "Apa yang membawa Anda ke sini?" Louise tak menghiraukan, malah memfokuskan pandangannya pada Adaline yang berada balkon kastil, bahkan setelah gadis itu berpaling dia masih memandangi punggungnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. Banyak hal rupanya yang membuat Louise penasaran, dibalik penampilan Adaline yang berantakan menyimpan sebuah teka-teki. Ada gejolak yang membara ketika melihat Adaline tersenyum pada Lucas.”Sekali penggoda tetaplah penggoda!” Gumam Louise lirih lalu berjalan pergi dengan kudanya. Louise selalu beranggapan bahwa Adaline hanyalah seorang mata-mata yang dikirim oleh keluarga Duke. Dia tak lebih dari seolah wanita penggoda yang mengobarkan diri untuk mendapat informasi. “Ssttttt” Tarikan tali kuda yang cepat cukup membahayakan. Kuda itu langsung bereaksi, mengangkat kepala dan telinga dan berhenti secara m

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 9

    Adaline membalikan badan, bulu kuduknya berdiri. "Ada apa, Tuan Putri?" Marry bertanya, mengintip ke arah yang sama. "Tidak ada! Hanya Pangeran Louise," jawab Adaline dengan nada kesal. Marry mendekat. "Maksud Tuan Putri, anda terganggu karena Pangeran Louis sedang memperhatikan Anda?" Adaline mengedipkan mata. "Ya, dan aku sangat tidak suka itu!" Pria yang saat ini banyak diperbincangkan oleh kaum hawa. Potretnya selalu menduduki berita utama di surat kabar. Bukan hanya karena kelebihan fisiknya, tapi juga karena kepiawaiannya dalam menggantikan peran ayahnya dalam hal mengambil banyak keputusan. Dia mampu menstabilkan ekonomi kerajaan yang akhir-akhir ini sedang berada pada kondisi kurang menguntungkan. Para gadis menjadikan dia sebagai idola, dan para wanita bersuami sering kali menjadikan dia sebagai fantasi liar. Marry kembali kebingungan dengan tingkah laku aneh dari Adaline. “Yang Mulia, bukankah anda sangat mencintai Pangeran Louise? Kenapa berkata seolah anda membencin

  • Jiwa Yang Tertukar   bab 8

    “Jaya! bagaimana caraku terhubung dengannya!” Asih memekik sendirian, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari sebuah vas bunga, tempat dimana suara Jaya muncul bersamaan dengan api kecil seperti kemarin. Pikirannya campur aduk, mimpi buruk yang menyeramkan membuat batin nya tak tenang. “Apa yang terjadi pada bapak! Apa dia dalam bahaya! Tidak! Ini salah, tak seharusnya kubiarkan bapak sendirian.” Begitu bunyi otaknya, selalu memberi pertanyaan yang sama. Tidak ada! Vas itu menghilang. Asih kelabakan untuk sesaat, sebelum Marry kembali datang membawa beberapa orang termasuk dokter dan perawatnya. “Putri Adaline, dokter telah datang” Marry kembali menutup pintu, mempersilahkan orang-orang yang mereka panggil ahli medis untuk memeriksa tubuh Adaline. “Apa yang anda rasakan, Yang mulia?” tanya dokter itu saat menempelkan dua jari tangannya untuk mengecek detak nadi. “Anda berdebar, dan berkeringat dingin. Mungkinkah ada bagian lain yang terasa sakit?” Tambah dokter itu lagi.

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 7

    Asih berjalan memasuki ruang kematian yang lantainya dibanjiri cairan berwarna merah segar, mayat tanpa kepala tergeletak tak beraturan. Semuanya berlumuran darah kental, anyir sekaligus busuk, udara panas di dalam ruangan menyumbat hidung. Ia sontak menutup rapat alat pernapasannya, linglung juga ketakutan, tanpa pikir panjang Asih mencoba keluar kembali. Sayangnya pintu mendadak terkunci “Tolong! tolong!” Asih memukul-mukul pintu, menahan diri dari rasa mual. “Buka pintunya, tolong aku!” Sekali lagi, Asih mengerang sambil terisak. Gaun putih miliknya nyaris tak terlihat bersih, sebab setiap kali ia bergerak, percikan darah akan mengenai dirinya. Asih kemudian mengangkat kedua tangan, memperhatikan telapak tangannya dengan seksama, ada noda darah, merambat melalui jari-jari, melabur seluruh tubuh sampai ke wajahnya. “Aaaaaaaaaaaaa” teriakan histeris, ia meringkuk di balik pintu berharap ada seseorang yang akan menolong. Tanpa sengaja tangan kanannya menyentuh sesuatu, seperti b

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 6

    “Tunggu! kau salah paham, aku tidak ingin berseteru, aku hanya ingin meminta tolong!” “Tapi aku tidak ingin menolongmu, bagaimana jika kau saja yang menolongku agar bisa naik jabatan?” balas Viscount Erick, ia hanya perlu menyingkirkan Sekti dan melaporkan bukti bahwa Sekti memiliki Ilmu sesat, maka otomatis Raja akan menaikan statusnya, bisa jadi lebih tinggi dari Mahesa. “Tembak!” Viscount Erick melepeh batang rokok yang tersisa di mulutnya, menaikan satu kakinya di atas kursi agar bisa memfokuskan diri jika ada gagak putih yang datang. Ia telah mempelajari saat prajurit masa lampau menembak burung-burung itu untuk melumpuhkan musuh. Satu buah peluru mendarat tepat di dada kiri Sekti, dia tersungkur namun ia masih punya kekuatan untuk menahan. Sekti sudah cukup bersabar selama ini, dia tak pernah memberi perlawanan ataupun memberontak, ia telah membiarkan harga dirinya terinjak-injak demi putrinya yang begitu mencintai semua tentang Kerajaan Naverre dan Mahesa. Ia tidak ingin

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 5

    Setelah berpikir semalaman, Sekti akhirnya membuat keputusan untuk mencoba meminta tolong pada Viscount Erick. Ia adalah pegawai pemerintahan yang sudah 3 tahunan ini menggantikan tugas Mahesa. Meski Sekti tahu ini akan cukup sulit, sebab Viscount Erick tidaklah seperti Mahesa yang sering berbaur dengan penduduk asli. Ia cukup sombong dan suka mengintimidasi para petani dan nelayan. “ Aku ingin bertemu dengan perwakilan kerajaan!” tukas Sekti pada penjaga. Ia mendatangi rumah peristirahatan yang dikhususkan untuk para pengabdi kerajaan. Berada di utara pesisir pantai, dengan berjarak hanya 10 meter dari bibir pantai. Satu-satunya bangunan termegah di pulau itu dan desain modern. “Tidak bisa! dia sedang sibuk!” tanpa ada rasa sopan santun, penjaga menolak kehadiran Sekti bahkan ironisnya sampai mengangkat senjata api di depannya.“Baiklah, tolong sampaikan padanya bahwa aku mencarinya.” Sekti mengalah, ia memilih pergi daripada harus berdebat dengan mereka. Orang-orang berkulit pucat

  • Jiwa Yang Tertukar   Bab 4 ( Sihir Pemindah Jiwa) POV ORANG KE-3

    “Asih, bangun nak!” Sekti memeluk Asih, mengusap pelan pipi anaknya. Namun darah terus keluar dari pergelangan tangan Asih, luka sayatan pisau menganga layaknya sebuah sumber air berwarna merah. Asih sudah sering melakukan percobaan bunuh diri, bahkan ia terlihat seperti mayat hidup akhir-akhir ini. Lebih mengerikan daripada saat ia menggila merindukan kekasih.Sekti kemudian menyobek kain hitam yang melekat pada baju bawahannya, secepat kilat membalut luka Asih dengan kain tersebut, mulut berkomat kamit, mata terpejam, sebuah kalimat kuno terlempar dari bibir lelaki tua, lalu wusss,... Keajaiban terjadi, darah itu seolah meliuk-liuk seperti cacing hidup, bergerak masuk secara teratur menuju kain hitam, bak tersedot ke dalam sayatan luka.“Tuk! Tuk!”Ketukan kecil mengganggu suasana, irama yang bisa membuat seorang Kepala Suku Tilar memiliki perasaan was-was. Tapi Sekti mencoba tetap terfokus pada kondisi Asih, ia memiringkan wajah, memastikan keadaan anaknya yang telah pulas tertid

DMCA.com Protection Status