Semua Bab The Mafia Billionaire: Bab 41 - Bab 50

98 Bab

41. Mengakhiri Kenikmatan Ini

Suara desahan serta rintihan lirih yang menggema di udara, adalah perwujudan dari intensnya kedua insan manusia yang sedang bercinta. Keintiman menggelora yang tengah tercipta, memercikkan api gairah yang sejak hampir dua jam yang lalu tak kunjung pudar, justru membuat sang lelaki semakin berhasrat. Terdengar lenguhan panjang disertai oleh melengkungnya tubuh sensual dengan lekuk sempurnanya yang feminin, membuat sang lelaki menghentikan sejenak aktivitas panasnya yang sejak tadi menghujam tubuh sang wanita. Udara terasa berat, oksigen terasa sulit di dapat.Namun semua itu tidak menyurutkan semangat dua sejoli yang berada di atas ranjang yang telah berantakan tak berbentuk itu. Atau mungkin lebih tepatnya, semangat sang pria. "Aku menang," bisik Aiden, sang pria, dengan menyunggingkan seringai setengah penuh kepuasan melihat wanitanya yang kini terlihat tak berdaya, setelah pelepasannya yang berkali-kali. "Ya, ya~ kamu yang menang," desah Trixie sambil memutar kedua bola matany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

42. Buronan

Trixie terbangun saat merasakan tenggorokannya yang sangat kering. Ia haus sekali, setelah hampir lebih dari setengah malam bercinta tanpa jeda. Gadis itu pun memejamkan mata dan menepuk pelan keningnya, ketika kenangan akan aktivitas panas kembali lewat dalam pikirannya. Aarghh!! Memalukan sekali!! Kenapa ia harus menjerit dan mendesah di sepanjang percintaan?? Sial, hanya dalam semalam Aiden Miller telah mengubah Trixie Bradwell yang anggun dan elegan menjadi seorang jalang.Rasanya ingin sekali ia memukul kepala lelaki itu karena kesal. Tapi... dimana dia?? Trixie menolehkan kepalanya ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka dari arah luar. Seraut wajah tampan yang tersenyum nakal pun muncul dari sana. Aiden membawa sebuah baki berisi segelas air putih dan potongan buah-buahan, lalu meletakkannya di atas tempat tidur tepat di hadapan Trixie. "Halo, Angel." Aiden mengecup bibir Trixie sekilas dengan sedikit menjilatnya. "Kamu pasti haus, kan? Karena aku telah membuatmu menjerit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-04
Baca selengkapnya

43. Lompat

"Pegangan yang erat, Angel. Karena aku akan melompat dari jendela menuju ke helikopter. Kamu siap?" "A-apa? Melompat?" Trixie menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dengan manik biru safirnya yang membelalak ngeri. Napasnya memburu, seakan paru-parunya tiba-tiba kesulitan mendapatkan oksigen. Ia nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Aiden, biarkan aku turun!" serunya panik. Tangannya dengan segera bergerak untuk melepaskan diri dari gendongan Aiden. Namun sebelum ia sempat benar-benar meloloskan diri, Aiden malah mengubah posisi tubuhnya, membuat Trixie kini menempel erat di bagian depan lelaki itu. "Jangan banyak bergerak, Angel. Nanti tubuhmu akan semakin kesakitan," ujar Aiden dengan nada tenang serta lembut, tapi tetap penuh dengan dominasi. Tatapannya yang penuh arti pun turun sejenak ke tubuh Trixie, terutama bagian bawahnya, sebelum kembali menatap lurus ke depan. Trixie menelan ludah dengan susah payah. Sekujur tubuhnya menegang, sementara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

44. Keyakinan Hati

Sergapan udara malam yang dingin dan tajam terasa menusuk bagian kulitnya yang tidak tertutup mantel bulu. Angin kencang berhembus liar, membawa serta sensasi menusuk yang membuat tubuhnya menggigil. Trixie bisa merasakan setiap helaian rambutnya beterbangan tanpa arah, wajahnya diterpa angin yang membuat napasnya semakin berat. Pemandangan dari ketinggian 39 lantai di bawahnya sungguh mengerikan. Cahaya lampu kota yang berkelap-kelip tampak seperti bintang-bintang yang jatuh ke tanah. Namun bagi Trixie, semua itu hanya memperparah rasa pusingnya. Bayangan tubuhnya dan Aiden yang bisa saja meluncur ke bawah dalam sekejap, membuat dadanya sesak oleh kepanikan. Inilah saatnya... Trixie begitu yakin kalau ajalnya telah tiba... setelah ia melihat Aiden yang ternyata meleset masuk ke dalam helikopter dengan pintunya yang telah terbuka. Sesaat ketika Trixie mengira mereka mereka akan terus meluncur turun menghujam tanah, tiba-tiba saja tangan Aiden meraih bagian kaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

45. Hanya Ada Satu Peraturan

"Hei. Kamu sudah bangun, Angel?"Suara berat dan lembut itu menyusup ke dalam kesadarannya, menggoyahkan batas antara mimpi dan kenyataan. Perlahan, kelopak mata Trixie pun terbuka, menampilkan bola mata indah sewarna safir, menangkap seraut wajah tampan yang tengah menatapnya dengan begitu intens. Untuk sejenak, kesadarannya masih terasa terombang-ambing. Namun ketika kesadaran itu akhirnya pulih sepenuhnya, Trixie pun tersentak. Tempat ini begitu asing baginya. Ini bukan apartemennya, bukan juga hotel tempatnya menginap di London. Aiden sepertinya bisa membaca kebingungan Trixie seperti buku yang terbuka. Tatapannya yang tajam namun tenang menyelami matanya, sebelum bibirnya yang sempurna melengkung dalam senyum menenangkan. "Kamu sekarang berada di tempat yang aman, Angel."Suara Aiden terdengar begitu yakin, begitu mutlak, seakan-akan di dunia ini tidak ada tempat yang lebih aman selain di sisinya. Trixie pun seketika menelan ludah. Pandangannya berkeliling, mencoba men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

46. Kaki Tangan?

Lena menghela napas pelan sambil sejenak memejamkan mata. Gadis bersurai hitam ikal itu benar-benar lelah, karena sudah lebih dari tiga jam ia tidak bisa bergerak bebas keluar dari ruangan ini. Dirinya sedang memenuhi panggilan resmi dari M15, sebuah badan keamanan Inggris Raya. Tak pernah sekali pun terlintas di benak gadis itu, bahwa ia akan menginjakkan kakinya di Gedung M15. Lena menggigit bibirnya. Sejak 3 jam yang lalu, ia terus menerus dicecar pertanyaan mengenai Aiden Miller, serta apa hubungan lelaki itu dengan Trixie, sahabatnya. Ya ampun, ia benar-benar bingung dengan semua ini. Kenapa mereka menanyakan Trixie dan Aiden? Sebenarnya kemana Trixie sekarang? Dan juga Aiden? Lena hanya bisa menjawab sebisanya, karena yang ia ingat terakhir bertemu Trixie adalah ketika ia mengantarkan Trixie kembali ke Penthouse-nya setelah acara penggalangan dana Fashion For Donations. Dan sekarang... Trixie kembali menghilang bersama Aiden Miller. Suara pintu yang terbuka membuat perh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

47. Pemenang

PLAAAKKK!!! 'Sial!! Kenapa malah tanganku yang jadi sakit?!' Gerutu Trixie setelah memukul lengan keras penuh otot milik Aiden. Gadis itu kesal sekali, ketika mendengar Aiden yang dengan seenaknya mengatakan bahwa dirinya tidak diperbolehkan mengenakan apa pun ketika sedang berada di dalam kamar ini! "Aku bukan pemuas nafsumu," sungut Trixie sembari mendelikkan manik biru safirnya dengan jengkel. Mereka mungkin memang sudah pernah bercinta sebelumnya, tapi seorang wanita elegan dan berkelas seperti Trixie sangat pantang merendahkan dirinya seperti itu. "Siapa yang bilang kalau kamu menjadi pemuas nafsuku?" Sergah Aiden balik sambil menggelengkan kepalanya. "A-aa, itu salah. Justru akulah yang akan menjadi pemuas nafsumu, Miss Trixie Bradwell," tambah lelaki itu lagi sambil menyeringai jahil. Melihat Trixie yang kesal dan marah-marah begini entah kenapa semakin menambah birahinya. Gadis ini benar-benar seksi dengan rambut pirangnya yang tergerai kusut membingkai wajah cantiknya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

48. Tembakan

"Sure, Dad." Karena telah selesai sarapan sejak tadi, maka Aiden pun memutuskan untuk langsung berbicara kepada ayahnya. Lebih cepat lebih baik, karena ia sudah tidak sabar untuk menghabiskan hari ini bersama Trixie. "Aku pergi dulu," ucap Aiden sembari berdiri dari kursinya dan mengecup puncak kepala Trixie. "Monica, aku minta tolong padamu untuk menemani Trixie sebentar saja, will you?" Pinta Aiden kepada adiknya yang sepanjang sarapan ini hanya diam saja. Aiden yang tidak menyadari jika Monica sesungguhnya kesal setengah mati melihat kemesraan yang ditunjukkan kakaknya kepada gadisnya, malah meminta pertolongan kepada adiknya. Yang kemudian menimbulkan sebuah senyum penuh arti yang diam-diam terpulas di wajah Monica. "Tentu saja, Aiden." Gadis bersurai legam berpotongan bob dengan poni lurus itu menganggukkan kepala sambil tersenyum manis kepada Aiden. "Monica akan mengajakmu ke taman, tunggu aku di sana, oke? Aku tidak akan lama." Trixie hanya menggumankan pelan ucapan yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

49. Tanding Ulang

Ada dua suara tembakan yang letusannya terdengar hingga lima kali, seolah ada dua senjata yang sedang saling beradu. Aiden dan Henry pun tak pelak saling berpandangan, sebelum keduanya serentak sama-sama berdiri dari sofa. Tanpa berpikir lagi, Aiden langsung berlari keluar dari ruangan kerja Ayahnya, mengabaikan teriakan Henry yang memintanya membawa senjata untuk berjaga-jaga. Satu hal yang membuat otak Aiden mendadak sontak berubah menjadi buntu adalah... Trixie. Apa letusan senjata itu ada hubungannya dengan Trixie? Anehnya lagi, Aiden tidak menemukan siapa pun di sepanjang perjalanan selama ia berlari di dalam Mansion ini. Padahal biasanya ada beberapa pelayan yang sedang bekerja. Aiden terus mengayunkan langkah dengan cepat menuju ke arah kebun belakang, posisi dimana suara letusan senjata itu terdengar. Sial. Kenapa akses menuju ke taman belakang sangat jauh sekali?? Mansion Necker Island ini sebenarnya tidak lebih luas dari Mansion miliknya di Epping Forest, tapi kini
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

50. Mencintai Orang Yang Sama

Tubuh Trixie kini telah berada di depan Aiden, dengan punggungnya yang menempel erat di dada lelaki itu. Trixie yang terkejut, tak pelak hanya diam tak bergerak saat Aiden menggenggam tangannya yang memegang senjata dan mengarahkannya ke depan. "Sekarang menembaklah," bisik lembut Aiden di telinga Trixie. Trixie pun menurut. Ia menembakkan peluru dari dalam senjata yang ia genggam, dan tersenyum puas ketika melihat bagaimana Aiden ternyata menolongnya untuk menang. Tembakannya kali ini sempurna, 5 dari 5. "Ck. Itu curang," cemooh Monica yang cemberut melihat bagaimana Aiden memeluk dan membantu Trixie menembak. "Ya, sama curangnya denganmu yang memilih lawan tak seimbang, Monica. Trixie memang bisa menembak, tapi bukan berarti ia semahir dirimu yang mendapatkan pelatihan intensif selama setahun," cetus Aiden sembari menatap Monica tajam. Monica mengerjap kaget melihat sikap Aiden yang mendadak sedingin salju Antartika kepada dirinya. Apa kakaknya itu marah hanya karena ia men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status