Home / Romansa / The Mafia Billionaire / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of The Mafia Billionaire: Chapter 61 - Chapter 70

98 Chapters

61. Murka

"Aku tidak mau makan!!" Teriaknya lagi, saat dirinya telah didudukkan di kursi dengan meja penuh makanan di depannya. "Aku mau makan, asal Aiden pulang dan dia yang menemaniku di sini," koreksi Monica lagi, sembari menatap penuh permusuhan ke arah manik hijau yang membalasnya dengan sorot dingin. "Mr. Miller harus mengurus sesuatu yang penting, Nona. Tolong jangan banyak tingkah dan makan saja hidangan di meja!" Ucap Nathan tegas. Monica berdecih dan melipat kedua tangan di dada. "Cih. Mengurus sesuatu yang penting, katamu? Lalu kenapa si pirang sombong itu juga harus ikut dengannya??" "Miss Trixie Bradwell maksud Anda? Bukankah sudah jelas kalau mereka adalah sepasang kekasih? Sudah pasti kakak Anda ingin selalu berada dekat dengan Miss Trixie," tukas Nathan dengan lugasnya, lalu diam-diam tertawa dalam hati ketika melihat wajah keruh Monica. "Anda terlihat kesal. Apa karena saya mengatakan mereka adalah 'sepasang 'kekasih'?" Ledeknya dengan sengaja. "Mereka memang mesra sekali
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

62. Kembali

Nathan memeluk Nona-nya dan menempatkan diri agar tubuhnya menjadi tempat mendarat yang aman untuk Monica. "Aiden jahat! Kenapa dia meninggalkanku di saat aku sangat membutuhkannya? Kenapa?!" Monica yang kini menindih tubuh Nathan pun memukuli lelaki itu, menyalurkan rasa frustasi dan kesedihannya. "Daddy sudah tiada dan Aiden pun pergi. Kenapa semua orang meninggalkanku?! Kenapaa?!!" Nathan hanya diam saat dirinya dijadikan samsak hidup untuk Monica. Ia sadar jika gadis ini masih merasa hancur atas kehilangan orang tua satu-satunya yang ia miliki, dan Monica memang harus melampiaskannya agar nyeri di hati mungkin akan sedikit terobati. Ketika pukulannya kemudian melemah, tangisannya pun kembali meledak. Nathan meraih kepala Monica dan menempelkannya di dada, membiarkan gadis itu bertumpu sejenak di sana melepas rasa. Kemeja putihnya pun basah karena air mata Monica yang tak hentinya mengalir, namun ia tidak peduli. Saat akhirnya tangisan itu menyisakan isakan-isakan kecil, Nat
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

63. Asing

"Halo, Angel." Trixie mengguman pelan mendengar suara Aiden yang menyapanya lembut disertai sebuah kecupan di bibir. Rasanya terlalu berat untuk membuka kedua matanya, namun gadis itu melakukannya juga meski rasanya lebih nikmat jika terpejam saja. Disorientasi, itulah yang ia rasakan saat ini ketika melihat dengan jelas situasi di sekitarnya. Hal terakhir yang ia ingat adalah pemakaman Henry di taman Mansion Necker Island yang sangat mengharukan, dimana tangisan Monica terus terdengar di sepanjang acara. Yang tak pelak menimbulkan keharuan kepada semua orang. Trixie sadar bahwa rasa kehilangan masif yang diderita gadis itu telah benar-benar menghancurkan hatinya, karena satu-satunya orang tua yang ia miliki kini telah tiada. Kesedihan Monica itu membuat Trixie teringat kepada keluarganya. Dad, Mom dan kedua saudara kembar lelakinya yang berada di Indonesia. Apa mereka tahu jika dirinya saat ini bukanlah berada di London? Apa mereka tahu jika saat ini dirinya tengah bertaruh ny
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

64. Kamu Tidak Bisa Pergi

Kamar ini berbeda, karena Trixie sama sekali tidak mengingat bagaimana dirinya sampai di ruangan ini. Dan juga... kenapa dia tidak mengenakan apa pun saat ini kecuali selembar selimut yang menutupi tubuhnya?? "Apa kita... uhm...," Trixie pun meringis, merasa malu menanyakan apakah mereka baru saja bercinta. "Belum, kita belum sempat bercinta karena kamu terus tertidur sejak tadi," jawab Aiden sambil tersenyum. "Aku tertidur?" Balas Trixie bingung. Sejak kapan dia tertidur? "Kenapa aku tidak ingat apa pun?" "Mungkin karena efek chloroform spray yang membuat kamu disorientasi sesaat. Nanti juga akan ingat," sahut Aiden dengan entengnya, namun sukses membuat Trixie terkejut setengah mati. "Chloroform spray??" Jerit Trixie sambil melotot kesal. "Jadi kamu sengaja membiusku?!" "Yaa karena~ aku tidak ingin kamu tiba-tiba menolak untuk pergi denganku," cengir lelaki itu sambil mengedikkan bahu seolah tanpa rasa bersalah sama sekali. Trixie menghembuskan napas pelan untuk meredakan em
last updateLast Updated : 2025-02-14
Read more

65. Tiba

"Ck. Dasar lelaki." Nathan melirik ke arah Monica yang berdiri di sampingnya, yang baru saja berguman dengan nada menggerutu. Wajah wanita itu terlihat sangat kesal melihat pemandangan di depan mata, yang membuatnya sejak tadi berdecak pelan dan memutar kedua bola matanya. Saat ini mereka sedang berada di pelabuhan Puerto de Malaga, demi untuk menjemput Aiden dan Trixie yang baru saja tiba di negara Spanyol. Yacht milik Aiden baru saja merapat, dan sepasang kekasih itu pun berjalan keluar dari dalam kapal sembari bergandengan tangan.Ada beberapa orang penjaga di belakang dan di depan yang mengikuti mereka Tampak dari kejauhan Aiden yang selalu mengajak bicara gadisnya, dengan senyum terkembang yang sejak tadi tak henti menghiasi wajahnya. Siapa pun bisa melihat jika lelaki itu seperti seseorang yang sedang kasmaran, dan kenyataan itu tak pelak membuat Monica semakin kesal. "Nathan." "Ya?" "Kamu lelaki normal, kan?" Nathan mengernyit menatap Monica yang menurutnya mengajukan
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

66. Cielo Nostra

Nathan pun mengangguk paham dan melanjutkan laporan hasil penyelidikannya. "Pelayan yang mengenakan bom bunuh diri di tubuhnya itu mendapatkan video ancaman dari seseorang yang akan membunuh keluarganya, kecuali dia membunuh Henry," tutur Nathan. "Videonya sendiri telah menghilang dari ponselnya, tapi kami berhasil melacak titik koordinat si pengirim. Dan... pelakunya adalah Cielo Nostra." Trixie bisa merasakan tubuh Aiden yang mendadak menegang di sebelahnya. Gadis itu pun menoleh dengan agak sedikit mendongak agar dapat mengetahui ada apa dengan Aiden. Bibir lelaki itu terlihat saling merapat, wajahnya kaku dengan rahang tegasnya yang bergerak-gerak seperti seseorang yang menahan geram. "Cielo Nostra, hm?" Ucap Aiden pelan, namun entah mengapa membuat Trixie menjadi merinding. Hilang sudah citra lelaki iseng, mesum dan suka menggoda. Karena yang Trixie lihat saat ini adalah sosok yang berbeda, seolah Aiden memiliki banyak lapisan yang berbeda. "Apa kamu yakin, Nathan?" Lelaki
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

67. Markas

Trixie hanya bisa terperanjat dalam diam, ketika mobil yang mereka tumpangi kini tengah memasuki sebuah pintu gerbang raksasa dari besi tempa yang sangat tinggi. Mungkinkah tingginya lebih dari 6 meter?? Dan gadis itu pun lebih kaget lagi, saat pintu gerbang besi itu terbuka dengan perlahan... lalu menampakkan isi di dalamnya. Manik sebiru batu safir itu mengerjap. Sosok bangunan megah bertingkat tiga dengan penjagaan puluhan orang di bagian halamannya, membuat Trixie menggeleng pelan hampir tak kentara. Saat mobilnya bergerak semakin masuk ke dalam, Trixie melihat semua penjaga memberikan penghormatan dengan menundukkan kepala ke arah Aiden. Ketika akhirnya mereka sampai di depan tangga lebar menuju ke bagian entrance rumah besar itu, Aiden menuntun Trixie turun dari mobil. Setelah beberapa jam menaiki kereta api yang ternyata seluruh gerbongnya telah dibooking oleh Monica sebagai penjagaan keamanan ekstra ketat, sampailah mereka di sebuah stasiun di bagian utara Kota Madrid,
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

68. The Godmother

Suara langkah kaki tegas beberapa orang terdengar menggema di sepanjang lorong sempit yang diterangi cahaya putih kebiruan. Mereka berjalan dengan irama yang seragam, menciptakan aura disiplin dan ketegasan. Di ujung lorong, mereka berhenti di depan sebuah pintu yang tampak seperti lempengan logam hitam mengilap, tampak biasa saja, seolah tak ada yang istimewa.Namun, dalam hitungan detik, permukaan pintu itu berubah. Dari kilatan cahaya halus, titik-titik sinar kebiruan mulai berkumpul dan bergerak, membentuk seraut wajah wanita dengan fitur yang tampak hampir membentuk rupa seorang manusia. Wajah itu tersenyum tipis, sebelum akhirnya berbicara dengan suara yang halus namun tegas."Selamat siang, Mr. Aiden Miller." Suara wanita dalam layar pintu itu terdengar jernih dan penuh ketegasan, disertai dengan kilatan sinar lain yang bergerak-gerak, seakan sedang menganalisis sesuatu.Aiden menatap wajah tersebut tanpa ekspresi. Di balik tatapannya yang tenang, ada kesan familiar terhada
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

69. Flashback

"Dasar anak bodoh!! Bisanya hanya bermain komputer saja!!" PLAAKK!! Suara seperti benda yang jatuh berdebam ke atas lantai terdengar menyebar di udara. Sosok kecil yang tadi dipukul oleh lelaki dewasa itu pun kini terduduk di lantai. Darah mengucur sangat deras dari hidungnya, akibat hantaman keras dari bogem mentah si lelaki dewasa. Tapi anehnya, anak kecil itu sama sekali tidak menangis, mengaduh, atau pun meringis kesakitan. Wajahnya tetap datar tanpa ekspresi, seolah ia tidak merasakan sakit sama sekali. Anak lelaki itu mungkin baru berusia delapan tahun, usia yang masih sangat kecil. Namun kemampuan otaknya yang jauh di atas rata-rata orang dewasa, membuatnya menyukai hal-hal yang berhubungan dengan komputer dan teknologi. Dan ayahnya, si lelaki yang baru saja memukulnya, membenci putranya yang hanya berkutat di dalam kamar. Mengutak-atik komputer yang menurutnya tak ada gunanya sama sekali. Anak kecil itu mengusap darah di wajahnya menggunakan punggung tangannya
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

70. The Godmother (2)

Wanita itu tertawa kecil mendengar nada gusar putranya. "Baiklah, baiklah. Hm, Marco pasti sedih di atas sana ketika mengetahui bahwa putranya hanya mengakui ayah tirinya saja." Aiden menarik napas dan perlahan menghembuskannya. Ia paling tidak suka jika ibunya mengungkit-ungkit perihal lelaki jahat yang bernama Marco. Sampai mati pun, Aiden hanya akan mengakui bahwa Henry-lah satu-satunya ayahnya. "Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu, Mom." Akhirnya Aiden pun memutuskan untuk tidak lagi berbasa-basi, meskipun sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan ibu kandungnya itu. Tak ada setitik pun rasa yang tersisa untuk wanita ini, sejak dirinya ditinggalkan begitu saja tanpa kata dan berita di usia yang masih kecil. Aiden sangat beruntung karena Henry memberikan kasih sayang yang tidak pernah ia terima baik dari almarhum ayahnya Marco maupun Vivienne, nama ibunya. "Oh ya? Apa itu, Aiden? Apa kamu ingin tahu tentang siapa pembunuh Henry?" Tebak Vivienne dengan jitunya. "Apa itu
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status