Home / Romansa / The Mafia Billionaire / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of The Mafia Billionaire: Chapter 21 - Chapter 30

98 Chapters

21. Teringat Kembali

Aiden menyunggingkan senyum tipis ketika melihat Trixie yang kini telah kembali ke meja makan. "Sudah selesai meneleponnya?" Gadis bersurai pirang itu pun mengangguk, lalu menyerahkan ponsel kepada Aiden. "Terima kasih untuk ponselnya, dan terima kasih juga karena sudah menjaga Lena," ucapnya Trixie sambil tersenyum. "Sama-sama, Angel. Sekarang duduklah agar kita bisa sarapan." Aiden menarik tangan Trixie untuk menuntun gadis itu agar duduk di sampingnya. Dan Trixie pun seketika melotot horor, ketika melihat apa yang telah diisi oleh Aiden di dalam piringnya yang dipenuhi oleh makanan. Apa lelaki itu mengira dirinya akan serakus itu memakan semuanya?? "Aiden, aku cuma mau sarapan yang ringan hanya sebagai penunjang aktivitas, bukan mau bekerja merekonstruksi jembatan!" Pekik Trixie ketika melihat tiga potongan tebal daging beef wellington, dua telur mata sapi, dua lembar roti panggang, tiga potong sosis daging domba, serta semangkuk sup jamur asparagus. "Percayalah, kamu akan s
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

22. Keyakinan

Trixie menelan ludahnya dengan berat ketika suara dingin itu kembali terdengar, mengalun dalam perintah yang tegas namun mematikan. Ekspresi wajah lelaki itu benar-benar tak terbaca, sama persis seperti kesan pertama yang ia berikan ketika mereka bertemu dulu. Sosok di hadapannya seolah memiliki dua kepribadian yang sangat kontras. Di satu sisi, ia pria yang suka menggoda, penuh pesona, bahkan tak jarang mesum dengan komentar tajam yang membuat wajah Trixie merona. Namun sisi lain, ia adalah pria yang angkuh, dingin, dan terasa mustahil untuk disentuh, seperti tembok es yang tak tertembus. Tanpa berkata banyak, Aiden menggenggam pergelangan tangan Trixie, membawanya masuk kembali ke dalam mansion megah itu. Langkah kakinya begitu tergesa, nyaris menyeret Trixie yang harus berlari kecil untuk menyamakan irama. Wajahnya tampak serius, seperti tengah berlomba dengan waktu. Trixie mengernyit, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Ia semakin bingung saat Aiden membi
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

23. Ke Dalam Hutan

Suara dentuman keras serta rentetan senjata yang berulangkali dan terdengar menggema di atasnya, membuat detak jantung Trixie tak hentinya berpacu dengan cepat. Ia seolah berada di dalam sebuah situasi perang terbuka, dan hanya tinggal menunggu waktu saja ajalnya akan tiba. Hanya ada cahaya remang-remang di dalam bunker ini, dan itu rasanya sangat menakutkan, membuat Trixie semakin ingin berlari keluar saja dari sini. Tapi pada akhirnya ia pun tetap memilih untuk tinggal, karena ingat kepada pesan Aiden yang akan menjemputnya. Sejak tadi Trixie terus mendongakkan kepalanya ke atas ke arah langit-langit hingga lehernya terasa pegal. Sampai kapan suara-suara pertikaian itu akan usai? Trixie merasakan kelelahan yang luar biasa akibat kecemasan yang terus saja meliputi benaknya. Ia memikirkan bagaimana nasib Aiden serta semua orang yang berada di Mansion, terutama juga memikirkan dirinya sendiri yang entah akan selamat atau tidak dari semua ini. Lelah sekali. Rasanya sekarang ingi
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

24. Bukti

Dengan masih menutup mata, tubuh Trixie terguncang-guncang pelan di punggung Aiden. Gadis itu hanya mengernyitkan keningnya saat aneka aroma mendadak menyerbu indra penciumannya. Aroma mesiu, asap, dan... bau besi yang tajam. Trixie pun menelan ludahnya ketika menyadari arti dari yang ia hirup. Seketika gadis bersurai pirang emas itu pun mengeratkan pegangannya di leher Aiden. Ia mendengar suara beberapa orang yang sedang berbicara di kejauhan, namun tak jelas suara siapa gerangan. "Apa... apa semua orang baik-baik saja?" Tanyanya gugup dengan suara pelan nyaris berbisik. Ia terlalu cemas mendengar jawaban dari Aiden. Namun sayangnya hanya keheningan yang Trixie terima, karena Aiden tampak enggan untuk menjawabnya. Godaan untuk membuka mata terasa begitu besar, namun Trixie tidak yakin apakah jiwanya sanggup melihat hal yang mengerikan yang kini sedang dibayangkan oleh otaknya. "Tetaplah menutup matamu, Angel. Dan percayalah padaku."Aiden hanya mengulangi dua kalimat itu, hin
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

25. Dia Tak Seperti Apa Yang Kamu Kira

"Selamat siang, Miss Trixie Bradwell." Seorang lelaki berpostur tinggi dengan kulit agak kecoklatan berdiri dari kursinya dan tersenyum menyambut Trixie, yang baru saja masuk ke dalam sebuah ruangan dengan bantuan kursi roda. Lelaki itu mengenakan setelan jas resmi yang rapi berwarna abu-abu gelap, ia sedang menulis sesuatu di atas sebuah kertas sebelum kedatangan Trixie. "Selamat siang juga, Mr. Gale Webster," sahut Trixie membalas sapaannya dengan sopan. "Panggil saja saya Gale," ucap lelaki itu sembari masih tersenyum kepada gadis muda di kursi roda. "Kalau begitu Anda juga bisa memanggil saya Trixie, Gale." Gadis itu lalu menatap Lena yang mendorong kursi rodanya. "Terima kasih banyak, Lena. Tunggulah aku di luar." Lena mengernyit tak suka mendengar perkataan Trixie yang tak ingin ia temani saat bertemu dengan salah satu agen Security Service M15 bernama Gale itu. Ia cemas, tentu saja. Meskipun agen pemerintah itu tampaknya sangat ramah, tapi tetap saja... aaghh dasar kera
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

26. Kembali

Angin malam berembus lembut di sepanjang dermaga, membawa aroma asin dari laut yang mengelilingi pulau kecil dimana sebuah Mansion berdiri dengan megah. Lampu-lampu gantung menerangi jalan setapak berbatu menuju bangunan klasik itu, menciptakan bayangan panjang di atas tanah yang masih basah oleh hujan sore tadi. Di antara keheningan malam, suara langkah kaki cepat terdengar di ujung dermaga. "Aiden!!" Suara teriakan gembira berbalut kelegaan itu memecah keheningan, membuat Aiden yang baru saja melangkah turun dari speedboat tersenyum tipis. Ia bahkan belum sempat menyesuaikan diri dengan suasana pulau ketika tubuhnya dihantam dalam sebuah pelukan erat. Seorang gadis berambut gelap dengan wajah cemas kini melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh lelaki itu, seakan memastikan bahwa ia benar-benar nyata dan bukan sekadar ilusi. "Hei. Aku tidak bisa bernapas, Monica! Sebenarnya kamu rindu atau ingin meremukkan tulangku, hm?" Gadis yang dipanggil Monica itu sontak
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

27. The Black Skull

"Karena sesungguhnya Leon Morgan, tunanganmu itu, dia tidak seperti apa yang kamu kira selama ini, Trixie."Suara Gale terdengar tenang namun penuh ketegasan. Tatapan matanya tajam menusuk, seolah ingin menyelami kedalaman benak gadis di hadapannya.Trixie merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ia menatap Gale dengan ekspresi terkejut, dan keningnya yang berkerut dalam."Apa maksud dari perkataanmu itu, Gale?" tanyanya dengan suara lebih rendah dari biasanya.Gadis itu benar-benar tidak menyukai cara Gale berbicara seakan-akan ia mengetahui sesuatu yang Trixie tidak tahu."Aku sangat mengenal Leon!" serunya, kesal dengan ucapan pria itu.Tidak mengenal Leon? Omong kosong! Trixie bahkan bisa mengingat semua kebiasaan dan kesukaan pria itu, hingga ke detail-detail kecil yang bahkan orang lain tidak peduli. Leon selalu meminum kopinya tanpa gula, hanya sedikit susu. Ia benci bunga matahari tetapi menyukai lavender. Ia selalu mengetukkan jemarinya ke meja ketika sedang berpikir. Bag
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

28. Menghapus Benua

Trixie merasakan bulu kuduknya meremang saat mendengar nama itu disebutkan. The Black SkullNama yang asing tetapi terasa akrab di telinganya. Ada sesuatu dalam benaknya yang berbisik bahwa ia pernah mendengarnya, entah di mana dan kapan."The Black Skull?" ulang Trixie pelan, keningnya berkerut dalam. "Rasanya aku pernah mendengarnya..."Gale menatapnya dengan ekspresi penuh arti. "Itu adalah organisasi mafia yang memproduksi dan mengembangkan teknologi senjata biomassa ilegal," terangnya dengan nada yang dalam dan serius.Trixie menelan ludah. Ia bukan tipe wanita yang gemar mengikuti berita kriminal atau politik internasional, tetapi mendengar kata "mafia" dan "senjata biomassa ilegal" cukup untuk membuat dadanya bergemuruh tidak nyaman."The Black Skull juga dituding sebagai otak dari senjata kimia yang digunakan untuk membunuh salah satu pemimpin Korea Utara beberapa tahun yang lalu," lanjut Gale dengan nada berat. "Meskipun penyelidikannya tidak tuntas sampai sekarang."Trixie
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

29. Umpan

"Kamu menjadi apa?!"Trixie menghela napas pelan melihat Lena yang melotot ke arahnya dengan wajah kaku, seolah tak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya.Seperti yang telah ia duga sebelumnya, sahabatnya ini tidak akan bisa menerima begitu saja kabar yang ia bawa. Itu adalah reaksi yang wajar.Bahkan bisa dikatakan, ini adalah reaksi yang cukup ringan mengingat betapa gilanya keputusan yang baru saja ia buat.Ekspresi Lena tampak jelas menunjukkan bahwa ia menganggap Trixie sudah kehilangan akal sehatnya. Matanya membesar, bibirnya sedikit terbuka, dan wajahnya tegang, seakan berusaha mencerna informasi yang begitu absurd baginya.Tapi Trixie juga tidak bisa menyalahkan Lena sepenuhnya. Keputusan ini memang gila. Sangat. Bahkan mungkin keputusan paling gila yang pernah ia buat dalam hidupnya."Aku akan menjadi umpan, Lena," sahut Trixie akhirnya, mengulangi kata-kata yang sebenarnya sudah Lena dengar sebelumnya, tetapi terlalu di luar nalar untuk langsung diproses oleh o
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

30. Kebenaran Yang Menjadi Misteri

"Lalu apa yang akan kamu lakukan dengan teknologi pemusnah massal ini?" Henry Miller menatap tajam putranya, seolah berusaha menembus pikiran Aiden dan mencari tahu isi kepalanya. Pria paruh baya itu mengenal betul bagaimana otak cerdas putranya bekerja. Penuh strategi, licik, dan tak mudah ditebak. Aiden hanya menyeringai samar mendengar pertanyaan ayahnya. Ia tahu, jika saja ia berniat menjual teknologi itu, maka bayaran yang akan ia dapatkan pasti sangatlah besar. Para pembeli potensial dari berbagai belahan dunia akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya, bahkan rela menggelontorkan dana yang jumlahnya tak terhingga. Namun, bukan itu yang ada di pikirannya saat ini.Tidak. Kali ini, ia akan menyimpan informasi ini untuk dirinya sendiri. "Belum tahu," sahutnya dengan nada santai, seolah yang mereka bicarakan hanyalah sesuatu yang sepele. "Kurasa akan kusimpan dulu untuk saat ini." Henry mengamati wajah putranya dengan ekspresi serius, mencari tanda-tanda ketidakyakinan. Namu
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more
PREV
123456
...
10
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status