Home / Romansa / Aunty Cantik untuk Daddy / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Aunty Cantik untuk Daddy: Chapter 41 - Chapter 50

67 Chapters

Bab 41

"You can't make up for lost time. You can only do better in the future, Micko."Aku diam setelahnya. Menghela napas dan memandang wajah Micko yang tertunduk. Sebuah kalimat milik Ashley Ormon yang aku pinjam, sepertinya cukup untuk menjelaskan apa yang ada dalam perasaanku sekarang.Micko mengangkat kepalanya, menatap langit-langit dan menghela napas. Beberapa saat lalu –sekitar 20 menit lalu- Mark dan Dio memilih pergi saat ia datang. Meski, Mark berhasil mendaratkan sebuah tinju di wajah Micko dengan sukses. Beruntungnya Dio mampu melerai itu."Dan masa depan yang kau maksud adalah tidak denganmu, Nye?"Aku mengangguk; lemah."Aku tahu, kesalahanku tidak akan pernah bisa dimaafkan. Tapi Nye, aku datang kembali hingga mencarimu sampai ke Paris itu sungguh karena aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin mengulang semuanya dari awal. Mengembalikan senyum milikmu yang redup. Aku ... ingin menebus kesalahanku, Nye."Tanganku mengusap punggung tangannya lembut. Berusaha setenang mungkin
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 42

"I don't know why they call it heartbreak. It feels like every other part of my body is broken too, Dio."Aku menemukan Dio dalam pandangan buramku. Di dekatku, dalam jarak kurang dari 50 centi. Ada apron yang melingkar juga sebelah tangannya yang tergenggam secangkir cokelat panas. Menatapku penuh. Kedua matanya."Aku yakin kau sedang tak baik-baik saja, Nye."Dia selalu paham apa yang ada di relung paling dalam. Namun dibandingkan bertanya, Dio hanya menarik kursi cafe dan membiarkanku duduk. Setelahnya, cokelat panas sukses ia letakkan di depanku."Tapi sepertinya baik-baik saja buatmu walau keluar dari rumah sakit lebih cepat."Aku masih belum menanggapi. Sebab sibuk menyesap cokelat panas, mata justru berpredasi di seluruh ruangan Ten Belles cafe."No pleasure, no exspressions. Just an illusion of what should of, but was not.""Nye ....""Jaden Pradipta ternyata ilusi, Dio.""Sebenarnya, apa masalah kalian?""Jaden dan Tuhan yang tahu. Tidak maksudku yah satu alasan yang aku tahu
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 43

April dan musim semi. Aku terpekur di bawah pohon bunga sakura yang mulai bermekaran. Sesekali mengintip ke beberapa sudut, para pasangan sedang saling memagut. Tak berniat mengganggu, fiksasi netra aku alihkan pada warna pink manis yang tak jauh di sekitar kepala.Bunga yang indah.Meski begitu, Paris dan warna-warni bunga yang mulai menghiasi tiap inch-nya, tidak dengan mudahnya membinasakan perasaan kecewa. Sebuah retak yang diukir Jaden yah maksudku oleh keadaan. Kesalahpahaman yang mengakar kuat, membuat keduanya menjauh dengan sendirinya. Tanpa ada kemauan untuk saling mengejar. Untuk saling mencari pemahaman."Sometimes ... you meet someone who means the only your life realize in the end you have to let go."Itu adalah sebaris kalimat pembuka dalam surat yang Jaden tinggalkan. Selalu terngiang dan membuat keinginan untuk kembali mengulang membacanya kembali mengerat. Dan itu; sudah di tangan. Sebuah surat bersampul biru."Aku tidak tahu bahwa perasaanku padamu bisa terasa seber
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 44

Halim Perdanakusuma, musim semi dan masih pukul 10 pagi. Aku bergegas dengan ditemani Dio untuk segera meninggalkan bandara. Beberapa kamera baik wartawan maupun manusia penghuni bumi yang tidak berkepentingan sama sekali mulai menyorot. Beberapa juga bahkan berbisik menyambut kembalinya seorang Lyla Anyelir yang hampir setahun silam mereka antar menuju Paris dengan caci maki.Aku mengeratkan genggaman pada koper. Dio yang tahu gelagat cemas dariku segera membantuku menyelesaikan perjalanan di bandara dan mencari taksi. "Jangan hiraukan mereka," hiburnya.Aku mengangguk. Berjalan lebih cepat dari biasanya dan segera masuk ke dalam taksi. Sejak telepon Thea dan Anna dua hari lalu, fokus utama dalam kepala hanya terus menerus tentang Jaden Pradipta.Bagaimana keadaannya?Sebenarnya ia sakit apa?Apa keputusanku untuk datang padanya adalah tepat?Dan entahlah. Terlalu banyak pikiran yang menyemut di otak, hingga keragu-raguan yang selama ini menyelimuti perihal menyusul Jaden mendadak k
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 45

Kami kembali dalam keheningan. Segelas vanilla latte dan macarons tertata apik di meja. Belum tersentuh. Americano Jaden juga. Sebab kami –keduanya- masih sibuk menyelami pikiran masing-masing. Seperti aku yang berusaha mengendalikan diri setelah Jaden mengatakan rindu tadi. Mungkin juga Jaden sedang memikirkan hal yang sama. Atau tidak. Entahlah."Apa kabarmu, Nye?"Aku menatap keluar jendela cafe. Orang-orang berlalu lalang, sibuk dengan rutinitasnya."Aku baik-baik saja. Kau?""Aku tidak begitu baik.""Kenapa?""Apa kau lupa? Aku patah hati."Aku menghela napas kasar. Mengaduk vanilla latte dengan kasar."Oleh?""Kau," tudingnya tanpa aba-aba."Aku sudah membaca suratmu dan aku benar-benar marah.""Kenapa? Bukankah seharusnya aku yang marah?""Kenapa harus kau yang marah?""Jangan berbelit-belit, Nye. Aku yang sedang patah hati di sini."Pembicaraan ini sungguh mengesalkan. Apa keputusanku untuk datang ke Jakarta benar-benar sia-sia?"Aku juga patah hati, omong-omong.""Apa Micko m
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 46

Anna dan Thea. Dua gadis milik Jaden yang mampu mengubah pandanganku perihal anak kecil. Dua gadis periang yang hanya mendengar mereka menangis saja –yah karena Jaden juga- membuatku datang jauh-jauh dari Paris tanpa rencana. Anna dan Thea; mereka memelukku sekarang."Kenapa menangis, squishy?"Anna merenggangkan sedikit pelukannya. Ditatapnya aku dengan netra bulat yang berurai air mata menggemaskan. Ia menggelembungkan pipi dan bertingkah merajuk."Auntie jahat. Kenapa baru datang sekarang?"Aku pura-pura berpikir. Mataku teralih pada Thea yang masih tergugu."Sebelum itu, biarkan auntie bertanya. Siapa yang mengajari kalian berdua berbohong?"Mereka berdua diam. Saling berpandangan."Mengakulah."Mereka masih bergeming."Baiklah, karena tidak ada yang mengaku maka auntie putuskan untuk kembali ke Paris."Aku pura-pura beranjak. Namun anehnya, yang terkejut bukan hanya Anna dan Thea melainkan ayah mereka juga. Jaden dengan terburu bangkit dan menahan lenganku.Apa Jaden sungguh tida
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 47

"You wanna know who i'm in love with? Read the first word again."You.You.You.Jaden Pradipta gila!Dia benar-benar keterlaluan sebab mengirimkan sebuah buket bunga mawar berwarna pink yang dijalin indah dengan rangkaian lily serta baby breath. Dan lebih menggelikannya lagi –yah walau aku juga suka- dia menuliskan pesan singkat itu.Satu kata yang terus bergaung dengan malu-malu dalam benak. Betapa itu merujuk hanya padaku, Lyla Anyelir seorang. You; katanya?Dasar laki-laki buaya.Aku masih diam dengan mata yang berpendar di sekitar buket bunga dari Jaden. Rasanya ini aneh dan sedikit memalukan. Namun, Jaden memang luar biasa sukses membuat hatiku layaknya gadis remaja yang baru menginjak masa pubertas. Berbunga-bunga dengan seluruh aroma pink manis. Hal ini tentu saja tidak lain sebab lamarannya beberapa malam lalu sukses aku terima. Tanpa berpikir panjang. Tanpa perdebatan seperti sebelum-sebelumnya. Dan tentu saja tanpa mengungkit luka lama.Asik memikirkan manisnya seorang Jad
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 48

The Heritage, by Anne Avantie. Pukul 02 siang. Aku dan Jaden masih terus asik berdiskusi perihal wedding dress yang akan kita kenakan di hari penting itu. Ditemani dua orang pegawai boutique, beberapa pilihan telah kami tentukan. Sebenarnya, lebih kepada aku. Jaden sejak tadi hanya terus menurut dan mengatakan akan menyetujui apapun pilihanku. Ini boutique rekomendasi hampir seluruh temanku. Beberapa sahabatku dan teman-teman Jaden memang sudah tahu perihal rencana ini. Namun beruntungnya, belum ada satupun kabar yang bocor ke media. Melegakan; lebih tepatnya. Entah mengapa, saat ini aku benar-benar ingin menikmati hari pentingku hanya bersama orang-orang yang menyayangiku. Aku takut; jujur saja. Bayangan masa lalu dan serapah yang turut menyertainya terasa masih begitu nyata. Walau aku menikahi Jaden yang secara hukum legal berstatus single, tapi tetap saja di belakangnya ada nama Mina. Terbukti, beberapa waktu lalu, kedekatan ini menuai perdebatan dan tentu gunjingan. "Kenapa m
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 48

Jennieta, aku, Jaden Pradipta atau mungkin Micko sendiri, pun terkejut. Uraian air mata bening yang luruh di kelopak mata Jennieta yang membulat, menembus pandang tak percaya pada Micko, beralih sirat penuh kebencian padaku –dan mungkin Jaden-, menjadi afiliasi bahwa Micko bertindak terlalu jauh. Dia melewati batasan, bila yang baru saja ia lakukan adalah bentuk pembelaannya terhadapku.Aku tidak merasa senang, hey!Laki-laki tetaplah harus bersikap gentle sebagaimana ia disebut laki-laki. Bukan tak tahu diri –Anye ini sudah dibela tapi malah menyalahkan- tapi entah bagaimana, rasanya sakit juga melihat Micko berlaku demikian. Jennieta adalah istrinya maksudku yah mantan istrinya. Walaupun semua kepahitan ini bermula dari Jennieta dan keduanya. Tetap saja, mereka pun pernah dalam tawa-tawa bahagia. Dalam sanjung rona penuh warna pink manis selayaknya dua manusia yang saling jatuh cinta. Walau di sudut lainnya, aku memang terberai dengan rentetan tangis juga."Kau menamparku demi perem
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 49

Ia melepaskan pelukan. Jemarinya lincah menghapus air mata bahagia yang terluruh sempurna. Lanjutnya, "Memangnya kau akan kemana?""Saat itu aku pikir Amerika lumayan juga.""Jauh sekali. Tidak terpikirkan untuk di Asia saja?"Aku berpikir sejenak. "Ah ... ada. Ke Thailand?"Jaden mengernyit. "Bukankah itu di Asia Tenggara?"Aku mengangguk. "Di sana banyak tempat yang bagus untuk dikunjungi. Aku pikir, otak juga hatiku perlu beristirahat dan liburan. Mengunjungi berbagai tempat wisata pasti sangat menyenangkan. Sayangnya, aku tidak melakukannya. Entahlah, tiba-tiba ingin mencoba datang ke Paris terlebih dahulu. Ingin mendapatkan support dari orang-orang terdekat."Jaden mengangguk. "Kalau begitu, jangan ambil project apapun setelah kita menikah. Thailand bisa menjadi destinasi yang oke untuk bulan madu kita."Mendengar kata 'bulan madu' dari mulut Jaden langsung, sontak membuat pipiku merona. Entahlah, usia memang tidak bisa dibohongi perihal sesuatu yang indah.Ah ... sial, aku melan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status