Home / Romansa / (Bukan) Gadis Matre sang Juragan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of (Bukan) Gadis Matre sang Juragan: Chapter 21 - Chapter 30

38 Chapters

21. Pengagum Rahasia.

Nia tersenyum saat banyak pengikut yang men-DM-nya. Rata-rata dari mereka ingin tahu harga-harga tas yang ia spill tipis-tipis. Ketika makanan yang dipesan datang, ia menyantapnya dalam diam. Ia tidak mempedulikan obrolan Bayu beserta dua temannya."Menurut pendapat Nia bagaimana?" Tiba-tiba saja Niko bertanya pada Nia."Heh, bagaimana apanya?" Nia, yang memang tidak menyimak obrolan, balik bertanya."Jangan mulai lagi, Nik. Nia tidak tahu-menahu soal dunia usaha. Nia tahunya belanja saja." Bayu mendecakkan lidah. Sebenarnya, ia muak sekali melihat Nia yang terus-menerus menscroll berbagai macam model tas di ponselnya. Gadis ini pasti ingin membeli tas lagi. Nafsu belanjanya memang di luar nalar.Nia meneguk minumannya hingga tandas. Bayu memang tidak pernah menganggapnya berotak."Jangan judgmental begitu dong sama pacar sendiri, Yu. Siapa tahu Nia punya pandangan lain." Sekarang, giliran Leo yang membela. Sikap underestimate Bayu terhadap Nia membuat Leo merasa kasihan."Kami tidak
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

22. Siapa Dia?

"Ibu Berta ini adalah kreditur terakhir yang harus Ayah bayar, bukan?" bisik Pak Suhardi lirih sebelum mentransfer sejumlah dana kepada Ibu Berta. Saat ini mereka berada di rumah Ibu Berta, rentenir yang meminjamkan ibunya dana sejumlah dua ratus lima puluh juta rupiah dengan jaminan kalung dan cincin berliannya. Kini mereka harus membayar empat ratus lima puluh juta beserta bunganya."Iya, Yah," Nia balas berbisik. Saat ini Ibu Berta tidak ada di rumah. Rita, anak perempuannyalah yang mewakili ibunya."Baik. Ayah akan transfer sekarang." Pak Suhardi menekan beberapa tombol di ponselnya. Dalam sekejap, uang pun berpindah ke rekening Ibu Berta."Oke. Uangnya sudah masuk, kata ibu saya. Ini barang jaminannya." Rita memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah. Nia membuka kotak itu dengan hati-hati. Kalung berlian dan cincin berbentuk hati ada di dalamnya, berkilauan indah. Ibunya menggadaikan kalung dan cincin hadiah dari ayahnya. Syukurlah, barang-barang itu kini telah kembali pada
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

23. Duo Racun.

"Teh Nia benar-benar tidak tahu diri ya, Bu?" Dahayu menarik kursi dapur kasar. Ia tidak tahan melihat pemandangan di depan. Di mana kakak tirinya turun dari mobil dengan membawa box-box besar berisi puluhan tas mewah. "Tidak tahu diri kenapa sih, Nak?" tanya Bu Isnaini lembut. Ia tengah membuat kopi untuk suaminya tercinta. "Ibu ini bagaimana sih? Apa Ibu tidak melihat Teh Nia membawa pulang puluhan tas mewah? Mana ayah dan Kang Bayu mau-mau saja lagi mengangkati tas-tas itu. Teh Nia membuat Ayah dan Kang Bayu seperti kacungnya saja!" Dahayu memukul meja gemas. "Eh... eh... eh... anak perempuan tidak boleh kasar begitu. Tetehmu itu anak kandung ayahmu. Wajar kalau ayahmu menyayanginya. Kamu yang bukan anak kandungnya saja ayahmu sayang kok. Sabar ya, Nak?" bujuk Bu Isnaini sambil mengaduk kopi."Ayah sekarang berubah, Bu," keluh Dahayu seraya menghempaskan pinggulnya ke kursi."Berubah bagaimana? Ibu ke depan dulu ya? Mau menyambut ayahmu sekalian menghidangkan kopi." Bu Isnaini m
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

24. Fitnah Keji!

"Astaga, ada kekacauan apa di sini?" Pak Suhardi memandang sekeliling. Ketika melihat figura yang hancur berkeping-keping ia memandang penampilan dua anaknya yang acak-acakan. Hanya Dahayu yang tetap rapi."Begini, Yah. Teh Cana me—""Cana yang salah, Yah." Kencana dengan cepat memotong cerita sang adik."Cana tadi tidak sengaja meletakkan box agak kasar. Soalnya kaki Cana tersandung karpet. Teh Nia marah. Katanya box itu isinya tas-tas mahal." Kencana menyeka lelehan air matanya."Lantas, apa yang terjadi? Kenapa figura itu bisa pecah?" Pak Suhardi berjongkok di samping Kencana sambil menunjuk sepihan kaca di lantai yang sebagian mengenai karpet bulu. Bu Isnaini ikut jongkok di sebelahnya. Ia mengelus-elus bahu sang putri dengan usapan menenangkan."Teh Nia tidak percaya kalau Cana tersandung. Katanya, Cana sengaja merusaknya karena Cana iri. Teh Nia mendorong Cana ke tembok. Makanya kening Cana jadi begini." Kencana menyibak poninya. Memperlihatkan keningnya yang memar. Bu Isnaini t
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

25. Pindah Ke Tempar Baru.

Nia baru selesai mandi saat mendengar pintu kamarnya diketuk."Siapa?" tanya Nia tegang. Energinya sedang habis. Ia tidak siap saat jikalau harus berseteru entah dengan siapa pun lagi."Saya, Neng, Bik Titin."Syukurlah. Yang datang ternyata bukan musuh-musuhnya.Nia membuka pintu kamar. Bik Titin berdiri di ambang pintu. Tangannya membawa baki yang berisi obat-obatan."Bibik obati lukanya ya, Neng? Ini bibik bawain obat antiseptik dan betadine untuk membersihkan luka di kepala Neng Nia," kata Bik Titin. "Tidak usah, Bik. Saya sudah mengobatinya sendiri. Saya membawa obat-obatan sendiri dari Jakarta kok." Nia menolak sopan. "Oh, sudah diobati toh. Kalau begitu Bibik permisi dulu." Bik Titin pun berlalu. Nia yang tadinya akan menutup pintu menghentikan gerakannya. Samar-samar ia mendengar Bik Titin sedang berbicara dengan seseorang."Kok obatnya dibawa lagi, Tin?""Kata Neng Nia, sudah diobati sendiri, Pak.""Oh. Tapi tetap dipantau keadaannya ya, Bik? Anak itu memang keras hati sepe
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

26. Dia Lagi, Dia Lagi!

Pada pukul tujuh pagi, Nia sudah bersiap-siap pindahan. Karena barang-barangnya tidak banyak, ia akan menumpang pick up Pak Jaya—supir pabrik. Saat ini dirinya sedang menunggu kedatangan Pak Jaya."Pak, Cana bilang ia sudah melupakan semuanya. Nia tidak perlu pindah katanya. Nia tinggal di sini saja ya, Pak?" Bu Isnaini membujuk sang suami hati-hati. Sebagai seorang ibu, ia harus mendamaikan semua anak-anaknya."Tidak bisa, Is. Setiap kesalahan akan ada sanksinya. Nia harus mengakui kesalahannya dulu, baru ia bisa tinggal di sini," tukas Pak Suhardi tegas. Sebagai seorang kepala keluarga, ia harus memegang kata-katanya. Bu Isnaini terdiam. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi."Kamu beres-beres mess saja hari ini, Nia. Besok baru kamu mulai bekerja," kata Pak Suhardi pada Nia."Tidak apa-apa, Yah. Nia langsung bekerja saja. Barang-barang Nia cuma satu koper ini dan dua box berisi tas. Tidak ada yang perlu Dia repotkan," sahut Nia datar."Ya sudah kalau kamu maunya seperti itu." Pak Suha
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

27. Fitnah DiBalas Fitnah!

Nia memasukkan koper dan box ke dalam mess. Setelah mengunci pintu dan mengantongi kuncinya, ia membalikkan badan. Menyusuri jalan setapak menuju pabrik sambil bersenandung kecil. Ia mengabaikan kehadiran Bayu. Ia menganggap Bayu sebagai mahluk yang tak kasat mata."Heh, kamu budek ya?" Bayu yang geram melihat aksi Nia, mengejar dan menghadang langkahnya."Awas, orang budek mau lewat!" Dia mendorong dada Bayu dengan kedua tangannya. Sayangnya, Bayu tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya berdiri. Nia seperti mendorong tembok. "Oh, tidak mau gerak ya? Baiklah." Nia menarik napas dalam-dalam sebelum berteriak keras. "Tolong! Ada orang yang mau memperko-""Sial, diam!" Bayu yang tidak menduga kalau Dia akan berteriak, sontak membekap mulut sang gadis. Gadis psikopat ini memang tingkahnya tidak bisa ditebak. Sayangnya orang-orang yang berada di dalam mess sudah terlanjur mendengar teriakan Nia. Mereka berhamburan keluar, bersama dengan Satpam jaga dan juga Bu Ningrum. "Ada apa Bu Nia?
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

28. Senjata Makan Tuan.

"Masuk," jawab Nia tegas. Kencana masuk dengan wajah memerah dan bibir membentuk garis lurus."Jangan coba-coba—""Kalau kamu kembali berulah, saya akan meminta Satpam pabrik untuk menyeretmu keluar," ujar Nia datar. Kencana yang berniat membantah, mengurungkan niatnya. Keseriusan Nia menggentarkannya."Saya sebenarnya juga tidak kepingin masuk ke ruangan ini. Hanya saja Teteh keterlaluan karena telah memfitnah Bayu yang tidak-tidak." Kencana menghempaskan pinggulnya ke kursi."Oh, Bayu mengadu padamu?" Nia melirik Kencana melalui sudut mata."Bukan, ada beberapa staff yang mengadu pada saya." Kencana menggeleng."Oh, dari antek-antek yang kamu tugaskan untuk mengawasi saya rupanya." Nia manggut-manggut. Ia sadar, dari hari pertama bekerja, ada beberapa orang staff yang kerap membayanginya."Kenapa Teteh memfitnah Kang Bayu?" Kencana menuntut jawaban."Dari mana kamu menyimpulkan kalau kejadian itu adalah fitnah?" Nia bersedekap. Melihat Kencana blingsatan seperti ini membuatnya senan
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

29. Kehidupan Mess.

"Astaga, ada apa, Cana? Kenapa kamarmu seperti kapal pecah begini?" Bu Isnaini terperanjat melihat keadaan kamar putrinya. Aneka kosmetik, vas bunga dan barang pecah belah lainnya berserakan di lantai, hancur tak berbentuk. "Pokoknya, mulai sekarang Cana tidak mau mengalah lagi, Bu! Cana akan melawan Teh Nia secara terang-terangan! Teh Nia itu memang setan!" Kencana berteriak sambil meninju telapak tangannya sendiri. Amarahnya belum tuntas, meskipun ia telah menghancurkan separuh isi kamar. "Duduk dulu, Nak. Tarik napas panjang. Jangan emosi begini." Bu Isnaini mendekat, menggiring Kencana ke sudut ranjang, satu-satunya tempat yang masih aman dari serpihan kaca. "Ayo cerita, ada apa. Pelan-pelan saja," bujuknya lembut, mencoba menenangkan."Teh Nia keterlaluan, Bu. Ia memfitnah Kang Bayu!" Kencana mengkertakkan geraham saat teringat pada pemandangan menyakitkan yang baru saja ia saksikan."Tetehmu memfitnah Bayu apa?" Bu Isnaini menyusul duduk di sebelah Kencana."Teh Nia bilang pa
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

30. Ancaman Baru.

"Bukan itu saja. Kata si Euis kemarin malam Bu Nia itu memukuli Bu Cana hanya karena dikira mau merusak tas-tasnya. Makanya Bu Cana tidak masuk kerja hari ini. Tadi kalian lihat sendiri bukan, kalau kening Bu Cana diperban. Sadis sekali ya, Bu Nia. Padahal wajahnya teh geulis pisan."Nia tersenyum kecut. Perempuan kalau sudah bergosip memang seseru itu. "Makanya kata si Euis, Bu Nia itu dihukum Pak Hardi di sini. Pokoknya sebelum Bu Nia meminta maaf pada Bu Cana, Bu Nia akan tetap tinggal bersama kita di sini.""Si Euis hebat ya, bisa tahu semua masalah keluarga bos kita.""Ya tahulah. Si Euis itu kan tangan kanannya Bu Cana. Tadi saja dia sedang telponan dengan Bu Cana. Makanya belum gabung bersama kita di sini."Baiklah, cukup sudah ia menguping. Sekarang waktunya mengisi perut."Selamat malam semuanya."Nia tiba-tiba muncul di dapur dengan senyum ramah.Hening. Suasana dapur mendadak sunyi. Tiga orang staff yang tadi asyik bergosip langsung terdiam, mematung seperti melihat hantu.
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status