Beranda / Romansa / (Bukan) Gadis Matre sang Juragan / 25. Pindah Ke Tempar Baru.

Share

25. Pindah Ke Tempar Baru.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-27 13:27:18

Nia baru selesai mandi saat mendengar pintu kamarnya diketuk.

"Siapa?" tanya Nia tegang. Energinya sedang habis. Ia tidak siap saat jikalau harus berseteru entah dengan siapa pun lagi.

"Saya, Neng, Bik Titin."

Syukurlah. Yang datang ternyata bukan musuh-musuhnya.

Nia membuka pintu kamar. Bik Titin berdiri di ambang pintu. Tangannya membawa baki yang berisi obat-obatan.

"Bibik obati lukanya ya, Neng? Ini bibik bawain obat antiseptik dan betadine untuk membersihkan luka di kepala Neng Nia," kata Bik Titin.

"Tidak usah, Bik. Saya sudah mengobatinya sendiri. Saya membawa obat-obatan sendiri dari Jakarta kok." Nia menolak sopan.

"Oh, sudah diobati toh. Kalau begitu Bibik permisi dulu." Bik Titin pun berlalu. Nia yang tadinya akan menutup pintu menghentikan gerakannya. Samar-samar ia mendengar Bik Titin sedang berbicara dengan seseorang.

"Kok obatnya dibawa lagi, Tin?"

"Kata Neng Nia, sudah diobati sendiri, Pak."

"Oh. Tapi tetap dipantau keadaannya ya, Bik? Anak itu memang keras hati sepe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   26. Dia Lagi, Dia Lagi!

    Pada pukul tujuh pagi, Nia sudah bersiap-siap pindahan. Karena barang-barangnya tidak banyak, ia akan menumpang pick up Pak Jaya—supir pabrik. Saat ini dirinya sedang menunggu kedatangan Pak Jaya."Pak, Cana bilang ia sudah melupakan semuanya. Nia tidak perlu pindah katanya. Nia tinggal di sini saja ya, Pak?" Bu Isnaini membujuk sang suami hati-hati. Sebagai seorang ibu, ia harus mendamaikan semua anak-anaknya."Tidak bisa, Is. Setiap kesalahan akan ada sanksinya. Nia harus mengakui kesalahannya dulu, baru ia bisa tinggal di sini," tukas Pak Suhardi tegas. Sebagai seorang kepala keluarga, ia harus memegang kata-katanya. Bu Isnaini terdiam. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi."Kamu beres-beres mess saja hari ini, Nia. Besok baru kamu mulai bekerja," kata Pak Suhardi pada Nia."Tidak apa-apa, Yah. Nia langsung bekerja saja. Barang-barang Nia cuma satu koper ini dan dua box berisi tas. Tidak ada yang perlu Dia repotkan," sahut Nia datar."Ya sudah kalau kamu maunya seperti itu." Pak Suha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   27. Fitnah DiBalas Fitnah!

    Nia memasukkan koper dan box ke dalam mess. Setelah mengunci pintu dan mengantongi kuncinya, ia membalikkan badan. Menyusuri jalan setapak menuju pabrik sambil bersenandung kecil. Ia mengabaikan kehadiran Bayu. Ia menganggap Bayu sebagai mahluk yang tak kasat mata."Heh, kamu budek ya?" Bayu yang geram melihat aksi Nia, mengejar dan menghadang langkahnya."Awas, orang budek mau lewat!" Dia mendorong dada Bayu dengan kedua tangannya. Sayangnya, Bayu tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya berdiri. Nia seperti mendorong tembok. "Oh, tidak mau gerak ya? Baiklah." Nia menarik napas dalam-dalam sebelum berteriak keras. "Tolong! Ada orang yang mau memperko-""Sial, diam!" Bayu yang tidak menduga kalau Dia akan berteriak, sontak membekap mulut sang gadis. Gadis psikopat ini memang tingkahnya tidak bisa ditebak. Sayangnya orang-orang yang berada di dalam mess sudah terlanjur mendengar teriakan Nia. Mereka berhamburan keluar, bersama dengan Satpam jaga dan juga Bu Ningrum. "Ada apa Bu Nia?

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   28. Senjata Makan Tuan.

    "Masuk," jawab Nia tegas. Kencana masuk dengan wajah memerah dan bibir membentuk garis lurus."Jangan coba-coba—""Kalau kamu kembali berulah, saya akan meminta Satpam pabrik untuk menyeretmu keluar," ujar Nia datar. Kencana yang berniat membantah, mengurungkan niatnya. Keseriusan Nia menggentarkannya."Saya sebenarnya juga tidak kepingin masuk ke ruangan ini. Hanya saja Teteh keterlaluan karena telah memfitnah Bayu yang tidak-tidak." Kencana menghempaskan pinggulnya ke kursi."Oh, Bayu mengadu padamu?" Nia melirik Kencana melalui sudut mata."Bukan, ada beberapa staff yang mengadu pada saya." Kencana menggeleng."Oh, dari antek-antek yang kamu tugaskan untuk mengawasi saya rupanya." Nia manggut-manggut. Ia sadar, dari hari pertama bekerja, ada beberapa orang staff yang kerap membayanginya."Kenapa Teteh memfitnah Kang Bayu?" Kencana menuntut jawaban."Dari mana kamu menyimpulkan kalau kejadian itu adalah fitnah?" Nia bersedekap. Melihat Kencana blingsatan seperti ini membuatnya senan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   29. Kehidupan Mess.

    "Astaga, ada apa, Cana? Kenapa kamarmu seperti kapal pecah begini?" Bu Isnaini terperanjat melihat keadaan kamar putrinya. Aneka kosmetik, vas bunga dan barang pecah belah lainnya berserakan di lantai, hancur tak berbentuk. "Pokoknya, mulai sekarang Cana tidak mau mengalah lagi, Bu! Cana akan melawan Teh Nia secara terang-terangan! Teh Nia itu memang setan!" Kencana berteriak sambil meninju telapak tangannya sendiri. Amarahnya belum tuntas, meskipun ia telah menghancurkan separuh isi kamar. "Duduk dulu, Nak. Tarik napas panjang. Jangan emosi begini." Bu Isnaini mendekat, menggiring Kencana ke sudut ranjang, satu-satunya tempat yang masih aman dari serpihan kaca. "Ayo cerita, ada apa. Pelan-pelan saja," bujuknya lembut, mencoba menenangkan."Teh Nia keterlaluan, Bu. Ia memfitnah Kang Bayu!" Kencana mengkertakkan geraham saat teringat pada pemandangan menyakitkan yang baru saja ia saksikan."Tetehmu memfitnah Bayu apa?" Bu Isnaini menyusul duduk di sebelah Kencana."Teh Nia bilang pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   30. Ancaman Baru.

    "Bukan itu saja. Kata si Euis kemarin malam Bu Nia itu memukuli Bu Cana hanya karena dikira mau merusak tas-tasnya. Makanya Bu Cana tidak masuk kerja hari ini. Tadi kalian lihat sendiri bukan, kalau kening Bu Cana diperban. Sadis sekali ya, Bu Nia. Padahal wajahnya teh geulis pisan."Nia tersenyum kecut. Perempuan kalau sudah bergosip memang seseru itu. "Makanya kata si Euis, Bu Nia itu dihukum Pak Hardi di sini. Pokoknya sebelum Bu Nia meminta maaf pada Bu Cana, Bu Nia akan tetap tinggal bersama kita di sini.""Si Euis hebat ya, bisa tahu semua masalah keluarga bos kita.""Ya tahulah. Si Euis itu kan tangan kanannya Bu Cana. Tadi saja dia sedang telponan dengan Bu Cana. Makanya belum gabung bersama kita di sini."Baiklah, cukup sudah ia menguping. Sekarang waktunya mengisi perut."Selamat malam semuanya."Nia tiba-tiba muncul di dapur dengan senyum ramah.Hening. Suasana dapur mendadak sunyi. Tiga orang staff yang tadi asyik bergosip langsung terdiam, mematung seperti melihat hantu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   31. Mengumpulkan Bukti.

    Nia melangkah gontai menuju pabrik. Semalaman ia tidak bisa memejamkan mata karena teror dari Pak Abdi. Apalagi Pak Abdi tidak mengetik apa pun lagi setelah mengirim photo-photo. Hal itu membuat Nia kian was-was. Ia seperti sedang menunggu-nunggu bom waktu. Nia berhenti sejenak. Tiba-tiba saja kepalanya pusing. Selain karena kepalanya masih terluka, mungkin ini adalah efek tidak tidur semalaman. Nia mengibaskan kepala ke kiri dan ke kanan. Mencoba menjernihkan pikirannya. "Aduh!" Nia bertabrakan dengan seseorang saat akan memasuki ruang kerjanya. Untungnya orang tersebut dengan sigap memegangi bahunya."Hati-hati kalau berjalan, Nia."Suara ayahnya."Iya, Yah. Nia kurang awas tadi," sahut Nia lemah."Kamu kenapa? Sakit? Badanmu panas sekali ini." Pak Suhardi memegang kening dan leher Nia. "Nia tidak apa-apa, Yah. Nia cuma kurang tidur saja." Nia menenangkan ayahnya. "Tapi kalau sudah bertemu dengan Ayah begini, pasti demamnya hilang sendiri," ajuk Nia manja. Sikapnya langsung beru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   32. Cemburu Menguras Hati.

    "Ayah tahu, memang tidak mudah menyatukan dua kepala dalam satu visi misi. Tapi Ayah harap kalian berdua bisa bekerjasama demi kelangsungan perusahaan kita. Ayah pergi menemui Pak Jafar dulu. Ada hal yang harus Ayah urus." Pak Suhardi berpamitan."Oh ya, Nia. Nanti malam pulang ya, Nak? Ada acara kecil-kecilan. Pak Jafar dan keluarga akan berkunjung. Pak Jaya nanti yang akan menjemputmu," pesan Pak Suhardi pada Nia. "Ayah pergi dulu. Akur-akurlah dengan tetehmu. Jangan bertengkar terus. Sebentar lagi Bayu akan menjemputmu." Kali ini Pak Suhardi menasehati Kencana sebelum membuka pintu ruangan."Baik, Yah." Kencana tersenyum gembira. Membayangkan pria pujaan hatinya akan menjemput, membuat hatinya berbunga-bunga."Sudah. Lepaskan topengmu. Tidak perlu berakting lagi. Apa rahangmu tidak pegal terus dipaksa tersenyum palsu begitu?" Nia mencebikkan bibirnya. Tangannya tanpa kentara mulai menekan salah satu tombol di ponsel, yang sengaja ia letakkan di antara tumpukan arsip."Tidak perl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   33. Tipu Daya.

    "Pelan-pelan jalannya, Kang. Cana tidak bisa mengikuti langkah Akang." Kencana berlari-lari kecil agar bisa mengimbangi langkah Bayu. "Parkiran masih jauh. Apa Akang tidak capek menggendong Teh Nia sampai ke sana? Cana panggilkan security saja ya, Kang?" usul Kencana. Bayu tidak menghiraukan kata-kata Kencana. Pucatnya wajah Nia yang dibarengi dengan suhu tubuh yang tinggi membuatnya khawatir. Langkah kaki ia percepat agar bisa segera sampai di parkiran. "Tolong ambil remote mobil di saku saya dan buka pintu mobil, Cana." Bayu menunjuk saku kirinya dengan dagu. Walau kesal karena Bayu tidak menyimak kata-katanya, Kencana tetap melaksanakan perintah Bayu."Sekarang kamu duduk di belakang. Saya akan membaringkan Nia di sampingmu. Jaga Nia agar tidak jatuh ke bawah ya?" perintah Bayu lagi. Kencana mengangguk samar. Saat Bayu kemudian meletakkan kepala Nia di pangkuannya, Nia melenguh perlahan. Seolah-olah sedang merasa sangat kesakitan. Kencana mengkertakkan geraham. Ia sangat tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   42. Cemburu Buta.

    "Iya, masuk." Dengan cepat Nia menyambar tissue di meja. Ia menyusuti mata dan pipinya yang lembab. "Bu, di depan ada tamu yang ingin bertemu dengan Ibu." Nani-staffnya, muncul di ambang pintu. "Siapa, Nani?" Nia pura-pura sibuk dengan laptopnya."Kang Erga, Bu." Nani menerangkan nama lengkap tamunya."Oh, Erga Suparna anaknya Pak Koswara." Nia tiba-tiba teringat pada laki-laki yang kemarin dulu ikut berdemo. Ia ingat nama lengkap Erga, karena Dahayu menyukainya. "Iya, Bu. Beliau menunggu di depan," tutur Nani lagi."Antarkan ia ke sini, Ni.""Baik, Bu." Nani menutup pintu dan berlalu. Beberapa saat kemudian pintu kembali diketuk. Nani masuk dengan membawa seorang pemuda bertubuh tinggi dan kekar. "Selamat siang, Teh. Masih ingat saya?" Sang pemuda tersenyum lebar sembari mengulurkan tangan. Mengajak Nia bersalaman. "Masih kok. Silakan duduk, Erga. Ada yang bisa saya bantu?" Nia mempersilakan Erga duduk."Ada banget, Teh. Makanya saya mencari Teteh ke sini." Erga memamerkan gigi

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   41. Perjanjian Pernikahan.

    "Sebagai suami saya akan mencukupi sandang, pangan dan papanmu. Tetapi untuk gaya hidup hedon, tidak. Saya tegaskan semuanya dari awal agar kamu tidak merasa membeli kucing dalam karung." Bayu menerangkan hak-hak Nia. "Saya tidak buta huruf. Saya bisa membaca sendiri draft-draft perjanjian ini," tutur Nia seraya terus membaca poin demi poin yang seperti tiada habisnya. "Pihak pertama berjanji tidak akan menyentuh pihak kedua tanpa seizin pihak kedua, kecuali pihak kedua telah melanggar kesepakatan bersama. Ini maksudnya apa?" Nia mengembalikan dokumen pada Bayu."Baca penjelasannya dari poin paling atas. Ini, baca yang ini." Bayu menunjuk poin pertama."Ayo, baca. Yang keras," perintah Bayu lagi. Setelah dokumen kembali berpindah tangan, Nia pun melakukan apa yang diminta Bayu."Selama terikat dalam pernikahan, pihak pertama dan pihak kedua tidak boleh selingkuh, menjelekkan salah satu pihak atau pun menceritakan perihal perjanjian ini.""Mengerti kan sekarang?" Bayu menaikkan alisn

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   40. Kebenaran.

    "Mari kita luruskan dulu beberapa hal sebelum pertemuan keluarga besar kita nanti malam, Nia." Bayu duduk di hadapan Nia. Saat ini ia mendatangi Nia di kantornya. Kedua keluarga besar akan kembali mengadakan pertemuan terkait perjodohan malam nanti. Tapi kali ini yang dibahas berbeda. Bukan antara dirinya dan Kencana lagi. Tetapi dirinya dan Nia. Untuk itu mereka berdua harus kompak terlebih dahulu sebelum disidang. "Oke. Mulai saja darimu. Toh kamu duluan yang menciptakan masalah," jawab Nia santai."Baiklah. Langsung saja, apa maksud ucapanmu kemarin pada Ibu?" Bayu mendekatkan kursinya. Ia ingin melihat secara dekat ekspresi Nia."Terbalik pertanyaannya. Harusnya saya yang bertanya : apa maksudmu semalam mengaku-ngaku sebagai pacar saya?" Nia bersedekap. Menanti jawaban Bayu. Satu detik... dua detik... tiga detik..."Karena saya memang memilihmu sebagai istri saya." Bayu menatap Nia lekat-lekat. "Kalau saya tidak mau, bagaimana?" tantang Nia sambil melipat tangannya di atas me

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   39. Kejutan Pertama.

    "Dari hari pertama ke sini, Teh Nia sudah menggoda Kang Bayu, Yah. Pokoknya Teh Nia terus mencari kesempatan untuk bisa terus berduaan dengan Kang Bayu." Kencana mengadu sambil menyusut air mata.Sembari menghisap rokoknya dalam-dalam, Pak Suhardi mengenadah. Menatap bintang-bintang di langit kelam. Saat ini pikirannya sama kelamnya dengan langit. Ia tidak tahu harus berbuat apa.Kencana melirik ayahnya yang hanya diam dengan tatapan kosong. Sepertinya ayahnya tidak menyimak apa yang ia katakan."Ayah pasti membela Teh Nia karena Teh Nia itu anak kandung Ayah kan? Sementara Cana hanya anak bawaan dari Ibu," tuduh Kencana kesal. Ia jengkel karenanya ayahnya tidak menanggapi keluh kesahnya."Kamu salah, Cana. Bagi Ayah kalian semua adalah anak-anak Ayah. Tidak ada satu yang istimewa dari yang lain," sahut Pak Suhardi lirih."Kalau begitu, jangan restui hubungan Teh Nia dengan Kang Bayu, Yah. Karena Cana pasti akan sakit hati setiap kali melihat mereka berdua." Kencana memohon kepada sa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   38. Rencana Besar.

    "Nia, Tante tidak membencimu. Tante hanya ingin hidup tenang tanpa masalah." Bu Sekar tidak enak hati menolak Nia secara terang-terangan. Makanya ia menyempatkan diri berbicara pada Nia di ambang pintu."Bu, Sudah. Jangan ikut campur masalah anak muda." Wahyu menarik lengan Bu Sekar. Mencegah sang ibu mengeluarkan lebih banyak kata-kata yang tidak enak didengar."Saya mengerti, Tante . Saya cuma ingin mengingatkan satu hal. Bahwa hidup yang tanpa masalah, justru adalah masalah. Bukannya saya ingin mengajari Tante yang hidup jauh lebih lama. Tapi setahu saya, selama seseorang masih hidup, maka masalah akan selalu ada," pungkas Nia tegas. Bu Sekar mengangguk singkat sebelum ditarik Wahyu menjauh. "Kalau kamu ingin memenangkan hati Bu Sekar, mulailah dengan bersikap lembut dan penurut. Bukan dengan memberinya nasehat kehidupan yang sudah lebih dulu ia jalani." Bu Isnaini menepuk simpatik bahu Nia."Sayangnya Ibu tadi juga sudah lebih dulu menjatuhkan nilai saya di hadapan Bu Sekar. Jadi

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   37. Kacau!

    "Coba Kang Bayu jelaskan. Apa maksud ucapan Akang tadi? Akang pasti salah bicara kan?" Kencana membuntuti Bayu yang masuk ke dalam rumah. Ia harap Bayu segera meralat ucapannya. "Kamu tidak apa-apa, Nia?" Pak Suhardi meraih kedua tangan Nia. Memeriksa keadaan sang putri secara menyeluruh."Nia tidak apa-apa, Yah." Nia menangkan ayahnya. Padahal dalam hati ia juga butuh ditenangkan. Pengakuan Bayu yang mengatakan bahwa dirinya adalah pacarnya, jelas mengejutkan semua pihak. Terutama dirinya sendiri. "Syukurlah kalau begitu. Ayo kita masuk ke dalam." Setelah Pak Suhardi yakin kalau Dia baik-baik saja, Pak Suhardi membimbing sang putri masuk ke dalam rumah. Pertanyaan Kencana pun terabaikan. Karena semua orang sekarang fokus pada Nia. "Kang Bayu. Akang belum-" Kencana menghentikan kalimatnya. Gelengan samar sang ibu membuatnya bungkam. Kencana terpaksa kembali duduk di kursinya. "Apa yang diinginkan Pak Abdi darimu?" tanya Pak Suhardi penasaran. Kini mereka semua kembali duduk di rua

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   36. Kena Batunya!

    "Hallo, Bu Guru cantik. Kenapa sih telepon saya dimatikan? Tidak boleh begitu lho pada orang tua?" Pak Abdi tersenyum separuh menyeringai melihat kehadiran Nia. "Nah, itu Bapak sadar kalau Bapak sudah tua. Seharusnya Bapak juga mengkondisikan kelakuan Bapak. Salah satunya mungkin dengan memperbanyak amal ibadah," sindir Nia."Jangan sinis begitu dong. Ayo, sini, duduk dulu." Pak Abdi bersikap seperti layaknya seorang tuan rumah. Nia ikut duduk di kursi teras, berhadapan dengan Pak Abdi. Mereka berdua duduk dengan dibatasi meja teras kecil. Di atas meja, ada vas bunga dengan bunga-bunga artifisial yang menjuntai serta wadah tissue berbahan kayu."Tidak usah menasehati saya, Nia. Saya sudah kenyang melihat surga dan neraka. Siksa Kubur, Sumpang Pocong, Anugerah Surga —saya lihat semuanya sebelum saya produseri." Pak Abdi tersenyum sinis. "Itu film, Pak. Bukan yang sebenarnya," cetus Nia."Di dunia ini belum pernah ada orang melihat yang sebenarnya. Semua hanya mereka-reka. Makanya su

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   35. Ular Kepala Dua.

    Nia baru saja ingin memejamkan mata saat mendengar pintu kamarnya diketuk."Siapa?" tanya Nia waspada. "Saya Teh, Cana.""Masuk saja. Pintunya tidak dikunci," sahut Nia setelah terdiam sesaat. Ia merasa aneh karena Kencana mencarinya hingga ke kamar. Pintu kamar berayun. Menghadirkan Kencana yang berdiri di ambang pintu. "Teh, di luar ada Pak Jafar dan Bu Sekar. Mereka mau menjenguk Teteh katanya. Saya suruh mereka kemari atau Teteh yang akan menemui mereka di ruang tamu?" tanya Kencana sopan. Nia tidak menjawab. Sebagai gantinya ia menatap Kencana dalam-dalam."Saya akan menemui mereka di luar saja." Nia bangkit dari ranjang. Ia tidak suka privasinya terganggu. Dia kemudian menghadap kaca. Merapikan penampilan dan menyanggul anggun rambutnya. Ia memiliki satu kebiaasan yang sama seperti ibunya. Yaitu dalam keadaan sesulit apa pun, penampilan tetap harus dijaga. Ia tidak akan membiarkan orang lain melihat keterpurukannya. Tindak tanduk Nia diamati Kencana dengan seksama. Ibunya ben

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   34. Permufakatan Jahat.

    "Tapi tadi dokter mengatakan yang sebaliknya. Kamu stress, kurang tidur dan perutmu kosong, Nak. Di sini kamu akan dirawat dengan baik. Kamu tunggu sebentar ya? Ayah akan mengurus kamar rawat inapmu." Pak Suhardi bersiap ke bagian administrasi."Biar Ibu saja. Bapak temani Nia di sini. Ayo Cana, kita kebagian administrasi." Bu Isnaini meraih pergelangan tangan Kencana. Menariknya sedikit agar Kencana mematuhi perintahnya. Kencana melayangkan pandangan pada Bayu sebentar sebelum membuntuti langkah sang ibu."Wajahmu jangan cemberut begitu, Cana. Tidak enak dilihat." Bu Isnaini langsung memperingatkan sang putri, setelah berada di luar UGD."Bagaimana Cana tidak cemberut. Dengan menginapnya Teh Nia di sini, bisa membuat acara nanti malam terganggu. Ayah pasti akan buru-buru balik ke sini lagi setelah acara selesai." Kencana menghentakkan kakinya kesal. "Ibu sudah meminta Ayah membatalkannya, Cana. Minggu depan baru kedua keluarga besar kita saling bertemu," terang Bu Isnaini."Apa? Ken

DMCA.com Protection Status