Share

30. Ancaman Baru.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-29 13:57:20

"Bukan itu saja. Kata si Euis kemarin malam Bu Nia itu memukuli Bu Cana hanya karena dikira mau merusak tas-tasnya. Makanya Bu Cana tidak masuk kerja hari ini. Tadi kalian lihat sendiri bukan, kalau kening Bu Cana diperban. Sadis sekali ya, Bu Nia. Padahal wajahnya teh geulis pisan."

Nia tersenyum kecut. Perempuan kalau sudah bergosip memang seseru itu.

"Makanya kata si Euis, Bu Nia itu dihukum Pak Hardi di sini. Pokoknya sebelum Bu Nia meminta maaf pada Bu Cana, Bu Nia akan tetap tinggal bersama kita di sini."

"Si Euis hebat ya, bisa tahu semua masalah keluarga bos kita."

"Ya tahulah. Si Euis itu kan tangan kanannya Bu Cana. Tadi saja dia sedang telponan dengan Bu Cana. Makanya belum gabung bersama kita di sini."

Baiklah, cukup sudah ia menguping. Sekarang waktunya mengisi perut.

"Selamat malam semuanya."

Nia tiba-tiba muncul di dapur dengan senyum ramah.

Hening. Suasana dapur mendadak sunyi. Tiga orang staff yang tadi asyik bergosip langsung terdiam, mematung seperti melihat hantu.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dinaningtyas Apriy
semangat niaaaa... habis gelap terbitlah terang... km cerdas dan baik jadi pasti ada jalan keluar
goodnovel comment avatar
Dinaningtyas Apriy
selalu ada teka teki misteri di novel kak suzy, bikin reader makin penisirin plus mikir ga sekedar baca, dan mesti detil, love it
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   31. Mengumpulkan Bukti.

    Nia melangkah gontai menuju pabrik. Semalaman ia tidak bisa memejamkan mata karena teror dari Pak Abdi. Apalagi Pak Abdi tidak mengetik apa pun lagi setelah mengirim photo-photo. Hal itu membuat Nia kian was-was. Ia seperti sedang menunggu-nunggu bom waktu. Nia berhenti sejenak. Tiba-tiba saja kepalanya pusing. Selain karena kepalanya masih terluka, mungkin ini adalah efek tidak tidur semalaman. Nia mengibaskan kepala ke kiri dan ke kanan. Mencoba menjernihkan pikirannya. "Aduh!" Nia bertabrakan dengan seseorang saat akan memasuki ruang kerjanya. Untungnya orang tersebut dengan sigap memegangi bahunya."Hati-hati kalau berjalan, Nia."Suara ayahnya."Iya, Yah. Nia kurang awas tadi," sahut Nia lemah."Kamu kenapa? Sakit? Badanmu panas sekali ini." Pak Suhardi memegang kening dan leher Nia. "Nia tidak apa-apa, Yah. Nia cuma kurang tidur saja." Nia menenangkan ayahnya. "Tapi kalau sudah bertemu dengan Ayah begini, pasti demamnya hilang sendiri," ajuk Nia manja. Sikapnya langsung beru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   32. Cemburu Menguras Hati.

    "Ayah tahu, memang tidak mudah menyatukan dua kepala dalam satu visi misi. Tapi Ayah harap kalian berdua bisa bekerjasama demi kelangsungan perusahaan kita. Ayah pergi menemui Pak Jafar dulu. Ada hal yang harus Ayah urus." Pak Suhardi berpamitan."Oh ya, Nia. Nanti malam pulang ya, Nak? Ada acara kecil-kecilan. Pak Jafar dan keluarga akan berkunjung. Pak Jaya nanti yang akan menjemputmu," pesan Pak Suhardi pada Nia. "Ayah pergi dulu. Akur-akurlah dengan tetehmu. Jangan bertengkar terus. Sebentar lagi Bayu akan menjemputmu." Kali ini Pak Suhardi menasehati Kencana sebelum membuka pintu ruangan."Baik, Yah." Kencana tersenyum gembira. Membayangkan pria pujaan hatinya akan menjemput, membuat hatinya berbunga-bunga."Sudah. Lepaskan topengmu. Tidak perlu berakting lagi. Apa rahangmu tidak pegal terus dipaksa tersenyum palsu begitu?" Nia mencebikkan bibirnya. Tangannya tanpa kentara mulai menekan salah satu tombol di ponsel, yang sengaja ia letakkan di antara tumpukan arsip."Tidak perl

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   33. Tipu Daya.

    "Pelan-pelan jalannya, Kang. Cana tidak bisa mengikuti langkah Akang." Kencana berlari-lari kecil agar bisa mengimbangi langkah Bayu. "Parkiran masih jauh. Apa Akang tidak capek menggendong Teh Nia sampai ke sana? Cana panggilkan security saja ya, Kang?" usul Kencana. Bayu tidak menghiraukan kata-kata Kencana. Pucatnya wajah Nia yang dibarengi dengan suhu tubuh yang tinggi membuatnya khawatir. Langkah kaki ia percepat agar bisa segera sampai di parkiran. "Tolong ambil remote mobil di saku saya dan buka pintu mobil, Cana." Bayu menunjuk saku kirinya dengan dagu. Walau kesal karena Bayu tidak menyimak kata-katanya, Kencana tetap melaksanakan perintah Bayu."Sekarang kamu duduk di belakang. Saya akan membaringkan Nia di sampingmu. Jaga Nia agar tidak jatuh ke bawah ya?" perintah Bayu lagi. Kencana mengangguk samar. Saat Bayu kemudian meletakkan kepala Nia di pangkuannya, Nia melenguh perlahan. Seolah-olah sedang merasa sangat kesakitan. Kencana mengkertakkan geraham. Ia sangat tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   34. Permufakatan Jahat.

    "Tapi tadi dokter mengatakan yang sebaliknya. Kamu stress, kurang tidur dan perutmu kosong, Nak. Di sini kamu akan dirawat dengan baik. Kamu tunggu sebentar ya? Ayah akan mengurus kamar rawat inapmu." Pak Suhardi bersiap ke bagian administrasi."Biar Ibu saja. Bapak temani Nia di sini. Ayo Cana, kita kebagian administrasi." Bu Isnaini meraih pergelangan tangan Kencana. Menariknya sedikit agar Kencana mematuhi perintahnya. Kencana melayangkan pandangan pada Bayu sebentar sebelum membuntuti langkah sang ibu."Wajahmu jangan cemberut begitu, Cana. Tidak enak dilihat." Bu Isnaini langsung memperingatkan sang putri, setelah berada di luar UGD."Bagaimana Cana tidak cemberut. Dengan menginapnya Teh Nia di sini, bisa membuat acara nanti malam terganggu. Ayah pasti akan buru-buru balik ke sini lagi setelah acara selesai." Kencana menghentakkan kakinya kesal. "Ibu sudah meminta Ayah membatalkannya, Cana. Minggu depan baru kedua keluarga besar kita saling bertemu," terang Bu Isnaini."Apa? Ken

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   35. Ular Kepala Dua.

    Nia baru saja ingin memejamkan mata saat mendengar pintu kamarnya diketuk."Siapa?" tanya Nia waspada. "Saya Teh, Cana.""Masuk saja. Pintunya tidak dikunci," sahut Nia setelah terdiam sesaat. Ia merasa aneh karena Kencana mencarinya hingga ke kamar. Pintu kamar berayun. Menghadirkan Kencana yang berdiri di ambang pintu. "Teh, di luar ada Pak Jafar dan Bu Sekar. Mereka mau menjenguk Teteh katanya. Saya suruh mereka kemari atau Teteh yang akan menemui mereka di ruang tamu?" tanya Kencana sopan. Nia tidak menjawab. Sebagai gantinya ia menatap Kencana dalam-dalam."Saya akan menemui mereka di luar saja." Nia bangkit dari ranjang. Ia tidak suka privasinya terganggu. Dia kemudian menghadap kaca. Merapikan penampilan dan menyanggul anggun rambutnya. Ia memiliki satu kebiaasan yang sama seperti ibunya. Yaitu dalam keadaan sesulit apa pun, penampilan tetap harus dijaga. Ia tidak akan membiarkan orang lain melihat keterpurukannya. Tindak tanduk Nia diamati Kencana dengan seksama. Ibunya ben

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   36. Kena Batunya!

    "Hallo, Bu Guru cantik. Kenapa sih telepon saya dimatikan? Tidak boleh begitu lho pada orang tua?" Pak Abdi tersenyum separuh menyeringai melihat kehadiran Nia. "Nah, itu Bapak sadar kalau Bapak sudah tua. Seharusnya Bapak juga mengkondisikan kelakuan Bapak. Salah satunya mungkin dengan memperbanyak amal ibadah," sindir Nia."Jangan sinis begitu dong. Ayo, sini, duduk dulu." Pak Abdi bersikap seperti layaknya seorang tuan rumah. Nia ikut duduk di kursi teras, berhadapan dengan Pak Abdi. Mereka berdua duduk dengan dibatasi meja teras kecil. Di atas meja, ada vas bunga dengan bunga-bunga artifisial yang menjuntai serta wadah tissue berbahan kayu."Tidak usah menasehati saya, Nia. Saya sudah kenyang melihat surga dan neraka. Siksa Kubur, Sumpang Pocong, Anugerah Surga —saya lihat semuanya sebelum saya produseri." Pak Abdi tersenyum sinis. "Itu film, Pak. Bukan yang sebenarnya," cetus Nia."Di dunia ini belum pernah ada orang melihat yang sebenarnya. Semua hanya mereka-reka. Makanya su

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   37. Kacau!

    "Coba Kang Bayu jelaskan. Apa maksud ucapan Akang tadi? Akang pasti salah bicara kan?" Kencana membuntuti Bayu yang masuk ke dalam rumah. Ia harap Bayu segera meralat ucapannya. "Kamu tidak apa-apa, Nia?" Pak Suhardi meraih kedua tangan Nia. Memeriksa keadaan sang putri secara menyeluruh."Nia tidak apa-apa, Yah." Nia menangkan ayahnya. Padahal dalam hati ia juga butuh ditenangkan. Pengakuan Bayu yang mengatakan bahwa dirinya adalah pacarnya, jelas mengejutkan semua pihak. Terutama dirinya sendiri. "Syukurlah kalau begitu. Ayo kita masuk ke dalam." Setelah Pak Suhardi yakin kalau Dia baik-baik saja, Pak Suhardi membimbing sang putri masuk ke dalam rumah. Pertanyaan Kencana pun terabaikan. Karena semua orang sekarang fokus pada Nia. "Kang Bayu. Akang belum-" Kencana menghentikan kalimatnya. Gelengan samar sang ibu membuatnya bungkam. Kencana terpaksa kembali duduk di kursinya. "Apa yang diinginkan Pak Abdi darimu?" tanya Pak Suhardi penasaran. Kini mereka semua kembali duduk di rua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   38. Rencana Besar.

    "Nia, Tante tidak membencimu. Tante hanya ingin hidup tenang tanpa masalah." Bu Sekar tidak enak hati menolak Nia secara terang-terangan. Makanya ia menyempatkan diri berbicara pada Nia di ambang pintu."Bu, Sudah. Jangan ikut campur masalah anak muda." Wahyu menarik lengan Bu Sekar. Mencegah sang ibu mengeluarkan lebih banyak kata-kata yang tidak enak didengar."Saya mengerti, Tante . Saya cuma ingin mengingatkan satu hal. Bahwa hidup yang tanpa masalah, justru adalah masalah. Bukannya saya ingin mengajari Tante yang hidup jauh lebih lama. Tapi setahu saya, selama seseorang masih hidup, maka masalah akan selalu ada," pungkas Nia tegas. Bu Sekar mengangguk singkat sebelum ditarik Wahyu menjauh. "Kalau kamu ingin memenangkan hati Bu Sekar, mulailah dengan bersikap lembut dan penurut. Bukan dengan memberinya nasehat kehidupan yang sudah lebih dulu ia jalani." Bu Isnaini menepuk simpatik bahu Nia."Sayangnya Ibu tadi juga sudah lebih dulu menjatuhkan nilai saya di hadapan Bu Sekar. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   80. Salah Sasaran.

    "Saya bisa minta tolong, tidak, Nia?" ucap Wahyu sambil meringis."Minta tolong apa?" tanya Nia datar."Saya sakit kepala. Kamu bisa tolong buatkan saya teh hangat, tidak? Bik Sari sudah tidur kelelahan. Saya tidak sampai hati membangunkan mereka," kata Wahyu sambil terus memijat-mijat dahinya."Kamu duduk saja dulu." Nia meletakkan gelasnya di meja.Wahyu pun kemudian duduk, sementara Nia berjalan ke lemari dapur, mencari-cari kantong teh dan gula. Tanpa Nia sadari, Wahyu mengeluarkan botol kecil dari sakunya. Ia kemudian dengan cepat meneteskan cairan bening ke dalam gelas Nia yang belum ditutup. Setelahnya, ia kembali pura-pura sakit kepala dan mengubur wajah di antara kedua tangannya."Kamu tidak keberatan ditinggal Kang Bayu di malam pertama kalian ini?" tanya Wahyu.Kegiatan Dia mencari kantong teh dan gula terhenti. Ia baru tahu kalau Bayu tidak ada di rumah."Tidak masalah. Kami berkomitmen untuk mendahulukan hal-hal yang lebih penting." Nia memberi jawaban yang mengambang. Ia

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   79. Akal Bulus.

    Nia menguap lebar seraya menutup mulutnya dengan tangan. Acara pernikahannya berlanjut dengan resepsi yang diadakan di halaman belakang rumah Bayu yang luas. Ia mulai kelelahan. Semalam ia kurang tidur karena memikirkan konsekuensi dari pernikahannya ini. Ditambah lagi, ia harus mengikuti serangkaian acara tanpa jeda sejak pagi. Stamina tubuhnya mulai menurun."Jangan terlihat terlalu bosan begitu. Nanti orang-orang menyangka kalau kamu tidak bahagia," bisik Bayu tanpa menoleh.Nia menghela napas pelan. "Saya capek, Yu. Duduk dan berdiri terus sepanjang hari.""Saya juga. Tapi saya tidak mengeluh terus sepertimu. Tahan sebentar lagi," omel Bayu.Nia tidak menanggapi. Ia segera berdiri ketika beberapa orang tamu naik ke pelaminan. Ia kembali harus menyalami tamu yang seakan tiada habisnya. Pinggang dan betisnya pegal luar biasa. Pandangannya tertuju pada meja prasmanan di seberang ruangan-ia haus dan butuh minum."Saya haus, Yu. Bantu saya turun.""Saya ambilkan saja di bawah, ya? Gaun

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   78. Menempuh Hidup Baru.

    Nia menunduk. Matanya terasa panas, tetapi ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia sekarang sah menjadi istri Bayu. Saat MC membacakan tertib acara berikutnya, yaitu sungkeman, Nia mengikuti dengan hati nelangsa."Akhirnya kamu resmi menjadi istri Bayu. Ayah lega. Sekarang kamu sudah ada yang membimbing dan melindungi." Pak Suhardi mengelus pipi Nia yang lembap. Mendengar harapan besar ayahnya, air mata Nia meleleh. Ia merasa berdosa karena menikah demi kepentingan semata."Lho, kok kamu menangis? Kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini?" bisik Pak Suhardi lirih."Nia menangis karena bahagia, Yah." Nia mencoba tersenyum di antara deraian air matanya."Alhamdulillah kalau memang begitu. Ayah tidak bisa memberi banyak nasihat pernikahan padamu karena pernikahan Ayah sendiri juga berakhir buruk. Ayah hanya mau bilang, tetaplah ada dan saling membersamai bagaimanapun sulitnya. Jangan gengsi untuk meminta ataupun memberi maaf. Saling menyayangilah kalian berdua selamanya." Pak Suhardi

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   77. Tabur Tuai.

    Pak Suhardi duduk di kursi kayu di ruang tengah, wajahnya serius namun tetap tenang. Di depannya, tiga gadis duduk dengan ekspresi berbeda-beda. Nia tampak tenang seperti biasa. Kencana duduk dengan bahu tegak, air mukanya terlihat waspada. Sementara itu, Dahayu, yang biasanya vokal, kali ini tampak gelisah. Ia terus meremas-remas jari-jarinya di pangkuan.Setelah mengamati tiga gadis muda di hadapannya, Pak Suhardi mulai berbicara. Suaranya rendah tapi tegas."Cana, Dayu, hari ini tepat sudah seminggu orang tua kalian ditahan. Apa rencana kalian berdua ke depannya?" Pak Suhardi langsung berbicara pada pokok permasalahan.Ruangan menjadi sunyi. Kencana bertukar pandang dengan Dahayu; mata mereka berbicara dalam diam. Mereka sadar kalau Pak Suhardi ingin mengusir mereka secara halus."Kalian berdua sudah dewasa, jadi sudah bisa bertanggung jawab pada diri sendiri. Lagi pula, saya tidak bisa menampung kalian di sini lama-lama. Kita sudah tidak punya hubungan kekeluargaan lagi," tegas Pa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   76. Kamu Jual, Aku Beli.

    "Saya sudah meminta izin dan menceritakan soal endors-an pada Bu Aisyah sebagai pemilik panti. Termasuk soal Rudi yang menjadi fotografernya. Bu Aisyah bilang, ia tidak keberatan," jawab Nia tenang. "Bu Aisyah jelas tidak berani menolak, karena ia takut kalau subsisi dari ibu saya, dicabut. Ia mengira kalau kamu adalah bagian dari kami," ungkap Bayu. "Mengenai Rudi, ia juga jelas bersedia. Anak muda puber itu pasti merasa kejatuhan bulan karena diminta memotret wanita pujaannya. Kamu tidak berpikir panjang, ya? Bagaimana kalau foto-fotomu nanti jadi objek fantasi olehnya?" tandas Bayu lagi."Saya sudah meminta Rudi untuk menghapus foto-foto saya setelah ia mengirimkan hasilnya pada saya," potong Nia cepat. "Dan kamu percaya kalau dia benar-benar menghapusnya?" tanya Bayu dengan nada mengejek. "Saya percaya. Rudi menghapusnya di hadapan saya," sahut Nia yakin. Mendengar kata-kata Nia, Bayu tertawa. Perempuan memang mudah dipedaya. "Oh ya, apa kamu juga meminta izin anak-anak kala

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   75. Prasangka.

    Nia baru saja selesai live di media sosialnya untuk menjual tas-tas preloved titip jualnya. Ia menutup siaran dengan senyum lebar, lalu meletakkan ponselnya di meja. Sambil membereskan ring light dan menyusun kembali tas-tas yang tersisa, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya."Hampir semua terjual!" gumamnya penuh semangat. Tangannya bergerak cepat merapikan alat-alat live, sementara pikirannya masih dipenuhi euforia. Notifikasi pembayaran tas yang masuk, berdenting di ponselnya, menambah rasa puas yang meluap-luap. Hari ini ia benar-benar sukses berjualan."Astaga, sudah pukul dua belas siang." Nia teringat pada tugas rutinnya di hari Minggu, yaitu melakukan bakti sosial seperti perjanjiannya dengan Bayu. Minggu ini, ia akan kembali mengunjungi Panti Asuhan Al-Mahramah. Ia menyukai kerja bakti ke panti asuhan ini karena ia menyayangi anak-anak panti yang manis seperti Aliya, Wita, maupun Didit yang pemalu.Nia membuka lemari untuk mengganti pakaian. Saat melihat sebuah blus ca

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   74. Tertangkap.

    Nia baru saja membuka laptop ketika terdengar keributan dari paviliun sayap kanan. Penasaran, ia segera membuka jendela dan melongok ke arah paviliun yang kini dihuni oleh ibu serta adik-adik tirinya. Di sana, ia melihat sebuah mobil polisi terparkir, sementara beberapa aparat berseragam mondar-mandir di depan paviliun.Nia langsung berlari ke sana. Ia tak menyangka penyidik akan bergerak secepat ini. Saat tiba, tampak beberapa tetangga menyalakan lampu teras, berbisik-bisik dengan nada rendah."Bu, ada apa ini? Kenapa Ibu ditangkap polisi?"Di tengah kerumunan, Nia melihat Kencana dan Dahayu menangis histeris, berusaha meraih tangan Bu Isnaini yang kini diborgol."Bu, tolong jelaskan! Kenapa Ibu ditangkap?" Kencana dan Dahayu terus mengikuti ibunya, yang digiring menuju mobil polisi."Ibu kalian telah melakukan perbuatan kriminal. Karena itu, ibu kalian harus bertanggung jawab atas perbuatannya."Nia terperanjat saat melihat ayahnya melangkah keluar dari paviliun, diiringi beberapa p

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   73. Sakit Hati.

    Nia berkendara sambil memandang keindahan alam. Siang ini berencana mengunjungi Bayu di pabrik susunya. Setelah berpikir semalam suntuk, Nia memutuskan untuk bertanya baik-baik pada Bayu mengenai perubahan sikapnya. Dirinya bukanlah type orang suka berprasangka. Demi mendukung niat baiknya, ia juga membawa rantang empat susun, berisi makanan yang ia masak sendiri. Mudah-mudahan Bayu menghargai usahanya. Saat maps menunjukkan bahwa PT Dairy Indofood tidak jauh lagi, Nia melambatkan laju kendaraan. Selama lima bulan di sini, ia memang tidak pernah sekalipun mengunjungi PT Dairy Indofood, pabrik milik keluarga Bayu. Oleh karena itu, ia tidak tahu lokasi pastinya.Memasuki pintu gerbang pabrik, Nia melambatkan laju kendaraan. Ada pos satpam yang dijaga oleh dua orang di sana. Seorang satpam segera menghampiri, sementara satunya lagi tetap berjaga di tempat. "Selamat siang, Bu. Ada keperluan apa Ibu ke sini?" Pak Satpam bertanya sopan namun tegas. "Saya ingin bertemu dengan Pak Bayu. Ap

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   72. Tipu Muslihat.

    "Berhubungan dengan ayah? Ada apa memangnya, Yu?" Sekarang Nia lah yang menjadi tegang. "Saya baru menerima kabar dari Fathur. Ia bilang jati diri Pak Jaja yang sebenarnya sudah terkuak. Laki-laki yang selama ini menyamar sebagai Pak Jaja, adalah Dadang Suparna." Bayu mengeja sebuah nama pelan-pelan. Ia ingin melihat reaksi Nia. Apakah Nia mengenal nama itu. "Dadang Suparna. Sepertinya nama itu familiar," gumam Nia sambil berpikir. Mendadak air mukanya berubah. Ia teringat sesuatu!"Dadang Suparna itu kan nama mantan suami Bu Isnaini." Nia merasa surprise sendiri. Bayu mengangguk. Ternyata Nia bisa menangkap benang merahnya."Benar. Ternyata Pak Dadang tidak meninggal dalam musibah kecelakaan truknya waktu itu. Yang meninggal sebenarnya adalah Pak Entis, kernetnya," terang Bayu lagi."Astaghfirullahaladzim. Pantas laki-laki itu memperingati saya agar menjauhi ayah. Ternyata ia adalah ayah kandung Kencana dan Dahayu." Nia kini mengerti maksud dari ancaman laki-laki tua itu. Pak Dadan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status