Share

37. Kacau!

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 14:21:07

"Coba Kang Bayu jelaskan. Apa maksud ucapan Akang tadi? Akang pasti salah bicara kan?" Kencana membuntuti Bayu yang masuk ke dalam rumah. Ia harap Bayu segera meralat ucapannya.

"Kamu tidak apa-apa, Nia?" Pak Suhardi meraih kedua tangan Nia. Memeriksa keadaan sang putri secara menyeluruh.

"Nia tidak apa-apa, Yah." Nia menangkan ayahnya. Padahal dalam hati ia juga butuh ditenangkan. Pengakuan Bayu yang mengatakan bahwa dirinya adalah pacarnya, jelas mengejutkan semua pihak. Terutama dirinya sendiri.

"Syukurlah kalau begitu. Ayo kita masuk ke dalam." Setelah Pak Suhardi yakin kalau Dia baik-baik saja, Pak Suhardi membimbing sang putri masuk ke dalam rumah. Pertanyaan Kencana pun terabaikan. Karena semua orang sekarang fokus pada Nia.

"Kang Bayu. Akang belum-" Kencana menghentikan kalimatnya. Gelengan samar sang ibu membuatnya bungkam. Kencana terpaksa kembali duduk di kursinya.

"Apa yang diinginkan Pak Abdi darimu?" tanya Pak Suhardi penasaran. Kini mereka semua kembali duduk di rua
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Inur Hanna
Greget loe sama nia,,knapa harus sembunyikan yg bukan ranah masalahnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   38. Rencana Besar.

    "Nia, Tante tidak membencimu. Tante hanya ingin hidup tenang tanpa masalah." Bu Sekar tidak enak hati menolak Nia secara terang-terangan. Makanya ia menyempatkan diri berbicara pada Nia di ambang pintu."Bu, Sudah. Jangan ikut campur masalah anak muda." Wahyu menarik lengan Bu Sekar. Mencegah sang ibu mengeluarkan lebih banyak kata-kata yang tidak enak didengar."Saya mengerti, Tante . Saya cuma ingin mengingatkan satu hal. Bahwa hidup yang tanpa masalah, justru adalah masalah. Bukannya saya ingin mengajari Tante yang hidup jauh lebih lama. Tapi setahu saya, selama seseorang masih hidup, maka masalah akan selalu ada," pungkas Nia tegas. Bu Sekar mengangguk singkat sebelum ditarik Wahyu menjauh. "Kalau kamu ingin memenangkan hati Bu Sekar, mulailah dengan bersikap lembut dan penurut. Bukan dengan memberinya nasehat kehidupan yang sudah lebih dulu ia jalani." Bu Isnaini menepuk simpatik bahu Nia."Sayangnya Ibu tadi juga sudah lebih dulu menjatuhkan nilai saya di hadapan Bu Sekar. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   39. Kejutan Pertama.

    "Dari hari pertama ke sini, Teh Nia sudah menggoda Kang Bayu, Yah. Pokoknya Teh Nia terus mencari kesempatan untuk bisa terus berduaan dengan Kang Bayu." Kencana mengadu sambil menyusut air mata.Sembari menghisap rokoknya dalam-dalam, Pak Suhardi mengenadah. Menatap bintang-bintang di langit kelam. Saat ini pikirannya sama kelamnya dengan langit. Ia tidak tahu harus berbuat apa.Kencana melirik ayahnya yang hanya diam dengan tatapan kosong. Sepertinya ayahnya tidak menyimak apa yang ia katakan."Ayah pasti membela Teh Nia karena Teh Nia itu anak kandung Ayah kan? Sementara Cana hanya anak bawaan dari Ibu," tuduh Kencana kesal. Ia jengkel karenanya ayahnya tidak menanggapi keluh kesahnya."Kamu salah, Cana. Bagi Ayah kalian semua adalah anak-anak Ayah. Tidak ada satu yang istimewa dari yang lain," sahut Pak Suhardi lirih."Kalau begitu, jangan restui hubungan Teh Nia dengan Kang Bayu, Yah. Karena Cana pasti akan sakit hati setiap kali melihat mereka berdua." Kencana memohon kepada sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   40. Kebenaran.

    "Mari kita luruskan dulu beberapa hal sebelum pertemuan keluarga besar kita nanti malam, Nia." Bayu duduk di hadapan Nia. Saat ini ia mendatangi Nia di kantornya. Kedua keluarga besar akan kembali mengadakan pertemuan terkait perjodohan malam nanti. Tapi kali ini yang dibahas berbeda. Bukan antara dirinya dan Kencana lagi. Tetapi dirinya dan Nia. Untuk itu mereka berdua harus kompak terlebih dahulu sebelum disidang. "Oke. Mulai saja darimu. Toh kamu duluan yang menciptakan masalah," jawab Nia santai."Baiklah. Langsung saja, apa maksud ucapanmu kemarin pada Ibu?" Bayu mendekatkan kursinya. Ia ingin melihat secara dekat ekspresi Nia."Terbalik pertanyaannya. Harusnya saya yang bertanya : apa maksudmu semalam mengaku-ngaku sebagai pacar saya?" Nia bersedekap. Menanti jawaban Bayu. Satu detik... dua detik... tiga detik..."Karena saya memang memilihmu sebagai istri saya." Bayu menatap Nia lekat-lekat. "Kalau saya tidak mau, bagaimana?" tantang Nia sambil melipat tangannya di atas me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   41. Perjanjian Pernikahan.

    "Sebagai suami saya akan mencukupi sandang, pangan dan papanmu. Tetapi untuk gaya hidup hedon, tidak. Saya tegaskan semuanya dari awal agar kamu tidak merasa membeli kucing dalam karung." Bayu menerangkan hak-hak Nia. "Saya tidak buta huruf. Saya bisa membaca sendiri draft-draft perjanjian ini," tutur Nia seraya terus membaca poin demi poin yang seperti tiada habisnya. "Pihak pertama berjanji tidak akan menyentuh pihak kedua tanpa seizin pihak kedua, kecuali pihak kedua telah melanggar kesepakatan bersama. Ini maksudnya apa?" Nia mengembalikan dokumen pada Bayu."Baca penjelasannya dari poin paling atas. Ini, baca yang ini." Bayu menunjuk poin pertama."Ayo, baca. Yang keras," perintah Bayu lagi. Setelah dokumen kembali berpindah tangan, Nia pun melakukan apa yang diminta Bayu."Selama terikat dalam pernikahan, pihak pertama dan pihak kedua tidak boleh selingkuh, menjelekkan salah satu pihak atau pun menceritakan perihal perjanjian ini.""Mengerti kan sekarang?" Bayu menaikkan alisn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   42. Cemburu Buta.

    "Iya, masuk." Dengan cepat Nia menyambar tissue di meja. Ia menyusuti mata dan pipinya yang lembab. "Bu, di depan ada tamu yang ingin bertemu dengan Ibu." Nani-staffnya, muncul di ambang pintu. "Siapa, Nani?" Nia pura-pura sibuk dengan laptopnya."Kang Erga, Bu." Nani menerangkan nama lengkap tamunya."Oh, Erga Suparna anaknya Pak Koswara." Nia tiba-tiba teringat pada laki-laki yang kemarin dulu ikut berdemo. Ia ingat nama lengkap Erga, karena Dahayu menyukainya. "Iya, Bu. Beliau menunggu di depan," tutur Nani lagi."Antarkan ia ke sini, Ni.""Baik, Bu." Nani menutup pintu dan berlalu. Beberapa saat kemudian pintu kembali diketuk. Nani masuk dengan membawa seorang pemuda bertubuh tinggi dan kekar. "Selamat siang, Teh. Masih ingat saya?" Sang pemuda tersenyum lebar sembari mengulurkan tangan. Mengajak Nia bersalaman. "Masih kok. Silakan duduk, Erga. Ada yang bisa saya bantu?" Nia mempersilakan Erga duduk."Ada banget, Teh. Makanya saya mencari Teteh ke sini." Erga memamerkan gigi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   43. Aku Memilih Dia.

    "Apa kamu benar-benar ingin menikahi Nia, Bayu?" Pak Suhardi menatap Bayu dalam-dalam. Saat ini kembali diadakan pertemuan antara kedua besar. Bedanya kali ini yang dibahas adalah pernikahan antara Bayu dengan Nia. Bukan dengan Kencana. Suasananya pun berbeda. Dari yang sebelumnya hangat dan penuh dengan canda tawa, menjadi kaku dan muram. Kencana, Dahayu dan Wahyu juga tidak ikut serta. Hanya ada kedua orang tua dan calon mempelai."Benar, Pak," sahut Bayu tegas. "Apa yang membuatmu pada akhirnya memilih Nia?" tanya Pak Suhardi terus terang. Nia yang duduk di samping Bayu menahan napas. Ia takut kalau jawaban Bayu tidak meyakinkan. Orang seperti Bayu pasti sulit jikalau harus mengarang bebas."Karena saya sudah jatuh cinta padanya, saat saya pertama kali melihatnya turun dari bus antar kota," ungkap Bayu sambil menatap Nia dalam-dalam.Nia meringis. Ia ingat sekali moment yang Bayu ceritakan. Hanya saja apa yang Bayu kisahkan ini sangat berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Kare

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   44. Permufakatan Jahat.

    Akan hal Nia, ia tidak menyangka kalau ayahnya bisa semarah itu pada Bu Isnaini. Hatinya melembut. Ternyata ayahnya peduli padanya. Ayahnya marah karena Bu Isnaini menghinanya. Pembicaraan selanjutnya Nia tidak begitu memperhatikannya lagi. Hatinya sedang berbunga-bunga karena dibela ayahnya. Di tengah pembicaraan tentang tanggal pernikahan, tiba-tiba ponselnya bergetar. Tante Titik meneleponnya. Nia pun meminta diri untuk menerima telepon di luar. "Ya, Tante." Nia menerima panggilan dari Tante Titik."Hallo, Nia. Tante mengganggu tidak?""Tidak kok, Tante. Ada apa Tante menelepon saya? Uang penjualan tas-tas Tante sudah saya transfer bukan?" "Sudah, Nia. Terima kasih banyak ya karena sudah menjualkan tas-tas, Tante. Tante meneleponmu karena ada hal penting yang ingin Tante bicarakan." "Hal penting apa ya, Tante? Katakan saja." Nia memegang ponsel tegang. Nada suara Tante Titik yang bingung membuat perasaannya tidak enak."Begini, Nia. Tante sekarang berada di rumah sakit. Om Bowo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   45. Kedatangan Bu Sekar.

    "Tidak apa-apa, Tante. Simpan saja perhiasannya dulu. Nanti kalau saya ke Jakarta, baru saya ambil. Tante ini ada-ada saja. Saya percaya kok sama Tante. Baik, Tante. Semoga Om Bowo segera pulih, ya." Dia menutup telepon dari Tante Titik. Hatinya ikut lega mendengar Om Bowo kini sudah membaik."Masuk," seru Dia ketika mendengar pintu ruangannya diketuk."Bu Sekar ingin bertemu dengan Ibu. Apakah Ibu bersedia menemuinya?" ujar Nani, staf front office, dengan nada hati-hati. Sejak insiden Kencana yang ia usir karena masuk tanpa izin, staf front office jadi semakin waspada menghadapi tamu yang datang tanpa pemberitahuan."Antar beliau masuk, Nan." Dia menegakkan punggungnya. Intuisinya mengatakan kedatangan Bu Sekar pasti berhubungan dengan rencana pernikahannya. Tak lama kemudian, Nani mengantarkan Bu Sekar masuk."Apa kabar, Dia?" tanya Bu Sekar kikuk."Kabar baik, Tante. Kan tadi malam kita baru bertemu," jawab Dia, mencoba mencairkan suasana dengan bercanda."Oh iya, ya. Kita tadi mal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   80. Salah Sasaran.

    "Saya bisa minta tolong, tidak, Nia?" ucap Wahyu sambil meringis."Minta tolong apa?" tanya Nia datar."Saya sakit kepala. Kamu bisa tolong buatkan saya teh hangat, tidak? Bik Sari sudah tidur kelelahan. Saya tidak sampai hati membangunkan mereka," kata Wahyu sambil terus memijat-mijat dahinya."Kamu duduk saja dulu." Nia meletakkan gelasnya di meja.Wahyu pun kemudian duduk, sementara Nia berjalan ke lemari dapur, mencari-cari kantong teh dan gula. Tanpa Nia sadari, Wahyu mengeluarkan botol kecil dari sakunya. Ia kemudian dengan cepat meneteskan cairan bening ke dalam gelas Nia yang belum ditutup. Setelahnya, ia kembali pura-pura sakit kepala dan mengubur wajah di antara kedua tangannya."Kamu tidak keberatan ditinggal Kang Bayu di malam pertama kalian ini?" tanya Wahyu.Kegiatan Dia mencari kantong teh dan gula terhenti. Ia baru tahu kalau Bayu tidak ada di rumah."Tidak masalah. Kami berkomitmen untuk mendahulukan hal-hal yang lebih penting." Nia memberi jawaban yang mengambang. Ia

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   79. Akal Bulus.

    Nia menguap lebar seraya menutup mulutnya dengan tangan. Acara pernikahannya berlanjut dengan resepsi yang diadakan di halaman belakang rumah Bayu yang luas. Ia mulai kelelahan. Semalam ia kurang tidur karena memikirkan konsekuensi dari pernikahannya ini. Ditambah lagi, ia harus mengikuti serangkaian acara tanpa jeda sejak pagi. Stamina tubuhnya mulai menurun."Jangan terlihat terlalu bosan begitu. Nanti orang-orang menyangka kalau kamu tidak bahagia," bisik Bayu tanpa menoleh.Nia menghela napas pelan. "Saya capek, Yu. Duduk dan berdiri terus sepanjang hari.""Saya juga. Tapi saya tidak mengeluh terus sepertimu. Tahan sebentar lagi," omel Bayu.Nia tidak menanggapi. Ia segera berdiri ketika beberapa orang tamu naik ke pelaminan. Ia kembali harus menyalami tamu yang seakan tiada habisnya. Pinggang dan betisnya pegal luar biasa. Pandangannya tertuju pada meja prasmanan di seberang ruangan-ia haus dan butuh minum."Saya haus, Yu. Bantu saya turun.""Saya ambilkan saja di bawah, ya? Gaun

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   78. Menempuh Hidup Baru.

    Nia menunduk. Matanya terasa panas, tetapi ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia sekarang sah menjadi istri Bayu. Saat MC membacakan tertib acara berikutnya, yaitu sungkeman, Nia mengikuti dengan hati nelangsa."Akhirnya kamu resmi menjadi istri Bayu. Ayah lega. Sekarang kamu sudah ada yang membimbing dan melindungi." Pak Suhardi mengelus pipi Nia yang lembap. Mendengar harapan besar ayahnya, air mata Nia meleleh. Ia merasa berdosa karena menikah demi kepentingan semata."Lho, kok kamu menangis? Kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini?" bisik Pak Suhardi lirih."Nia menangis karena bahagia, Yah." Nia mencoba tersenyum di antara deraian air matanya."Alhamdulillah kalau memang begitu. Ayah tidak bisa memberi banyak nasihat pernikahan padamu karena pernikahan Ayah sendiri juga berakhir buruk. Ayah hanya mau bilang, tetaplah ada dan saling membersamai bagaimanapun sulitnya. Jangan gengsi untuk meminta ataupun memberi maaf. Saling menyayangilah kalian berdua selamanya." Pak Suhardi

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   77. Tabur Tuai.

    Pak Suhardi duduk di kursi kayu di ruang tengah, wajahnya serius namun tetap tenang. Di depannya, tiga gadis duduk dengan ekspresi berbeda-beda. Nia tampak tenang seperti biasa. Kencana duduk dengan bahu tegak, air mukanya terlihat waspada. Sementara itu, Dahayu, yang biasanya vokal, kali ini tampak gelisah. Ia terus meremas-remas jari-jarinya di pangkuan.Setelah mengamati tiga gadis muda di hadapannya, Pak Suhardi mulai berbicara. Suaranya rendah tapi tegas."Cana, Dayu, hari ini tepat sudah seminggu orang tua kalian ditahan. Apa rencana kalian berdua ke depannya?" Pak Suhardi langsung berbicara pada pokok permasalahan.Ruangan menjadi sunyi. Kencana bertukar pandang dengan Dahayu; mata mereka berbicara dalam diam. Mereka sadar kalau Pak Suhardi ingin mengusir mereka secara halus."Kalian berdua sudah dewasa, jadi sudah bisa bertanggung jawab pada diri sendiri. Lagi pula, saya tidak bisa menampung kalian di sini lama-lama. Kita sudah tidak punya hubungan kekeluargaan lagi," tegas Pa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   76. Kamu Jual, Aku Beli.

    "Saya sudah meminta izin dan menceritakan soal endors-an pada Bu Aisyah sebagai pemilik panti. Termasuk soal Rudi yang menjadi fotografernya. Bu Aisyah bilang, ia tidak keberatan," jawab Nia tenang. "Bu Aisyah jelas tidak berani menolak, karena ia takut kalau subsisi dari ibu saya, dicabut. Ia mengira kalau kamu adalah bagian dari kami," ungkap Bayu. "Mengenai Rudi, ia juga jelas bersedia. Anak muda puber itu pasti merasa kejatuhan bulan karena diminta memotret wanita pujaannya. Kamu tidak berpikir panjang, ya? Bagaimana kalau foto-fotomu nanti jadi objek fantasi olehnya?" tandas Bayu lagi."Saya sudah meminta Rudi untuk menghapus foto-foto saya setelah ia mengirimkan hasilnya pada saya," potong Nia cepat. "Dan kamu percaya kalau dia benar-benar menghapusnya?" tanya Bayu dengan nada mengejek. "Saya percaya. Rudi menghapusnya di hadapan saya," sahut Nia yakin. Mendengar kata-kata Nia, Bayu tertawa. Perempuan memang mudah dipedaya. "Oh ya, apa kamu juga meminta izin anak-anak kala

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   75. Prasangka.

    Nia baru saja selesai live di media sosialnya untuk menjual tas-tas preloved titip jualnya. Ia menutup siaran dengan senyum lebar, lalu meletakkan ponselnya di meja. Sambil membereskan ring light dan menyusun kembali tas-tas yang tersisa, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya."Hampir semua terjual!" gumamnya penuh semangat. Tangannya bergerak cepat merapikan alat-alat live, sementara pikirannya masih dipenuhi euforia. Notifikasi pembayaran tas yang masuk, berdenting di ponselnya, menambah rasa puas yang meluap-luap. Hari ini ia benar-benar sukses berjualan."Astaga, sudah pukul dua belas siang." Nia teringat pada tugas rutinnya di hari Minggu, yaitu melakukan bakti sosial seperti perjanjiannya dengan Bayu. Minggu ini, ia akan kembali mengunjungi Panti Asuhan Al-Mahramah. Ia menyukai kerja bakti ke panti asuhan ini karena ia menyayangi anak-anak panti yang manis seperti Aliya, Wita, maupun Didit yang pemalu.Nia membuka lemari untuk mengganti pakaian. Saat melihat sebuah blus ca

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   74. Tertangkap.

    Nia baru saja membuka laptop ketika terdengar keributan dari paviliun sayap kanan. Penasaran, ia segera membuka jendela dan melongok ke arah paviliun yang kini dihuni oleh ibu serta adik-adik tirinya. Di sana, ia melihat sebuah mobil polisi terparkir, sementara beberapa aparat berseragam mondar-mandir di depan paviliun.Nia langsung berlari ke sana. Ia tak menyangka penyidik akan bergerak secepat ini. Saat tiba, tampak beberapa tetangga menyalakan lampu teras, berbisik-bisik dengan nada rendah."Bu, ada apa ini? Kenapa Ibu ditangkap polisi?"Di tengah kerumunan, Nia melihat Kencana dan Dahayu menangis histeris, berusaha meraih tangan Bu Isnaini yang kini diborgol."Bu, tolong jelaskan! Kenapa Ibu ditangkap?" Kencana dan Dahayu terus mengikuti ibunya, yang digiring menuju mobil polisi."Ibu kalian telah melakukan perbuatan kriminal. Karena itu, ibu kalian harus bertanggung jawab atas perbuatannya."Nia terperanjat saat melihat ayahnya melangkah keluar dari paviliun, diiringi beberapa p

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   73. Sakit Hati.

    Nia berkendara sambil memandang keindahan alam. Siang ini berencana mengunjungi Bayu di pabrik susunya. Setelah berpikir semalam suntuk, Nia memutuskan untuk bertanya baik-baik pada Bayu mengenai perubahan sikapnya. Dirinya bukanlah type orang suka berprasangka. Demi mendukung niat baiknya, ia juga membawa rantang empat susun, berisi makanan yang ia masak sendiri. Mudah-mudahan Bayu menghargai usahanya. Saat maps menunjukkan bahwa PT Dairy Indofood tidak jauh lagi, Nia melambatkan laju kendaraan. Selama lima bulan di sini, ia memang tidak pernah sekalipun mengunjungi PT Dairy Indofood, pabrik milik keluarga Bayu. Oleh karena itu, ia tidak tahu lokasi pastinya.Memasuki pintu gerbang pabrik, Nia melambatkan laju kendaraan. Ada pos satpam yang dijaga oleh dua orang di sana. Seorang satpam segera menghampiri, sementara satunya lagi tetap berjaga di tempat. "Selamat siang, Bu. Ada keperluan apa Ibu ke sini?" Pak Satpam bertanya sopan namun tegas. "Saya ingin bertemu dengan Pak Bayu. Ap

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   72. Tipu Muslihat.

    "Berhubungan dengan ayah? Ada apa memangnya, Yu?" Sekarang Nia lah yang menjadi tegang. "Saya baru menerima kabar dari Fathur. Ia bilang jati diri Pak Jaja yang sebenarnya sudah terkuak. Laki-laki yang selama ini menyamar sebagai Pak Jaja, adalah Dadang Suparna." Bayu mengeja sebuah nama pelan-pelan. Ia ingin melihat reaksi Nia. Apakah Nia mengenal nama itu. "Dadang Suparna. Sepertinya nama itu familiar," gumam Nia sambil berpikir. Mendadak air mukanya berubah. Ia teringat sesuatu!"Dadang Suparna itu kan nama mantan suami Bu Isnaini." Nia merasa surprise sendiri. Bayu mengangguk. Ternyata Nia bisa menangkap benang merahnya."Benar. Ternyata Pak Dadang tidak meninggal dalam musibah kecelakaan truknya waktu itu. Yang meninggal sebenarnya adalah Pak Entis, kernetnya," terang Bayu lagi."Astaghfirullahaladzim. Pantas laki-laki itu memperingati saya agar menjauhi ayah. Ternyata ia adalah ayah kandung Kencana dan Dahayu." Nia kini mengerti maksud dari ancaman laki-laki tua itu. Pak Dadan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status