Share

34. Permufakatan Jahat.

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 14:30:45

"Tapi tadi dokter mengatakan yang sebaliknya. Kamu stress, kurang tidur dan perutmu kosong, Nak. Di sini kamu akan dirawat dengan baik. Kamu tunggu sebentar ya? Ayah akan mengurus kamar rawat inapmu." Pak Suhardi bersiap ke bagian administrasi.

"Biar Ibu saja. Bapak temani Nia di sini. Ayo Cana, kita kebagian administrasi." Bu Isnaini meraih pergelangan tangan Kencana. Menariknya sedikit agar Kencana mematuhi perintahnya. Kencana melayangkan pandangan pada Bayu sebentar sebelum membuntuti langkah sang ibu.

"Wajahmu jangan cemberut begitu, Cana. Tidak enak dilihat." Bu Isnaini langsung memperingatkan sang putri, setelah berada di luar UGD.

"Bagaimana Cana tidak cemberut. Dengan menginapnya Teh Nia di sini, bisa membuat acara nanti malam terganggu. Ayah pasti akan buru-buru balik ke sini lagi setelah acara selesai." Kencana menghentakkan kakinya kesal.

"Ibu sudah meminta Ayah membatalkannya, Cana. Minggu depan baru kedua keluarga besar kita saling bertemu," terang Bu Isnaini.

"Apa? Ken
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
dinaningtyasna
kannn bu is sama kek anaknya ular dan anak2 ular jd yg bapak2 itu mungkin bapak mereka yg mereka tinggal ya,.mungkin krn sakit parah ya ampun, udah sadar kalo dr kolong loh, bukannya tau diri malah ga punya harga diri jangan2 dulu bapak ibu nia cerai gara2 tipudaya bu is juga, ckck ayo nia babattt
goodnovel comment avatar
Miss Ziza Ziza S
emak sama anak samaaaaa aja jahat nya .. jgn² sahila bercerai dlu gara² mereka...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   35. Ular Kepala Dua.

    Nia baru saja ingin memejamkan mata saat mendengar pintu kamarnya diketuk."Siapa?" tanya Nia waspada. "Saya Teh, Cana.""Masuk saja. Pintunya tidak dikunci," sahut Nia setelah terdiam sesaat. Ia merasa aneh karena Kencana mencarinya hingga ke kamar. Pintu kamar berayun. Menghadirkan Kencana yang berdiri di ambang pintu. "Teh, di luar ada Pak Jafar dan Bu Sekar. Mereka mau menjenguk Teteh katanya. Saya suruh mereka kemari atau Teteh yang akan menemui mereka di ruang tamu?" tanya Kencana sopan. Nia tidak menjawab. Sebagai gantinya ia menatap Kencana dalam-dalam."Saya akan menemui mereka di luar saja." Nia bangkit dari ranjang. Ia tidak suka privasinya terganggu. Dia kemudian menghadap kaca. Merapikan penampilan dan menyanggul anggun rambutnya. Ia memiliki satu kebiaasan yang sama seperti ibunya. Yaitu dalam keadaan sesulit apa pun, penampilan tetap harus dijaga. Ia tidak akan membiarkan orang lain melihat keterpurukannya. Tindak tanduk Nia diamati Kencana dengan seksama. Ibunya ben

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   36. Kena Batunya!

    "Hallo, Bu Guru cantik. Kenapa sih telepon saya dimatikan? Tidak boleh begitu lho pada orang tua?" Pak Abdi tersenyum separuh menyeringai melihat kehadiran Nia. "Nah, itu Bapak sadar kalau Bapak sudah tua. Seharusnya Bapak juga mengkondisikan kelakuan Bapak. Salah satunya mungkin dengan memperbanyak amal ibadah," sindir Nia."Jangan sinis begitu dong. Ayo, sini, duduk dulu." Pak Abdi bersikap seperti layaknya seorang tuan rumah. Nia ikut duduk di kursi teras, berhadapan dengan Pak Abdi. Mereka berdua duduk dengan dibatasi meja teras kecil. Di atas meja, ada vas bunga dengan bunga-bunga artifisial yang menjuntai serta wadah tissue berbahan kayu."Tidak usah menasehati saya, Nia. Saya sudah kenyang melihat surga dan neraka. Siksa Kubur, Sumpang Pocong, Anugerah Surga —saya lihat semuanya sebelum saya produseri." Pak Abdi tersenyum sinis. "Itu film, Pak. Bukan yang sebenarnya," cetus Nia."Di dunia ini belum pernah ada orang melihat yang sebenarnya. Semua hanya mereka-reka. Makanya su

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   37. Kacau!

    "Coba Kang Bayu jelaskan. Apa maksud ucapan Akang tadi? Akang pasti salah bicara kan?" Kencana membuntuti Bayu yang masuk ke dalam rumah. Ia harap Bayu segera meralat ucapannya. "Kamu tidak apa-apa, Nia?" Pak Suhardi meraih kedua tangan Nia. Memeriksa keadaan sang putri secara menyeluruh."Nia tidak apa-apa, Yah." Nia menangkan ayahnya. Padahal dalam hati ia juga butuh ditenangkan. Pengakuan Bayu yang mengatakan bahwa dirinya adalah pacarnya, jelas mengejutkan semua pihak. Terutama dirinya sendiri. "Syukurlah kalau begitu. Ayo kita masuk ke dalam." Setelah Pak Suhardi yakin kalau Dia baik-baik saja, Pak Suhardi membimbing sang putri masuk ke dalam rumah. Pertanyaan Kencana pun terabaikan. Karena semua orang sekarang fokus pada Nia. "Kang Bayu. Akang belum-" Kencana menghentikan kalimatnya. Gelengan samar sang ibu membuatnya bungkam. Kencana terpaksa kembali duduk di kursinya. "Apa yang diinginkan Pak Abdi darimu?" tanya Pak Suhardi penasaran. Kini mereka semua kembali duduk di rua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   38. Rencana Besar.

    "Nia, Tante tidak membencimu. Tante hanya ingin hidup tenang tanpa masalah." Bu Sekar tidak enak hati menolak Nia secara terang-terangan. Makanya ia menyempatkan diri berbicara pada Nia di ambang pintu."Bu, Sudah. Jangan ikut campur masalah anak muda." Wahyu menarik lengan Bu Sekar. Mencegah sang ibu mengeluarkan lebih banyak kata-kata yang tidak enak didengar."Saya mengerti, Tante . Saya cuma ingin mengingatkan satu hal. Bahwa hidup yang tanpa masalah, justru adalah masalah. Bukannya saya ingin mengajari Tante yang hidup jauh lebih lama. Tapi setahu saya, selama seseorang masih hidup, maka masalah akan selalu ada," pungkas Nia tegas. Bu Sekar mengangguk singkat sebelum ditarik Wahyu menjauh. "Kalau kamu ingin memenangkan hati Bu Sekar, mulailah dengan bersikap lembut dan penurut. Bukan dengan memberinya nasehat kehidupan yang sudah lebih dulu ia jalani." Bu Isnaini menepuk simpatik bahu Nia."Sayangnya Ibu tadi juga sudah lebih dulu menjatuhkan nilai saya di hadapan Bu Sekar. Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   39. Kejutan Pertama.

    "Dari hari pertama ke sini, Teh Nia sudah menggoda Kang Bayu, Yah. Pokoknya Teh Nia terus mencari kesempatan untuk bisa terus berduaan dengan Kang Bayu." Kencana mengadu sambil menyusut air mata.Sembari menghisap rokoknya dalam-dalam, Pak Suhardi mengenadah. Menatap bintang-bintang di langit kelam. Saat ini pikirannya sama kelamnya dengan langit. Ia tidak tahu harus berbuat apa.Kencana melirik ayahnya yang hanya diam dengan tatapan kosong. Sepertinya ayahnya tidak menyimak apa yang ia katakan."Ayah pasti membela Teh Nia karena Teh Nia itu anak kandung Ayah kan? Sementara Cana hanya anak bawaan dari Ibu," tuduh Kencana kesal. Ia jengkel karenanya ayahnya tidak menanggapi keluh kesahnya."Kamu salah, Cana. Bagi Ayah kalian semua adalah anak-anak Ayah. Tidak ada satu yang istimewa dari yang lain," sahut Pak Suhardi lirih."Kalau begitu, jangan restui hubungan Teh Nia dengan Kang Bayu, Yah. Karena Cana pasti akan sakit hati setiap kali melihat mereka berdua." Kencana memohon kepada sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   40. Kebenaran.

    "Mari kita luruskan dulu beberapa hal sebelum pertemuan keluarga besar kita nanti malam, Nia." Bayu duduk di hadapan Nia. Saat ini ia mendatangi Nia di kantornya. Kedua keluarga besar akan kembali mengadakan pertemuan terkait perjodohan malam nanti. Tapi kali ini yang dibahas berbeda. Bukan antara dirinya dan Kencana lagi. Tetapi dirinya dan Nia. Untuk itu mereka berdua harus kompak terlebih dahulu sebelum disidang. "Oke. Mulai saja darimu. Toh kamu duluan yang menciptakan masalah," jawab Nia santai."Baiklah. Langsung saja, apa maksud ucapanmu kemarin pada Ibu?" Bayu mendekatkan kursinya. Ia ingin melihat secara dekat ekspresi Nia."Terbalik pertanyaannya. Harusnya saya yang bertanya : apa maksudmu semalam mengaku-ngaku sebagai pacar saya?" Nia bersedekap. Menanti jawaban Bayu. Satu detik... dua detik... tiga detik..."Karena saya memang memilihmu sebagai istri saya." Bayu menatap Nia lekat-lekat. "Kalau saya tidak mau, bagaimana?" tantang Nia sambil melipat tangannya di atas me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   41. Perjanjian Pernikahan.

    "Sebagai suami saya akan mencukupi sandang, pangan dan papanmu. Tetapi untuk gaya hidup hedon, tidak. Saya tegaskan semuanya dari awal agar kamu tidak merasa membeli kucing dalam karung." Bayu menerangkan hak-hak Nia. "Saya tidak buta huruf. Saya bisa membaca sendiri draft-draft perjanjian ini," tutur Nia seraya terus membaca poin demi poin yang seperti tiada habisnya. "Pihak pertama berjanji tidak akan menyentuh pihak kedua tanpa seizin pihak kedua, kecuali pihak kedua telah melanggar kesepakatan bersama. Ini maksudnya apa?" Nia mengembalikan dokumen pada Bayu."Baca penjelasannya dari poin paling atas. Ini, baca yang ini." Bayu menunjuk poin pertama."Ayo, baca. Yang keras," perintah Bayu lagi. Setelah dokumen kembali berpindah tangan, Nia pun melakukan apa yang diminta Bayu."Selama terikat dalam pernikahan, pihak pertama dan pihak kedua tidak boleh selingkuh, menjelekkan salah satu pihak atau pun menceritakan perihal perjanjian ini.""Mengerti kan sekarang?" Bayu menaikkan alisn

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   42. Cemburu Buta.

    "Iya, masuk." Dengan cepat Nia menyambar tissue di meja. Ia menyusuti mata dan pipinya yang lembab. "Bu, di depan ada tamu yang ingin bertemu dengan Ibu." Nani-staffnya, muncul di ambang pintu. "Siapa, Nani?" Nia pura-pura sibuk dengan laptopnya."Kang Erga, Bu." Nani menerangkan nama lengkap tamunya."Oh, Erga Suparna anaknya Pak Koswara." Nia tiba-tiba teringat pada laki-laki yang kemarin dulu ikut berdemo. Ia ingat nama lengkap Erga, karena Dahayu menyukainya. "Iya, Bu. Beliau menunggu di depan," tutur Nani lagi."Antarkan ia ke sini, Ni.""Baik, Bu." Nani menutup pintu dan berlalu. Beberapa saat kemudian pintu kembali diketuk. Nani masuk dengan membawa seorang pemuda bertubuh tinggi dan kekar. "Selamat siang, Teh. Masih ingat saya?" Sang pemuda tersenyum lebar sembari mengulurkan tangan. Mengajak Nia bersalaman. "Masih kok. Silakan duduk, Erga. Ada yang bisa saya bantu?" Nia mempersilakan Erga duduk."Ada banget, Teh. Makanya saya mencari Teteh ke sini." Erga memamerkan gigi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05

Bab terbaru

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   102. Akhir Bahagia (End)

    Nia tersenyum haru. Bayu sudah lulus ujian. Selama bulan-bulan terakhir ini, ia memang sengaja memperlakukan Bayu dengan buruk. Ia memberi Bayu begitu banyak tekanan dan juga sikap yang tidak menyenangkan. Ia kira, pada akhirnya kira Bayu akan menyerah dan meninggalkannya. Ternyata Bayu pantang menyerah dan sabar menghadapinya. "Saya juga mencintaimu kok, Yu. Hanya saja saya memilih mencintaimu dalam diam, dalam kesendirian dan dalam mimpi." Nia akhirnya membuka isi hatinya. Bayu terhenyak. Ia bengong sesaat karena mengira pendengarannya bermasalah. "Kamu bilang apa, Nia? Coba u... ulangi." Bayu membersihkan kedua telinganya dengan jari telunjuk. Ia ingin mendengar pengakuan cinta Nia dengan sejelas-jelasnya. Nia pun dengan senang hati mengulangi pernyataan cintanya. "Kenapa harus begitu, Nia?" tanya Bayu dengan suara parau. Keromantisan Nia dan Bayu membuat ruang bersalin hening sejenak. Dokter Widya membuat gerakan menggeleng pelan, saat perawat ingin memindahkan Nia ke ruang pe

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   101. Lahirnya Baskara Ilmani.

    Dua Bulan Kemudian - Rumah SakitBayu berlari menyusuri lorong rumah sakit, jantungnya berdegup kencang. Kedua orang tuanya, Bu Sekar dan Pak Jafar, mengikuti di belakangnya dengan wajah cemas. Pak Suhardi sudah menunggu mereka di depan ruang bersalin, wajahnya diliputi kekhawatiran."Bagaimana Nia, Pak?" Bayu bertanya dengan napas tersengal. Ia mengoper pekerjaan di Jakarta pada Wahyu di Jakarta langsung ke Cisarua. "Masih berjuang, Nak. Sudah hampir lima jam." Suara Pak Suhardi terdengar bergetar. Hatinya juga sangat risau.Sekonyong-konyong terdengar suara jeritan tertahan dari ruang bersalin, berikut instruksi-intruksi dari dokter. Bayu mengenali jeritan kesakitan menyayat hati itu. Suara Nia! Bayu mengepalkan tangan, matanya mulai memanas. "Apa saya boleh masuk ke dalam, Pak ?" tanya Bayu khawatir. "Walau kami sudah bercerai, tapi anak yang akan Nia lahirkan adalah darah daging saya. Tolong, beri saya kesempatan untuk mendampingi Nia, Pak." Bayu meminta izin Pak Suhardi."Perg

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   100. Aku Akan Menujumu.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   99. Rekonsiliasi.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   98. Belajar Ikhlas.

    Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Nia, tetapi suaranya terhenti di tenggorokan.Nia tetap berdiri di sana, tersenyum tipis, tanpa dendam atau amarah. Ia sudah mengikhlaskan semuanya."Sudah ya, saya harus ke kantor guru. Setelah beristirahat sebentar saya harus mengajar kembali," kata Mia, menjauh. Elusan tangan Bayu pun terlepas."Baiklah. Bisakah kita bertemu lagi? Ada banyak hal yang ingin saya bicarakan," pinta Bayu penuh harap."Bisa saja. Tapi harus disesuaikan dengan jadwal saya," jawab Nia setelah menimbang-nimbang sesaat."Kalau begitu, bolehkah saya meminta nomor ponselmu yang baru? Saya membutuhkannya untuk mengatur jadwal denganmu.""Kamu telepon saja Ayah. Nanti Ayah pasti akan menyampaikan pesanmu."Nia menolak memberikan nomor ponselnya."Satu pertanyaan lagi, Nia. Apakah kamu membenci saya?" tanya Bayu harap-harap cemas.Nia mengerutkan kening sesaat sebelum menggeleng mantap. "Tidak."Alhamdulillah."Tepatnya, saya tidak memiliki perasaan apa pun l

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   97. Pertemuan.

    Di sebuah sekolah dasar swasta, Budi Pekerti, anak-anak berseragam merah putih duduk dengan tertib. Mereka tengah menunggu kedatangan guru Bahasa Inggris yang sangat mereka sukai.Beberapa saat kemudian, guru yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Dengan senyum manis, guru favorit anak-anak kelas dua itu masuk dengan sebuah buku panduan di tangannya."Good morning, class," Nia menyapa murid-muridnya. Sudah empat bulan ini, ia mengajar Bahasa Inggris di sekolah Budi Pekerti."Good morning, Mrs. Nia," murid-murid menjawab serempak."Oke. Today, we are going to learn new words. Does anyone know what 'apple' means in Indonesian?" tanya Nia kepada murid-muridnya.Fuji—salah satu muridnya—mengangkat tangan."Yes, Mrs! 'Apple' is 'apel' in Indonesian," jawabnya dengan yakin."Very good, Fuji! Now, repeat after me. Apple.""Apple," seluruh kelas mengikuti.Bayu berdiri diam di luar kelas. Matanya tak berkedip menatap Nia—mantan istrinya—yang sedang mengajar. Ia tidak menyangka bahwa tempa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   96. Takdir dan Cinta.

    "Suhar..." Suara Bu Sekar pecah."Aku mohon... Bayu sudah seperti orang gila enam bulan ini! Ia tidak bekerja, tidak peduli dengan kesehatannya. Tidak ada yang ia pikirkan selain mencari Nia!"Pak Suhardi menarik napas panjang. Hatinya resah. Ia bisa membayangkan bagaimana keadaan Bayu.Bu Sekar menelan ludah, air matanya menggenang."Bayu depresi, Hardi. Aku takut kalau dia sampai menyakiti dirinya sendiri. Bayu hanya ingin menemui Nia sekali saja, Har. Satu kali saja."Hening. Di ujung telepon, Pak Suhardi mengusap wajahnya, serba salah. Ia tahu Nia sangat tersakiti, dan ia sudah berjanji akan melindungi putrinya itu dari segala hal yang membuatnya menderita. Namun, di sisi lain, ia juga melihat bagaimana Bayu benar-benar berubah."Aku akan mengatakan satu rahasia yang selama ini aku pendam semampuku, Har." Suara Bu Sekar bergetar."Apa itu, Sekar?" Suara Pak Suhardi terdengar khawatir."Aku menderita kanker pankreas stadium tiga, Har.""Astaghfirullahaladzim. Berarti pertemuan kit

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   95. Patah Hati.

    Enam bulan kemudian.Hujan deras menyelimuti Cisarua sore itu, menciptakan kabut tipis di sepanjang jalanan desa yang sepi. Bayu turun dari mobilnya dengan langkah gontai, membiarkan hujan membasahi tubuhnya yang sudah kedinginan. Rambutnya lepek, wajahnya pucat, dan tubuhnya lebih kurus dari terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah ini.Di beranda, Bu Sekar berdiri dengan payung di tangan. Wajahnya sendu saat melihat putranya dalam keadaan menyedihkan. Tanpa berkata apa-apa, ia meraih tangan Bayu dan menariknya masuk ke dalam rumah."Ya ampun, Bayu. Enam bulan lamanya kamu tidak pernah ke sini, sekarang kamu datang dalam keadaan seperti ini?" Bu Sekar menyambut sang putra dengan tatapan prihatin.Bayu tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, menatap kosong ke seantero rumah yang dulu terasa hangat karena ada Nia di dalamnya. Namun, kini semua hanya tinggal kenangan."Kau menyiksa diri sendiri, Nak. Lihat dirimu... Kamu bahkan lebih mirip gelandangan sekarang." Bu Sekar memandu putra

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   94. Jangan Sakiti Hatiku Lagi.

    "Saya cemburu," ucap Bayu pelan, nyaris seperti bisikan.Nia mengernyit. "Apa maksudmu?"Bayu menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Nia."Semua kekacauan ini, ketidakmasukakalan sikap saya, diawali oleh rasa cemburu," ulang Bayu, kali ini dengan suara lebih keras."Setiap kali saya melihatmu dekat dengan pria lain, saya tidak bisa berpikir jernih. Makanya, semua jadi kacau."Nia diam, namun ia tetap mendengarkan curahan hati Bayu.Bayu menarik napas panjang, menguatkan hatinya untuk terus mengeluarkan isi hatinya."Kamu ingat tidak saat saya melamarmu dulu? Saya bilang pada ayahmu kalau saya jatuh cinta padamu sejak melihatmu turun dari bus. Itu semua benar, Nia. Saya memang sudah menginginkanmu sejak saat itu. Namun, saya gengsi untuk mengakuinya. Karena...""Karena kamu menganggap saya yang penuh dosa ini tidak pantas untukmu yang suci, murni, tak bernoda, bukan?" potong Nia cepat.Bayu kembali menghela napas panjang. Walau terdengar memalukan, ia harus jujur."Benar. S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status