Home / Romansa / (Bukan) Gadis Matre sang Juragan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of (Bukan) Gadis Matre sang Juragan: Chapter 41 - Chapter 50

80 Chapters

41. Perjanjian Pernikahan.

"Sebagai suami saya akan mencukupi sandang, pangan dan papanmu. Tetapi untuk gaya hidup hedon, tidak. Saya tegaskan semuanya dari awal agar kamu tidak merasa membeli kucing dalam karung." Bayu menerangkan hak-hak Nia. "Saya tidak buta huruf. Saya bisa membaca sendiri draft-draft perjanjian ini," tutur Nia seraya terus membaca poin demi poin yang seperti tiada habisnya. "Pihak pertama berjanji tidak akan menyentuh pihak kedua tanpa seizin pihak kedua, kecuali pihak kedua telah melanggar kesepakatan bersama. Ini maksudnya apa?" Nia mengembalikan dokumen pada Bayu."Baca penjelasannya dari poin paling atas. Ini, baca yang ini." Bayu menunjuk poin pertama."Ayo, baca. Yang keras," perintah Bayu lagi. Setelah dokumen kembali berpindah tangan, Nia pun melakukan apa yang diminta Bayu."Selama terikat dalam pernikahan, pihak pertama dan pihak kedua tidak boleh selingkuh, menjelekkan salah satu pihak atau pun menceritakan perihal perjanjian ini.""Mengerti kan sekarang?" Bayu menaikkan alisn
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

42. Cemburu Buta.

"Iya, masuk." Dengan cepat Nia menyambar tissue di meja. Ia menyusuti mata dan pipinya yang lembab. "Bu, di depan ada tamu yang ingin bertemu dengan Ibu." Nani-staffnya, muncul di ambang pintu. "Siapa, Nani?" Nia pura-pura sibuk dengan laptopnya."Kang Erga, Bu." Nani menerangkan nama lengkap tamunya."Oh, Erga Suparna anaknya Pak Koswara." Nia tiba-tiba teringat pada laki-laki yang kemarin dulu ikut berdemo. Ia ingat nama lengkap Erga, karena Dahayu menyukainya. "Iya, Bu. Beliau menunggu di depan," tutur Nani lagi."Antarkan ia ke sini, Ni.""Baik, Bu." Nani menutup pintu dan berlalu. Beberapa saat kemudian pintu kembali diketuk. Nani masuk dengan membawa seorang pemuda bertubuh tinggi dan kekar. "Selamat siang, Teh. Masih ingat saya?" Sang pemuda tersenyum lebar sembari mengulurkan tangan. Mengajak Nia bersalaman. "Masih kok. Silakan duduk, Erga. Ada yang bisa saya bantu?" Nia mempersilakan Erga duduk."Ada banget, Teh. Makanya saya mencari Teteh ke sini." Erga memamerkan gigi
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

43. Aku Memilih Dia.

"Apa kamu benar-benar ingin menikahi Nia, Bayu?" Pak Suhardi menatap Bayu dalam-dalam. Saat ini kembali diadakan pertemuan antara kedua besar. Bedanya kali ini yang dibahas adalah pernikahan antara Bayu dengan Nia. Bukan dengan Kencana. Suasananya pun berbeda. Dari yang sebelumnya hangat dan penuh dengan canda tawa, menjadi kaku dan muram. Kencana, Dahayu dan Wahyu juga tidak ikut serta. Hanya ada kedua orang tua dan calon mempelai."Benar, Pak," sahut Bayu tegas. "Apa yang membuatmu pada akhirnya memilih Nia?" tanya Pak Suhardi terus terang. Nia yang duduk di samping Bayu menahan napas. Ia takut kalau jawaban Bayu tidak meyakinkan. Orang seperti Bayu pasti sulit jikalau harus mengarang bebas."Karena saya sudah jatuh cinta padanya, saat saya pertama kali melihatnya turun dari bus antar kota," ungkap Bayu sambil menatap Nia dalam-dalam.Nia meringis. Ia ingat sekali moment yang Bayu ceritakan. Hanya saja apa yang Bayu kisahkan ini sangat berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya. Kare
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

44. Permufakatan Jahat.

Akan hal Nia, ia tidak menyangka kalau ayahnya bisa semarah itu pada Bu Isnaini. Hatinya melembut. Ternyata ayahnya peduli padanya. Ayahnya marah karena Bu Isnaini menghinanya. Pembicaraan selanjutnya Nia tidak begitu memperhatikannya lagi. Hatinya sedang berbunga-bunga karena dibela ayahnya. Di tengah pembicaraan tentang tanggal pernikahan, tiba-tiba ponselnya bergetar. Tante Titik meneleponnya. Nia pun meminta diri untuk menerima telepon di luar. "Ya, Tante." Nia menerima panggilan dari Tante Titik."Hallo, Nia. Tante mengganggu tidak?""Tidak kok, Tante. Ada apa Tante menelepon saya? Uang penjualan tas-tas Tante sudah saya transfer bukan?" "Sudah, Nia. Terima kasih banyak ya karena sudah menjualkan tas-tas, Tante. Tante meneleponmu karena ada hal penting yang ingin Tante bicarakan." "Hal penting apa ya, Tante? Katakan saja." Nia memegang ponsel tegang. Nada suara Tante Titik yang bingung membuat perasaannya tidak enak."Begini, Nia. Tante sekarang berada di rumah sakit. Om Bowo
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

45. Kedatangan Bu Sekar.

"Tidak apa-apa, Tante. Simpan saja perhiasannya dulu. Nanti kalau saya ke Jakarta, baru saya ambil. Tante ini ada-ada saja. Saya percaya kok sama Tante. Baik, Tante. Semoga Om Bowo segera pulih, ya." Dia menutup telepon dari Tante Titik. Hatinya ikut lega mendengar Om Bowo kini sudah membaik."Masuk," seru Dia ketika mendengar pintu ruangannya diketuk."Bu Sekar ingin bertemu dengan Ibu. Apakah Ibu bersedia menemuinya?" ujar Nani, staf front office, dengan nada hati-hati. Sejak insiden Kencana yang ia usir karena masuk tanpa izin, staf front office jadi semakin waspada menghadapi tamu yang datang tanpa pemberitahuan."Antar beliau masuk, Nan." Dia menegakkan punggungnya. Intuisinya mengatakan kedatangan Bu Sekar pasti berhubungan dengan rencana pernikahannya. Tak lama kemudian, Nani mengantarkan Bu Sekar masuk."Apa kabar, Dia?" tanya Bu Sekar kikuk."Kabar baik, Tante. Kan tadi malam kita baru bertemu," jawab Dia, mencoba mencairkan suasana dengan bercanda."Oh iya, ya. Kita tadi mal
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

46. Ketahuan!

"Maaf, Bu. Saya-""Jangan salahkan, Nani. Saya yang langsung masuk saja." Bayu memotong permintaan maaf Nani."Kamu boleh kembali ke depan, Win," perintah Dia. Nani pun buru-buru berlalu."Ngapain Ibu ke sini? Ibu tidak mengingkari hal-hal yang sudah kita sepakati bersama bukan?" Bayu langsung bertanya pada sang ibu, begitu pintu ruangan tertutup."Saya dan Ibu membahas tentang gedung-gedung pernikahan yang bagus namun budgetnya juga tidak terlalu mahal di Jakarta, Yu." Piasnya wajah Bu Sekar membuat Dia berpikir cepat. "Hari pernikahan saja belum ditentukan, mengapa kalian malah membahas masalah gedung?" Sembari menjatuhkan pinggulnya ke kursi, Bayu menatap Dia dan sang ibu curiga."Ya sekalian membahas hari dan bulan yang baik juga, Yu. Namanya juga perempuan, ingin semuanya sesempurna mungkin." Dia berusaha memberi alasan yang masuk akal."Tante setuju dengan gedung pilihan terakhir kita. Setelah tanggalnya dipastikan, kamu sudah bisa mengecek lokasi. Tante permisi dulu ya, Dia?"
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

47. Sebuah Rahasia.

Keluarga Ilmani baru saja meninggalkan rumah. Telah disepakati bahwa tiga bulan lagi pernikahan Bayu dan Nia akan dilaksanakan. Saat ini, di kamar Kencana sedang terjadi huru-hara. Kencana memporak-porandakan kamar setelah para tamu pulang. Malam ini adalah malam yang paling kelam dalam hidupnya. "Sudah, Cana. Sudah! Jangan merusak barang-barang lagi. Nanti terdengar oleh ayahmu!" Bu Isnaini sibuk menenangkan putri sulungnya. Kencana mengamuk karena akhirnya keluarga Ilmani menyetujui pernikahan Bayu dan Nia. "Biar saja terdengar! Cana sudah tidak peduli lagi. Cana diperlakukan tidak adil hanya karena Cana anak bawaan Ibu!" Kencana berteriak histeris sembari menghempaskan rangkaian kosmetik di meja riasnya. Suara benda-benda pecah menggema di udara. "Dayu, bantu Ibu memegangi tetehmu!" Bu Isnaini meminta bantuan Dayu, yang menghambur masuk ke kamar. Suara barang pecah membuatnya mencari sumber suara. Melihat kakaknya mengamuk seperti orang gila, Dayu memegangi sang kakak. Akibatnya
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

48. Mencari Kebenaran.

"Kalian tunggu di sini. Ibu terima telepon dulu." Bu Isnani keluar dari kamar Kencana. Ia tidak bisa menerima telepon di kamar karena keberadaan suaminya. Di ruang kerja juga tidak mungkin. Ia takut kalau suaminya muncul secara tiba-tiba.Setelah berpikir sejenak, Bu Isnani bergegas ke taman belakang. Bik Titin sedang mengepel ruang tamu dan Bik Mumun sedang mencuci piring. Berarti taman belakang aman. Sekarang ia harus lebih hati-hati setelah dipergoki oleh Bik Titin."Hallo, Akang mau apa lagi?" Bu Isnani membuka pembicaraan tanpa basa basi."Seperti biasa. Aku butuh uang.""Aku juga butuh, Kang. Akang tidak bisa terus menerus meminta uang seperti ini. Dari mana aku mencari uang, Kang?""Aku tidak mau tahu. Pokoknya aku butuh tiga puluh juta sekarang. Biaya hidup di Jakarta itu mahal. Aku juga harus rutin ke rumah sakit.""Ini terakhir kalinya aku mengirim uang untuk Akang. Suamiku bisa curiga kalau aku meminta uang terus.""Itu urusanmu. Kamu sendiri yang memilih jalan ini. Kirim u
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

49. Kegiatan Bakti Sosial.

Citeko di pagi hari. Minggu pagi ini, Bayu sudah menjemputnya di rumah. Sesuai dengan perjanjian, ia harus melakukan kegiatan bakti sosial untuk membayar utang 300 juta rupiahnya pada Bayu. Rencananya, mereka akan mendatangi panti asuhan Al-Mahramah. Ia akan mengajar anak-anak panti baca tulis di sana. Selain itu, Bayu juga membawa berbagai macam sembako dan hadiah untuk anak-anak panti."Masih jauh tidak panti asuhannya?" tanya Nia sambil membuka kaca mobil. Seketika, udara segar nan dingin masuk ke dalam mobil, membawa aroma khas dedaunan, bunga liar, dan tanah basah. Hujan memang baru saja berhenti."Tidak kok. Paling sekitar empat puluh menit lagi. Kenapa? Kamu bosan membayangkan harus mengajar anak-anak kecil yang rusuh?" tuduh Bayu langsung."Kamu salah besar." Nia tersenyum miris. Bayu selalu memandangnya negatif."Saya salah? Lantas apa yang benar? Bahwa kamu sangat antusias mengajar karena suka dengan anak kecil. Begitu?" sindir Bayu sarkastis."Walau kamu mengejek saya, untu
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

50. Aku Juga Bisa Salah.

Beberapa saat kemudian, Nia telah asyik bercerita tentang hikayat Malin Kundang. Dari sudut ruangan, Bayu mengamati Nia yang tengah mendongeng seru. Posisi duduk anak-anak panti yang tadinya tegak sekarang menjadi lebih rileks. Aliya, anak yang paling kecil di panti, kini duduk bersandar di pangkuan Nia. "Pak Bayu, apa boleh kami mengambil foto Bu Nia dan anak-anak untuk keperluan dokumentasi?" Rudy, salah seorang pengurus panti bagian humas, menghampiri Bayu."Untuk apa mereka difoto-foto?" Bayu mengerutkan kening."Untuk dokumentasi kegiatan panti, Pak. Biasanya juga begitu. Bu Sekar yang memintanya. Nanti akan saya posting di media sosial panti," terang Rudy sopan."Baiklah," jawab Bayu, meskipun sebenarnya ia tidak menyukainya."Nah, anak-anak. Setelah Ibu menceritakan hikayat Malin Kundang tadi, pelajaran apa yang bisa kalian petik?" tanya Nia."Kita tidak boleh menjadi anak durhaka, Bu," jawab Wita sambil mengangkat tangan."Pintar," puji Nia sambil mengacungkan jempolnya pada
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status