Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 81 - Bab 90

163 Bab

Bab 81: Skandal Asmara Sang Dokter

Rumah Sakit JB kini tidak seramah dulu bagi Denver. Pascamenghilangnya Dewi, bisik-bisik dan tatapan tajam mulai mengisi setiap sudut gedung. Beberapa minggu ini gosip tentang skandal hubungan rahasia antara Denver dan Dewi menyebar luas.Perawat-perawat berbisik di koridor."Katanya, Dewi itu hamil anaknya Dokter Denver.""Sstt... Istrinya, Bu Carissa, pantas saja pernah ngamuk di rumah sakit. Katanya lagi, Dewi bukan mengundurkan diri tapi … sudah dipecat."Denver melangkah melewati lorong panjang. Percakapan itu langsung terhenti. Sorot mata sinis menusuk punggungnya, tetapi Denver hanya menarik napas panjang.Dia menahan gejolak amarah yang mendidih. Netra cokelat karamelnya menyisir tajam setiap sudut, menantang siapa pun yang berani bicara."Daripada kalian bergosip, lebih baik gunakan waktu untuk merawat pasien," ucap Denver dingin dengan intonasi tegas bagai cambuk. Kemudian dia berlalu.Setiap langkah Denver terasa makin berat, seolah lantai rumah sakit pun ikut menghakiminya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 82 : Tolong!

Dewi berdiri membeku di balik tirai, jantungnya seolah berlomba dengan suara mesin mobil yang mendekat. Range Rover putih berhenti dengan gagah di halaman vila. Valerie melangkah cepat mendekati Dewi, menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Siapa itu, Wi?" bisiknya seraya melirik ke luar. Gelengan kecil Dewi berikan sebagai jawaban. Sesunggunya dia juga tidak tahu, hanya saja hati kecilnya menginginkan Denver. Keduanya pun sama-sama mengintip dari balik jendela besar ini. Beberapa saat kemudian, sopir membuka pintu dan seorang wanita elegan, berusia senja dengan rambut perak tersisir rapi keluar dari kendaraan. "Bu Nayla ...." Suara Dewi tercekat. Langkah-langkah berat Oma Nayla terdengar mendekati pintu vila. Valerie segera berinisiatif membuka pintu. Bersamaan dengan itu, Dewi memegang perutnya yang menegang. Napas gadis itu tersengal dan tubuhnya bergetar, rasa sesak pun memenuhi rongga dadanya. Oma Nayla mendekat dan sorot matanya menyelidik setiap inchi tubuh Dewi. "
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 83 : Tidak Akan Cerai

Dewi menahan napas, tubuhnya gemetar hebat melihat dua pria tinggi melangkah mendekat. Wajah mereka keras, dingin, dan tanpa belas kasihan."To—"Belum sempat Dewi berteriak, sepasang tangan kekar membekap mulutnya. Tubuh mungil itu diseret kasar ke dalam mobil hitam. Dewi meronta, memukul dan mencakar, tetapi cengkeraman mereka terlalu kuat."Diam!" bentak seorang pria dari dalam mobil.Dalam kepanikan, Dewi menatap ke spion yang menggantung dalam mobil. Mata sipitnya membelalak saat mengenali sosok di balik kemudi."Mas Bima…," ucap Dewi dengan intonasi serak dan gemetar. "Tolong, Mas. Lepaskan aku."Bima menoleh sekilas, matanya dingin. "Berisik kamu, Dewi. Kalau saja kamu nurut dan jauhi Denver, semua ini tidak akan terjadi!"Mobil SUV hitam melaju kencang menjauh dari vila dan membelah jalanan pedesaan yang tampak lengang. Dewi menangis dalam diam, merasakan perutnya yang sakit makin menyiksa.Tubuh Dewi hanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 84 : Gugurkan!

Suasana canggung memenuhi ruangan klinik kecil ini. Napas Dewi tersengal membuat dada sesak bagai terhimpit beban tak kasatmata. Dewi memilih pura-pura tidur daripada menatap pria yang sudah menorehkan luka begitu dalam di hatinya. “Sial, kenapa perutku mulas!” Bima mengumpat pelan sambil berjalan ke dalam toilet. Dewi membuka sedikit matanya, dia melihat kegusaran di wajah Bima. Bunyi kunci pun terdengar, menjadi tanda bahwa pria itu memerlukan waktu sedikit lebih lama. Tanpa membuang waktu, Dewi menarik set infus dari tangannya. Cairan merah menetes di lantai, tetapi dia begitu hapal bagaimana cara menghentikannya. Jantungnya gadis itu berdegup keras, mungkin saja menggema di telinga. Meskipun tubunya gemetaran, dia memaksa dirinya melangkah. Lorong sempit klinik terasa lebih panjang dan mencekam. Dinding putih seakan menyempit, menghimpit langkahnya yang tanpa alas kaki. “Aku harus pergi…,” bisiknya pada diri sendiri. Pintu keluar makin dekat. "DEWI!" Suara Bima menggema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 85 : Cumbuan Rindu

“Ayah,” gumam Dewi lirih, menatap Pak Danang yang tengah ditangani oleh tim dokter. Sesak di dada tak kunjung reda, seolah menyesakkan napasnya.Dia tidak pernah menyangka, pilihannya menerima kesepakatan dengan Denver malah membawa masalah yang jauh lebih besar.Dewi berpikir, setelah menerima uang dan ayahnya sembuh, semua akan berjalan lancar. Namun kenyataannya, menjadi ibu pengganti tidak semudah itu. Bukan hanya menyangkut hubungan terlarang, tetapi kini melibatkan banyak orang.“Percayalah, ayahmu akan baik-baik saja,” tutur Valerie dengan suara terdengar ragu dan tatapan gelisah menyapu ranjang pasien.Dewi menggigit bibir, tubuhnya bergetar. Lelehan ening mulai mengalir di pelukan Valerie.Gadis itu berbisik, “Aku bersyukur Dokter Denver mau membantu, tapi sekarang ... aku pikir ini semua salah.”Valerie mengelus punggung Dewi dengan lembut, lalu matanya tajam mengamati sekitar. “Kamu tidak sendiri, Dewi. Aku … di sini.”Akan tetapi, mereka tidak menyadari sepasang mata tengah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 86: Jangan Jauhi Aku!

Suasana rumah sakit yang sunyi berubah mencekam ketika langkah pelan seseorang tidak meninggalkan gema di lorong. Bayangan hitamnya menyelinap di antara redup cahaya, mendekati ruang VIP.Pintu terbuka perlahan, menciptakan gerakan yang menyeramkan. Sosok itu berdiri di sisi ranjang Pak Danang, menyeringai melihat pria paruh baya terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya."Bangun!" bisiknya tajam sambil mengguncang bahu Danang.Danang terbangun setengah sadar dan napasnya terengah. Mata hitam pria paruh baya itu memandang nanar sosok di dekatnya."Sudah tahu kelakuan putrimu?" Suara itu dingin. Dia mengeluarkan beberapa lembar foto dan menyodorkannya. "Lihat, dia menjual diri demi bayar pengobatanmu. Dia bukan gadis polos yang kamu banggakan."Foto-foto itu jatuh ke pangkuan Danang. Tangan keriput itu gemetar saat mengambil satu per satu potret Dewi bersama Denver, dengan tatapan dan kedekatan yang tidak pantas.Seketika dada Danang sesak dan napasnya memburu. Bahkan Jantungny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 87: Tamu Tak Diundang

“Aku tidak bisa menerimanya lagi, Niang!” tegas Denver, suaranya menggelegar di ruang tamu megah itu. Napasnya memburu, menahan emosi yang hampir meledak.Niang menatap tajam dan wajah senjanya tampak datar. “Kalian sama-sama selingkuh, bukankah impas jika kembali dan memulai semua dari awal? Ingatlah, Denver, keluarga Sailendra punya andil besar dalam karirmu itu!” Intonasinya meninggi, memberi tekanan yang menyesakkan.Tatapan Denver menjadi mengeras dan tangan kanannya mengepal erat. Dia menggenggam flashdisk seolah benda kecil itu mampu meledakkan seisi rumah. Matanya beralih menatap Carissa yang berdiri di depannya dengan senyum sinis.“Kamu juga jangan lupa, Denver. Mendiang papamu menyuruhmu untuk setia pada kami dan menjagaku apa pun yang terjadi!” Carissa bagai menumpahkan minyak ke api yang sudah membara.“Jangan sebut papaku, Carissa!” bentak Denver dengan rahang mengeras. Suara pria itu menggetarkan dinding ruangan, membuat Carissa seketika bungkam.Tanpa pikir panjang, De
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 88: Aku Kangen Kamu

Denver berlari ke setiap sudut ruangan, membuka pintu satu per satu dengan napas terengah. Bahkan keringat dingin mengalir di pelipisnya."Dewi! Dewi!" serunya panik.Tidak ada jawaban!Ruang tamu kosong, kamar tamu pun sunyi. Jantung pria itu berdegup kencang, diliputi ketakutan. Rumah yang biasanya hangat dengan tawa Oma dan mamanya kini terasa mencekam.Tanpa pikir panjang, Denver berlari menuju mobilnya di garasi. Namun, baru saja dia duduk dan mengenakan sabuk pengaman, mata cokelat karamelnya menangkap pagar terbuka dan mobil sport hijau melaju masuk."Valerie?" gumamnya mengenali mobil itu.Segera dia keluar, bersamaan dengan pintu mobil Valerie terbuka. Tatapan iris cokelat karamel Denver langsung bertemu dengan mata sipit yang indah, senyum manis tampak tersungging di bibir mungil merah muda.Tanpa banyak bicara, Denver menutup pintu mobilnya dengan keras dan menghampiri Dewi. Dia langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya."Kamu bikin aku hampir gila!" bisik Denver dengan para
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 89: Tahu Diri

“Ide apa? Dari kemarin kamu banyak bicaranya daripada aksi dan hasil!” cemooh seseorang yang baru saja membuka pintu kamar dengan keras. Seketika Carissa yang sedang duduk di sofa terpaku mendengar ucapan itu dan Bima menggaruk tengkuk lalu menyahut, “Umm … itu Niang, aku—” “Aku apa? Pergi kamu!” potong wanita senja itu dan mengusir Bima dengan tatapan tajam yang membuat siapa pun merinding. Termasuk Bima yang terbirit-birit berlari meninggalkan kamar Carissa. Kini hanya kedua orang itu saja di dalam kamar. Tatapan Niang sangatlah sengit kepada Carissa, seolah menguliti artis cantik itu. “Dan kamu! Berhenti bersikap manja! Kalau ingin bertahan di keluarga Denver, buktikan kalau kamu layak! Jangan hanya mengandalkan kecantikan dan ketenaranmu sebagai tameng!" sindir Niang penuh ketegasan dan penekanan pada setiap untaian katanya. Mendengar hal itu membuat Carissa mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan diri untuk tidak membalas. Niang melangkah lebih dekat, be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 90: Merampas Paksa

Suara mesin monitor serta hiruk pikuk IGD kentara sekali, ditambah banyaknya pasien yang mengeluhkan sakit. Aroma antiseptik dan obat-obatan menyengat, membuat udara terasa lebih berat.“Bagaimana kondisi Rudi?!” tanya Denver dengan suara serak kepada dokter yang menangani pria plontos itu di IGD.“Saat ini Pak Rudi sedang ditangani di ruang operasi. Pasien mengalami patah tulang dan pendarahan dalam.”Penjelasan itu membuat Denver mencengkeram kuat gagang pintu, rahangnya pun mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera berlari menuju ruang operasi. Setiap langkahnya terdengar berat, seakan menahan gejolak emosi yang mendesak di dada.Denver langsung mengganti seragam OKA-nya di ruang persiapan. Setelah itu, iris cokelatnya tidak lepas menatap proses penanganan Rudi melalui kaca observasi. Monitor menunjukkan angka-angka yang terus berubah, membuat napas Denver terasa sesak."Bertahanlah, Rud. Jangan sampai aku kehilanganmu juga ...," gumamnya.Tatapan pria itu kosong, tetapi tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status