Share

Bab 82 : Tolong!

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 21:58:43
Dewi berdiri membeku di balik tirai, jantungnya seolah berlomba dengan suara mesin mobil yang mendekat. Range Rover putih berhenti dengan gagah di halaman vila.

Valerie melangkah cepat mendekati Dewi, menatapnya dengan tatapan penuh tanya. "Siapa itu, Wi?" bisiknya seraya melirik ke luar.

Gelengan kecil Dewi berikan sebagai jawaban. Sesunggunya dia juga tidak tahu, hanya saja hati kecilnya menginginkan Denver.

Keduanya pun sama-sama mengintip dari balik jendela besar ini. Beberapa saat kemudian, sopir membuka pintu dan seorang wanita elegan, berusia senja dengan rambut perak tersisir rapi keluar dari kendaraan.

"Bu Nayla ...." Suara Dewi tercekat.

Langkah-langkah berat Oma Nayla terdengar mendekati pintu vila. Valerie segera berinisiatif membuka pintu.

Bersamaan dengan itu, Dewi memegang perutnya yang menegang. Napas gadis itu tersengal dan tubuhnya bergetar, rasa sesak pun memenuhi rongga dadanya.

Oma Nayla mendekat dan sorot matanya menyelidik setiap inchi tubuh Dewi. "
NACL

Ya ampun Dewi kenapa sih pake acara keluar vila segala?!!!

| 9
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Mella Sasaq
Kenapa saya ko merasa ilfel ma karakter dewi yang di buat oon se oon oon ny, lemah nyebelin sumpah
goodnovel comment avatar
NACL
gak tau nih Dewi, mending aku culik aja deh kasih tau dia supaya waspada
goodnovel comment avatar
NACL
semoga aja bukan ya Kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 83 : Tidak Akan Cerai

    Dewi menahan napas, tubuhnya gemetar hebat melihat dua pria tinggi melangkah mendekat. Wajah mereka keras, dingin, dan tanpa belas kasihan."To—"Belum sempat Dewi berteriak, sepasang tangan kekar membekap mulutnya. Tubuh mungil itu diseret kasar ke dalam mobil hitam. Dewi meronta, memukul dan mencakar, tetapi cengkeraman mereka terlalu kuat."Diam!" bentak seorang pria dari dalam mobil.Dalam kepanikan, Dewi menatap ke spion yang menggantung dalam mobil. Mata sipitnya membelalak saat mengenali sosok di balik kemudi."Mas Bima…," ucap Dewi dengan intonasi serak dan gemetar. "Tolong, Mas. Lepaskan aku."Bima menoleh sekilas, matanya dingin. "Berisik kamu, Dewi. Kalau saja kamu nurut dan jauhi Denver, semua ini tidak akan terjadi!"Mobil SUV hitam melaju kencang menjauh dari vila dan membelah jalanan pedesaan yang tampak lengang. Dewi menangis dalam diam, merasakan perutnya yang sakit makin menyiksa.Tubuh Dewi hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 84 : Gugurkan!

    Suasana canggung memenuhi ruangan klinik kecil ini. Napas Dewi tersengal membuat dada sesak bagai terhimpit beban tak kasatmata. Dewi memilih pura-pura tidur daripada menatap pria yang sudah menorehkan luka begitu dalam di hatinya. “Sial, kenapa perutku mulas!” Bima mengumpat pelan sambil berjalan ke dalam toilet. Dewi membuka sedikit matanya, dia melihat kegusaran di wajah Bima. Bunyi kunci pun terdengar, menjadi tanda bahwa pria itu memerlukan waktu sedikit lebih lama. Tanpa membuang waktu, Dewi menarik set infus dari tangannya. Cairan merah menetes di lantai, tetapi dia begitu hapal bagaimana cara menghentikannya. Jantungnya gadis itu berdegup keras, mungkin saja menggema di telinga. Meskipun tubunya gemetaran, dia memaksa dirinya melangkah. Lorong sempit klinik terasa lebih panjang dan mencekam. Dinding putih seakan menyempit, menghimpit langkahnya yang tanpa alas kaki. “Aku harus pergi…,” bisiknya pada diri sendiri. Pintu keluar makin dekat. "DEWI!" Suara Bima menggema

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 85 : Cumbuan Rindu

    “Ayah,” gumam Dewi lirih, menatap Pak Danang yang tengah ditangani oleh tim dokter. Sesak di dada tak kunjung reda, seolah menyesakkan napasnya.Dia tidak pernah menyangka, pilihannya menerima kesepakatan dengan Denver malah membawa masalah yang jauh lebih besar.Dewi berpikir, setelah menerima uang dan ayahnya sembuh, semua akan berjalan lancar. Namun kenyataannya, menjadi ibu pengganti tidak semudah itu. Bukan hanya menyangkut hubungan terlarang, tetapi kini melibatkan banyak orang.“Percayalah, ayahmu akan baik-baik saja,” tutur Valerie dengan suara terdengar ragu dan tatapan gelisah menyapu ranjang pasien.Dewi menggigit bibir, tubuhnya bergetar. Lelehan ening mulai mengalir di pelukan Valerie.Gadis itu berbisik, “Aku bersyukur Dokter Denver mau membantu, tapi sekarang ... aku pikir ini semua salah.”Valerie mengelus punggung Dewi dengan lembut, lalu matanya tajam mengamati sekitar. “Kamu tidak sendiri, Dewi. Aku … di sini.”Akan tetapi, mereka tidak menyadari sepasang mata tengah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 86: Jangan Jauhi Aku!

    Suasana rumah sakit yang sunyi berubah mencekam ketika langkah pelan seseorang tidak meninggalkan gema di lorong. Bayangan hitamnya menyelinap di antara redup cahaya, mendekati ruang VIP.Pintu terbuka perlahan, menciptakan gerakan yang menyeramkan. Sosok itu berdiri di sisi ranjang Pak Danang, menyeringai melihat pria paruh baya terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya."Bangun!" bisiknya tajam sambil mengguncang bahu Danang.Danang terbangun setengah sadar dan napasnya terengah. Mata hitam pria paruh baya itu memandang nanar sosok di dekatnya."Sudah tahu kelakuan putrimu?" Suara itu dingin. Dia mengeluarkan beberapa lembar foto dan menyodorkannya. "Lihat, dia menjual diri demi bayar pengobatanmu. Dia bukan gadis polos yang kamu banggakan."Foto-foto itu jatuh ke pangkuan Danang. Tangan keriput itu gemetar saat mengambil satu per satu potret Dewi bersama Denver, dengan tatapan dan kedekatan yang tidak pantas.Seketika dada Danang sesak dan napasnya memburu. Bahkan Jantungny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 87: Tamu Tak Diundang

    “Aku tidak bisa menerimanya lagi, Niang!” tegas Denver, suaranya menggelegar di ruang tamu megah itu. Napasnya memburu, menahan emosi yang hampir meledak.Niang menatap tajam dan wajah senjanya tampak datar. “Kalian sama-sama selingkuh, bukankah impas jika kembali dan memulai semua dari awal? Ingatlah, Denver, keluarga Sailendra punya andil besar dalam karirmu itu!” Intonasinya meninggi, memberi tekanan yang menyesakkan.Tatapan Denver menjadi mengeras dan tangan kanannya mengepal erat. Dia menggenggam flashdisk seolah benda kecil itu mampu meledakkan seisi rumah. Matanya beralih menatap Carissa yang berdiri di depannya dengan senyum sinis.“Kamu juga jangan lupa, Denver. Mendiang papamu menyuruhmu untuk setia pada kami dan menjagaku apa pun yang terjadi!” Carissa bagai menumpahkan minyak ke api yang sudah membara.“Jangan sebut papaku, Carissa!” bentak Denver dengan rahang mengeras. Suara pria itu menggetarkan dinding ruangan, membuat Carissa seketika bungkam.Tanpa pikir panjang, De

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 88: Aku Kangen Kamu

    Denver berlari ke setiap sudut ruangan, membuka pintu satu per satu dengan napas terengah. Bahkan keringat dingin mengalir di pelipisnya."Dewi! Dewi!" serunya panik.Tidak ada jawaban!Ruang tamu kosong, kamar tamu pun sunyi. Jantung pria itu berdegup kencang, diliputi ketakutan. Rumah yang biasanya hangat dengan tawa Oma dan mamanya kini terasa mencekam.Tanpa pikir panjang, Denver berlari menuju mobilnya di garasi. Namun, baru saja dia duduk dan mengenakan sabuk pengaman, mata cokelat karamelnya menangkap pagar terbuka dan mobil sport hijau melaju masuk."Valerie?" gumamnya mengenali mobil itu.Segera dia keluar, bersamaan dengan pintu mobil Valerie terbuka. Tatapan iris cokelat karamel Denver langsung bertemu dengan mata sipit yang indah, senyum manis tampak tersungging di bibir mungil merah muda.Tanpa banyak bicara, Denver menutup pintu mobilnya dengan keras dan menghampiri Dewi. Dia langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya."Kamu bikin aku hampir gila!" bisik Denver dengan para

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 89: Tahu Diri

    “Ide apa? Dari kemarin kamu banyak bicaranya daripada aksi dan hasil!” cemooh seseorang yang baru saja membuka pintu kamar dengan keras. Seketika Carissa yang sedang duduk di sofa terpaku mendengar ucapan itu dan Bima menggaruk tengkuk lalu menyahut, “Umm … itu Niang, aku—” “Aku apa? Pergi kamu!” potong wanita senja itu dan mengusir Bima dengan tatapan tajam yang membuat siapa pun merinding. Termasuk Bima yang terbirit-birit berlari meninggalkan kamar Carissa. Kini hanya kedua orang itu saja di dalam kamar. Tatapan Niang sangatlah sengit kepada Carissa, seolah menguliti artis cantik itu. “Dan kamu! Berhenti bersikap manja! Kalau ingin bertahan di keluarga Denver, buktikan kalau kamu layak! Jangan hanya mengandalkan kecantikan dan ketenaranmu sebagai tameng!" sindir Niang penuh ketegasan dan penekanan pada setiap untaian katanya. Mendengar hal itu membuat Carissa mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan diri untuk tidak membalas. Niang melangkah lebih dekat, be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 90: Merampas Paksa

    Suara mesin monitor serta hiruk pikuk IGD kentara sekali, ditambah banyaknya pasien yang mengeluhkan sakit. Aroma antiseptik dan obat-obatan menyengat, membuat udara terasa lebih berat.“Bagaimana kondisi Rudi?!” tanya Denver dengan suara serak kepada dokter yang menangani pria plontos itu di IGD.“Saat ini Pak Rudi sedang ditangani di ruang operasi. Pasien mengalami patah tulang dan pendarahan dalam.”Penjelasan itu membuat Denver mencengkeram kuat gagang pintu, rahangnya pun mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera berlari menuju ruang operasi. Setiap langkahnya terdengar berat, seakan menahan gejolak emosi yang mendesak di dada.Denver langsung mengganti seragam OKA-nya di ruang persiapan. Setelah itu, iris cokelatnya tidak lepas menatap proses penanganan Rudi melalui kaca observasi. Monitor menunjukkan angka-angka yang terus berubah, membuat napas Denver terasa sesak."Bertahanlah, Rud. Jangan sampai aku kehilanganmu juga ...," gumamnya.Tatapan pria itu kosong, tetapi tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status