Share

Bab 88: Aku Kangen Kamu

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-14 19:40:06
Denver berlari ke setiap sudut ruangan, membuka pintu satu per satu dengan napas terengah. Bahkan keringat dingin mengalir di pelipisnya.

"Dewi! Dewi!" serunya panik.

Tidak ada jawaban!

Ruang tamu kosong, kamar tamu pun sunyi. Jantung pria itu berdegup kencang, diliputi ketakutan. Rumah yang biasanya hangat dengan tawa Oma dan mamanya kini terasa mencekam.

Tanpa pikir panjang, Denver berlari menuju mobilnya di garasi. Namun, baru saja dia duduk dan mengenakan sabuk pengaman, mata cokelat karamelnya menangkap pagar terbuka dan mobil sport hijau melaju masuk.

"Valerie?" gumamnya mengenali mobil itu.

Segera dia keluar, bersamaan dengan pintu mobil Valerie terbuka. Tatapan iris cokelat karamel Denver langsung bertemu dengan mata sipit yang indah, senyum manis tampak tersungging di bibir mungil merah muda.

Tanpa banyak bicara, Denver menutup pintu mobilnya dengan keras dan menghampiri Dewi. Dia langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya.

"Kamu bikin aku hampir gila!" bisik Denver dengan para
NACL

Mau apa lagi ini Bima bemo? Tinggalkan komentarnya ya Kakak Kakak Terima kasih dukungannya. love sekebon ^^

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Thomasine Apong
seruu jalan ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 89: Tahu Diri

    “Ide apa? Dari kemarin kamu banyak bicaranya daripada aksi dan hasil!” cemooh seseorang yang baru saja membuka pintu kamar dengan keras. Seketika Carissa yang sedang duduk di sofa terpaku mendengar ucapan itu dan Bima menggaruk tengkuk lalu menyahut, “Umm … itu Niang, aku—” “Aku apa? Pergi kamu!” potong wanita senja itu dan mengusir Bima dengan tatapan tajam yang membuat siapa pun merinding. Termasuk Bima yang terbirit-birit berlari meninggalkan kamar Carissa. Kini hanya kedua orang itu saja di dalam kamar. Tatapan Niang sangatlah sengit kepada Carissa, seolah menguliti artis cantik itu. “Dan kamu! Berhenti bersikap manja! Kalau ingin bertahan di keluarga Denver, buktikan kalau kamu layak! Jangan hanya mengandalkan kecantikan dan ketenaranmu sebagai tameng!" sindir Niang penuh ketegasan dan penekanan pada setiap untaian katanya. Mendengar hal itu membuat Carissa mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan diri untuk tidak membalas. Niang melangkah lebih dekat, be

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 90: Merampas Paksa

    Suara mesin monitor serta hiruk pikuk IGD kentara sekali, ditambah banyaknya pasien yang mengeluhkan sakit. Aroma antiseptik dan obat-obatan menyengat, membuat udara terasa lebih berat.“Bagaimana kondisi Rudi?!” tanya Denver dengan suara serak kepada dokter yang menangani pria plontos itu di IGD.“Saat ini Pak Rudi sedang ditangani di ruang operasi. Pasien mengalami patah tulang dan pendarahan dalam.”Penjelasan itu membuat Denver mencengkeram kuat gagang pintu, rahangnya pun mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera berlari menuju ruang operasi. Setiap langkahnya terdengar berat, seakan menahan gejolak emosi yang mendesak di dada.Denver langsung mengganti seragam OKA-nya di ruang persiapan. Setelah itu, iris cokelatnya tidak lepas menatap proses penanganan Rudi melalui kaca observasi. Monitor menunjukkan angka-angka yang terus berubah, membuat napas Denver terasa sesak."Bertahanlah, Rud. Jangan sampai aku kehilanganmu juga ...," gumamnya.Tatapan pria itu kosong, tetapi tan

    Last Updated : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 91: Gara-gara Kamu!

    “Apa benar kamu tidak menemukannya di mana pun?” tuntut Denver, intonasinya terdengar tajam dan penuh tekanan.“Benar, Pak. Saya sudah pastikan sendiri mencari ke dalam mobil, tapi tidak ada,” tutur Ruslan, lalu merogoh saku dan mengeluarkan sebuah cup kopi berlumuran noda merah. “Tapi saya menemukan ini terselip di jok mobilnya, Pak.”Denver meraihnya, mata tajamnya menyipit saat mengamati cup itu. Cairan kental berwarna merah di sisi cup membuat dahinya berkerut.“Apa dia pelakunya?” gumam Denver pelan, membuat otaknya berputar cepat. Tangan pria itu mengepal, menahan amarah yang mulai membara. Tatapanna pun langsung mengunci Ruslan. “Di mana Carissa saat kejadian? Hanya dia yang berani melakukan hal sebodoh ini.”Ruslan buru-buru membuka ponsel. “Nyonya Carissa pergi bersama Niang, Pak. Menurut keterangan waktu, Nyonya memiliki alibi yang kuat.”Mendengarnya membuat Denver m

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 92: Sebuah Penghinaan!

    Suasana di ruang tamu rumah keluarga Bradley menegang, udara terasa berat seolah menekan dada. Dewi berdiri kaku, napasnya terputus-putus. Matanya bergantian menatap tamu tak diundang di ambang pintu dan amplop cokelat besar yang menggigil di genggamannya.“Kenapa kamu diam? Cepat buka!” suara Dwyne memecah keheningan, nada perintahnya tajam dan menusuk.Tanpa ampun, Dwyne menarik tangan Dewi dengan kasar. Sorot mata wanita itu dingin serta penuh kekecewaan.Dewi menelan ludah yang terasa kental, tangannya bergetar saat membuka amplop. Lembar kertas itu terasa berat di jemarinya.Dia membaca dalam hati.[Hasil Tes DNA: Positif. Bayi dalam kandungan Dewi Anggraeni adalah anak dari Bima Prawara.]Lidah Dewi kelu, mata sipitnya membelalak dan napasnya tercekat. Kertas itu meluncur dari tangannya, jatuh begitu saja di lantai. Jantung Ibu hamil itu seolah berhenti berdetak.“Sudah kuduga!” teriak Dwyne. Suaran

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 93 : Jaga Dirimu!

    Sirine ambulans melolong memecah derasnya hujan yang mengguyur. Lampu-lampu-lampu taman memantulkan cahaya buram di aspal yang basah. Di tengah kekacauan itu, Dewi berdiri kaku di depan pintu masuk rumah besar keluarga Bradley. Sorot mata hitamnya kosong menatap lantai marmer yang dingin, di mana uang kertas masih berserakan—jejak penghinaan yang baru saja dia terima. "Dewi, kamu tunggu di sini," bisik Denver terdengar berat tepat di belakangnya. Pria itu berdiri tegak, menatap punggung Dewi yang terdiam kaku. Perlahan, Dewi menoleh, tatapannya bertemu mata karamel Denver. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari bibir mungilnya, hanya diam yang membeku di antara mereka. Denver makin mengikis jarak dan mengusap puncak kepala Dewi dengan lembut, lalu mengecup keningnya dalam-dalam. Hangat sesaat itu terasa kontras dengan dinginnya udara di sekitar. “Sebaiknya kamu masuk ke kamar,” saran Denver. Dia melangkah pergi, meninggalkan Dewi yang berdiri terpaku. Seketika kesunyian menyelim

    Last Updated : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 94: Balas Perbuatanmu!

    “Apa kamu sudah menemukannya?” tanya Denver dengan suara terdengar parau dan tegas di telepon.Tubuh kekar pria itu masih dibalut seragam OKA-nya, terdapat noda darah usai membantu persalinan di tengah malam.Sejak dilengserkan dari jabatan direktur, Denver bekerja seperti dokter kandungan biasa, tetapi pikirannya tidak pernah lepas dari Dewi. Bahkan sudah berhari-hari dia tidak pulang, tenggelam dalam pekerjaan dan pencarian yang tiada ujung.“Belum, Pak,” jawab suara dari dalam telepon genggam.Denver mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras. “Bagaimana dengan Bima? Tidak ada CCTV di sekitar rental?” desaknya.“Itu rental perorangan, Pak. Tidak ada kamera pengawas. Sejak malam itu, jejak Pak Bima hilang. Diduga bersembunyi di tempat terpencil.”Tarikan napas Denver terdengar berat. Gigi rapinya bergemeletuk menahan emosi.Bima harus ditemukan! Dia harus bertanggung jawab! Hanya saja,

    Last Updated : 2025-01-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 95: Tidak Diakui

    Denver menyusul ke parkiran mobil. Namun, kendaraan milik Carissa telah pergi. Dengan rahang mengeras dan napas memburu, dia bergegas menuju ruang kendali di belakang rumah sakit. Di sana, Denver menuntut rekaman CCTV. “Sial!” umpatnya, menatap kesal ke arah layar. Hanya bagian depan mobil Carissa yang terekam jelas. Entah karena kebetulan atau rencana matang, Carissa tampaknya tahu persis arah kamera. Denver mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih. Kini dia tidak bisa semena-mena memerintah pemasangan kamera di penjuru rumah sakit. Rasa frustrasi makin menekan dadanya. Napas pria itu masih terasa berat dan pikiran berkecamuk, Denver kembali ke ICU, menemani Rudi. Kegelisahan mencengkeram seluruh tubuhnya. Bima belum ditemukan, dan Denver khawatir sesuatu yang lebih buruk akan menimpa Rudi. Dia berdiri di sudut ruangan dan netranya terus mengamati mesin monitor di sisi tempat tidur pasien. Sementara itu, di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, Dewi sedang berbaring m

    Last Updated : 2025-01-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 96: Berjuang Sendirian

    Satu minggu sudah terlewati, tetapi kondisi Rudi masih sama. Pria itu belum menunjukkan tanda-tanda akan pulih dalam waktu dekat. ICU masih menjadi tempat bermalam entah sampai kapan. Sebagai orang yang bertanggung jawab, Denver mengambil alih menafkahi dan menjadi wali anak Rudi yang kini sedang sakit. Mungkin bayi malang itu merindukan ayahnya yang sudah hampir satu bulan tidak pulang. “Rudi, kamu harus bangun!” bisik Denver, dengan suara serak menahan kelelahan. Dia menggenggam tangan Rudi erat, berharap sentuhannya bisa menyalurkan semangat. Bahkan Denver tidak pulang ke rumahnya, rumah orang tua, atau apartemen. Pria itu seolah betah di rumah sakit, melindungi orang-orang terdekat yang sedang sakit. Setelah menunggui Rudi, Denver menjenguk sang oma yang hari ini diizinkan pulang. Namun, bukan sambutan hangat yang diterima melainkan pengusiran. “Mau apa kamu ke sini? Bukannya kamu lebih memilih perempuan murahan itu?! Lihat ‘kan sekarang dia kabur bersama suaminya!” ketus Mama

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 244 : Apa yang Terjadi?

    “Bagaimana hasil pemeriksaanku? Umm … kapan program bayi tabungnya?” Maharani menyandarkan punggung pada dinding kamar sempitnya. Dia masih menempelkan telepon genggam di telinga, mendengar suara Dania yang terdengar ceria di seberang sana."Oke. Hasil pemeriksaanmu sangat bagus, Maharani. Dokter bilang badanmu dalam kondisi prima. Dengan obat yang sudah diberikan, sel telurmu berada dalam kualitas terbaik," tutur Dania yang suaranya penuh kepuasan.Maharani tersenyum getir. "Itu … kabar baik. Aku ingin semua berjalan lancar. Aku juga mau minta tolong Dokter Dania untuk daftar operasi plastik di rumah sakit JB … setelah melahirkan."Dania terdiam sejenak, lalu tertawa tanpa suara dan geleng-geleng. "Gampang. Aku bisa mengurus semuanya untukmu. Kamu hanya perlu menunggu kehamilan itu saja."Maharani menarik napas panjang dan berbisik, "Boleh aku minta sesuatu?”“Katakan saja!”“Umm … tolong siapkan tempat tingg

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 239 : Anak Kecil Itu Pengganggu

    Dewi menatap wajah kecil dalam dekapannya. Tubuh mungil itu terasa menghangatkan hati, tetapi pikirannya merambat begitu dingin. Kata-kata Dania tadi masih menusuk-nusuk benaknya, berputar tanpa henti seakan menjadi mantra kutukan. "Mama, aku mau bobo dipeluk Mama, ya?" Dirga menggumam pelan, matanya yang indah mulai meredup dalam kantuk. Dewi tersentak dari lamunannya. Dia menelan ludah, berusaha mengembalikan fokus ke putranya. Bibir merah muda wanita itu melengkung samar, meskipun hatinya masih penuh gundah. "Iya, Sayang. Mama bakal peluk Dirga semalaman." "Janji. Mama nggak hilang, ya?" Bocah itu menatap sang mama dengan mata ngantuknya. "Janji, Bos Kecil." Dirga tersenyum kecil mendengar ucapan mamanya, lalu menyusup lebih dalam ke pelukan Dewi. Napas anak itu mulai teratur, tangannya masih menggenggam baju ibunya erat. Seakan takut jika melepaskan, Dewi akan kembali hilang. Denver melirik ke kaca spion, melihat istrinya yang masih menunduk, membelai rambut putranya de

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 238 : Kamu Bikin Mama Takut

    Hening menyelimuti ruangan ketika Denver menekan tombol merah di ponsel. Wajah tampan Dokter itu masih serius, tatapannya dalam, tetapi terdapat sedikit kelegaan yang tersirat. Dia berbalik menatap Dewi yang masih terduduk di sofa dengan wajah cemas. Bahkan paras ayunya berubah jadi pucat karena tragedi ini. "Ayo, kita jemput Dirga," kata Denver, sambil berjalan mendekati Dewi. Dewi menatap sang suami dengan mata yang masih basah. Dia mengangguk lemah. Ketika dia hendak berkata untuk menjawab, Denver telah berjongkok di hadapannya. Pria itu menghapus sisa air mata di pipi istrinya dengan jemarinya yang hangat. "Jangan menangis lagi," ujar Denver lembut dan penuh ketenangan.. "Nanti Dirga bisa sedih melihatmu seperti ini." Dewi menunduk, menarik napas dalam, lalu berdiri. Dia menggenggam tangan Denver dengan erat, seakan dia takut terjatuh, karena satu-satunya yang bisa membuatnya tetap berdiri tegak adalah sang suami. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju mobil

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 237 : Dirga Di Mana Kamu Nak?

    Dewi nyaris menjatuhkan ponselnya ketika suara panik dari seberang terdengar lagi. "Dirga ... Dirga menghilang, Bu! Saya sudah mencarinya ke seluruh rumah, tapi tidak ada!" Suara pengasuh terdengar putus asa. Ada isak tangis dan keriuhan di sana. Dewi langsung terduduk. Jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak, setelah kesadarannya kembali dia melompat panik dari atas ranjang. Tanpa pikir panjang, dia bangkit, menarik pakaiannya yang berserakan di atas karpet dan meraih tasnya dengan tangan gemetar. Denver yang belum memahami situasi, mengernyit melihat istrinya yang tampak panik. "Dewi, ada apa?" "Sayang ... Dirga hilang! Anak kita," histeris Dewi dengan suara pecah saat mengucapkan itu. Tanpa menunggu jawaban, Dewi langsung berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Denver bergegas menyusul, meraih kunci helikopter dan mengikuti langkah istrinya yang sudah setengah berlari keluar. Wanita itu tidak peduli meskipun kakinya masih lemas, dan jalannya hampir tersandun

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 236 : Pelan-pelan Sayang

    ** Baca setelah berbuka puasa**Dewi berdiri dengan bangga di atas panggung, mengenakan toga kebanggaan universitasnya. Sorak-sorai memenuhi auditorium saat namanya dipanggil sebagai lulusan terbaik. Tangannya sedikit gemetar saat menerima ijazah dari rektor, tetapi senyum di wajahnya tak dapat disembunyikan."Selamat, Dewi. Ini adalah hasil dari kerja keras dan ketekunanmu," ujar rektor dengan bangga."Terima kasih, Pak," jawab Dewi dengan suara bergetar, merasakan momen ini sebagai titik puncak dari perjuangannya selama bertahun-tahun.Dari tempat duduk tamu undangan, Denver menatapnya dengan penuh kebanggaan. Di sisinya, Danis dan Oma Nayla juga bertepuk tangan meriah. Namun, perhatian Dewi sempat tertuju pada sosok yang berdiri tidak jauh dari sana—Darius.Senyum pria itu ramah, tetapi tatapan itu membuat Dewi merasa bersalah mengingat perjuangan Darius. Itu akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan baginya.Saat Dewi turun dari panggung, Darius menghampirinya lebih dulu, sedangk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status