Share

Bab 90: Merampas Paksa

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 14:04:55

Suara mesin monitor serta hiruk pikuk IGD kentara sekali, ditambah banyaknya pasien yang mengeluhkan sakit. Aroma antiseptik dan obat-obatan menyengat, membuat udara terasa lebih berat.

“Bagaimana kondisi Rudi?!” tanya Denver dengan suara serak kepada dokter yang menangani pria plontos itu di IGD.

“Saat ini Pak Rudi sedang ditangani di ruang operasi. Pasien mengalami patah tulang dan pendarahan dalam.”

Penjelasan itu membuat Denver mencengkeram kuat gagang pintu, rahangnya pun mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera berlari menuju ruang operasi. Setiap langkahnya terdengar berat, seakan menahan gejolak emosi yang mendesak di dada.

Denver langsung mengganti seragam OKA-nya di ruang persiapan. Setelah itu, iris cokelatnya tidak lepas menatap proses penanganan Rudi melalui kaca observasi. Monitor menunjukkan angka-angka yang terus berubah, membuat napas Denver terasa sesak.

"Bertahanlah, Rud. Jangan sampai aku kehilanganmu juga ...," gumamnya.

Tatapan pria itu kosong, tetapi tan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
emang harus dapat hukuman ya mereka itu
goodnovel comment avatar
virna putri
iihhhhh kalian jahat yaaa.. banyak korban.. smg karma bagi kalian disegerakan.. kuezelll
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 91: Gara-gara Kamu!

    “Apa benar kamu tidak menemukannya di mana pun?” tuntut Denver, intonasinya terdengar tajam dan penuh tekanan.“Benar, Pak. Saya sudah pastikan sendiri mencari ke dalam mobil, tapi tidak ada,” tutur Ruslan, lalu merogoh saku dan mengeluarkan sebuah cup kopi berlumuran noda merah. “Tapi saya menemukan ini terselip di jok mobilnya, Pak.”Denver meraihnya, mata tajamnya menyipit saat mengamati cup itu. Cairan kental berwarna merah di sisi cup membuat dahinya berkerut.“Apa dia pelakunya?” gumam Denver pelan, membuat otaknya berputar cepat. Tangan pria itu mengepal, menahan amarah yang mulai membara. Tatapanna pun langsung mengunci Ruslan. “Di mana Carissa saat kejadian? Hanya dia yang berani melakukan hal sebodoh ini.”Ruslan buru-buru membuka ponsel. “Nyonya Carissa pergi bersama Niang, Pak. Menurut keterangan waktu, Nyonya memiliki alibi yang kuat.”Mendengarnya membuat Denver m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 92: Sebuah Penghinaan!

    Suasana di ruang tamu rumah keluarga Bradley menegang, udara terasa berat seolah menekan dada. Dewi berdiri kaku, napasnya terputus-putus. Matanya bergantian menatap tamu tak diundang di ambang pintu dan amplop cokelat besar yang menggigil di genggamannya.“Kenapa kamu diam? Cepat buka!” suara Dwyne memecah keheningan, nada perintahnya tajam dan menusuk.Tanpa ampun, Dwyne menarik tangan Dewi dengan kasar. Sorot mata wanita itu dingin serta penuh kekecewaan.Dewi menelan ludah yang terasa kental, tangannya bergetar saat membuka amplop. Lembar kertas itu terasa berat di jemarinya.Dia membaca dalam hati.[Hasil Tes DNA: Positif. Bayi dalam kandungan Dewi Anggraeni adalah anak dari Bima Prawara.]Lidah Dewi kelu, mata sipitnya membelalak dan napasnya tercekat. Kertas itu meluncur dari tangannya, jatuh begitu saja di lantai. Jantung Ibu hamil itu seolah berhenti berdetak.“Sudah kuduga!” teriak Dwyne. Suaran

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 93 : Jaga Dirimu!

    Sirine ambulans melolong memecah derasnya hujan yang mengguyur. Lampu-lampu-lampu taman memantulkan cahaya buram di aspal yang basah. Di tengah kekacauan itu, Dewi berdiri kaku di depan pintu masuk rumah besar keluarga Bradley. Sorot mata hitamnya kosong menatap lantai marmer yang dingin, di mana uang kertas masih berserakan—jejak penghinaan yang baru saja dia terima. "Dewi, kamu tunggu di sini," bisik Denver terdengar berat tepat di belakangnya. Pria itu berdiri tegak, menatap punggung Dewi yang terdiam kaku. Perlahan, Dewi menoleh, tatapannya bertemu mata karamel Denver. Tidak ada sepatah kata pun terucap dari bibir mungilnya, hanya diam yang membeku di antara mereka. Denver makin mengikis jarak dan mengusap puncak kepala Dewi dengan lembut, lalu mengecup keningnya dalam-dalam. Hangat sesaat itu terasa kontras dengan dinginnya udara di sekitar. “Sebaiknya kamu masuk ke kamar,” saran Denver. Dia melangkah pergi, meninggalkan Dewi yang berdiri terpaku. Seketika kesunyian menyelim

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 94: Balas Perbuatanmu!

    “Apa kamu sudah menemukannya?” tanya Denver dengan suara terdengar parau dan tegas di telepon.Tubuh kekar pria itu masih dibalut seragam OKA-nya, terdapat noda darah usai membantu persalinan di tengah malam.Sejak dilengserkan dari jabatan direktur, Denver bekerja seperti dokter kandungan biasa, tetapi pikirannya tidak pernah lepas dari Dewi. Bahkan sudah berhari-hari dia tidak pulang, tenggelam dalam pekerjaan dan pencarian yang tiada ujung.“Belum, Pak,” jawab suara dari dalam telepon genggam.Denver mengepalkan tangan dan rahangnya mengeras. “Bagaimana dengan Bima? Tidak ada CCTV di sekitar rental?” desaknya.“Itu rental perorangan, Pak. Tidak ada kamera pengawas. Sejak malam itu, jejak Pak Bima hilang. Diduga bersembunyi di tempat terpencil.”Tarikan napas Denver terdengar berat. Gigi rapinya bergemeletuk menahan emosi.Bima harus ditemukan! Dia harus bertanggung jawab! Hanya saja,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 95: Tidak Diakui

    Denver menyusul ke parkiran mobil. Namun, kendaraan milik Carissa telah pergi. Dengan rahang mengeras dan napas memburu, dia bergegas menuju ruang kendali di belakang rumah sakit. Di sana, Denver menuntut rekaman CCTV. “Sial!” umpatnya, menatap kesal ke arah layar. Hanya bagian depan mobil Carissa yang terekam jelas. Entah karena kebetulan atau rencana matang, Carissa tampaknya tahu persis arah kamera. Denver mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih. Kini dia tidak bisa semena-mena memerintah pemasangan kamera di penjuru rumah sakit. Rasa frustrasi makin menekan dadanya. Napas pria itu masih terasa berat dan pikiran berkecamuk, Denver kembali ke ICU, menemani Rudi. Kegelisahan mencengkeram seluruh tubuhnya. Bima belum ditemukan, dan Denver khawatir sesuatu yang lebih buruk akan menimpa Rudi. Dia berdiri di sudut ruangan dan netranya terus mengamati mesin monitor di sisi tempat tidur pasien. Sementara itu, di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, Dewi sedang berbaring m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 96: Berjuang Sendirian

    Satu minggu sudah terlewati, tetapi kondisi Rudi masih sama. Pria itu belum menunjukkan tanda-tanda akan pulih dalam waktu dekat. ICU masih menjadi tempat bermalam entah sampai kapan. Sebagai orang yang bertanggung jawab, Denver mengambil alih menafkahi dan menjadi wali anak Rudi yang kini sedang sakit. Mungkin bayi malang itu merindukan ayahnya yang sudah hampir satu bulan tidak pulang. “Rudi, kamu harus bangun!” bisik Denver, dengan suara serak menahan kelelahan. Dia menggenggam tangan Rudi erat, berharap sentuhannya bisa menyalurkan semangat. Bahkan Denver tidak pulang ke rumahnya, rumah orang tua, atau apartemen. Pria itu seolah betah di rumah sakit, melindungi orang-orang terdekat yang sedang sakit. Setelah menunggui Rudi, Denver menjenguk sang oma yang hari ini diizinkan pulang. Namun, bukan sambutan hangat yang diterima melainkan pengusiran. “Mau apa kamu ke sini? Bukannya kamu lebih memilih perempuan murahan itu?! Lihat ‘kan sekarang dia kabur bersama suaminya!” ketus Mama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 97 : Jejak yang Terungkap

    “Siapa?” teriak Dewi lagi.Ketukan pintu terdengar tergesa-gesa, bagai gemuruh badai yang bisa memecah keheningan rumah.Dewi yang tengah mengusap lembut perutnya terhenti. Dia menatap pintu dengan alis bertaut, tangannya sedikit gemetar. Siapa yang datang ke rumah ini?"Dewi! Cepat buka! Ini aku, Maharani!" Suara dari luar membuat Ibu hamil terpaku, lega sekaligus bingung.Dewi meraih gagang pintu dan membukanya perlahan. Maharani berdiri dengan wajah penuh peluh dan napas tersengal dii balik pintuWajah wanita itu tampak kacau, matanya melebar seperti melihat hal buruk."Rani? Ada apa? Kenapa panik begini?" tanya Dewi dengan nada cemas, tubunya pun sedikit condong ke depan.Maharani melangkah masuk tanpa menjawab. Dia memutar tubuh dan mengunci pintu dengan cepat. Pandangannya melesat ke setiap sudut ruangan, memastikan semuanya aman. Setelah itu, dia meraih lengan Dewi."Kita harus pergi sekarang," tegas wanita itu dengan intonasi tanpa jeda.Dewi mengernyit. "Pergi? Kenapa? Rani,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 98 : Harus Membayarnya!

    Bima menegakkan tubuhnya di balik pintu rumah kontrakan. Sudah beberapa jam dia berdiri di sana. Hingga hari berubah gelap dan gerimis berjatuhan membuat pria itu makin waspada. Bahkan keringat dingin mulai membasahi pelipis Bima. “Sialan Ruslan!” geram Bima, “Dia pasti melapor ke Dokter itu!” Dia mengintip dari celah tirai, memastikan siapa yang ada di sekitar rumah. Namun, tidak ada orang di luar sana, hanya bayangan samar pepohonan yang bergoyang diterpa angin. “Aku harus pergi,” gumam Bima sembari meraih ransel kecil di sudut ruangan. Isi ransel itu tidak banyak—hanya ada beberapa lembar uang, kartu identitas palsu, dan sebuah pistol kecil yang dia beli dari pasar gelap. Bima mendengar deru mesin mobil dan motor mendekat dan berhenti entah di mana. Dia meraih senjata, memeriksa pelurunya dengan tangan sedikit gemetar. Suara langkah kaki beberapa orang di luar makin mendekat. “Aku tidak akan menyerah begitu saja!” berang Bima dengan mata liar. Bima melirik ke arah j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 125 : Jangan Sentuh Dewi-ku!

    Pagi ini Dwyne kembali menjenguk cucunya di rumah sakit, tetapi tidak sendirian. Dia bersama Oma Nayla dan Valerie. Tentunya wanita itu senang karena lebih leluasa bergerak setelah Denver pergi.Akan tetapi, sesampainya di depan ruang NICU, mata cokelat wanita itu memicing. Dia memperhatikan seorang pria muda tampan dengan potongan rambut khas militer, sisi kepala plontos dengan bagian atas pendek.“Kenapa Aunty?” tanya Valerie yang kemudian mengikuti arah pandangan wanita itu. “Dia siapa? Kenapa melihat ke ruang bayi? Dokter anak baru?”Helaan napas panjang terdengar dari Dwyne. Tanpa menjawab pertanyaan Valerie, dia melangkah mendekati sosok itu.“Aku perhatikan belakangan ini kamu lebih sering berkunjung ke Rumah Sakit JB. Apa ada hal menarik di sini?” sarkas Dwyne dan pandangannya tertuju pada dinding kaca besar dengan beberapa bayi dalam inkubator.“Apa kabar Tante?” Darius mengulurkan tangan, tetapi Dwyne bersikap tak acuh. “Ya, aku ke sini karena bayi di dalam sana.” Pria itu m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 124 : Melenyapkan Dewi

    Wanita itu mencengkeram ujung bajunya dan kuku-kuku yang panjang hampir merobek kain. Matanya menyipit, penuh kebencian saat menatap pintu ICU.“Ucapkan selamat tinggal pada anakmu, Dewi,” bisiknya, suaranya rendah seperti racun.Saat wanita itu hampir mendekat dengan pintu yang kini hanya dijaga seorang pengawal, tiba-tiba hentak sepatu heels menggema di lorong sepi ini. Wanita itu bergegas sembunyi di balik pilar dan mengumpat, “Berengsek, siapa lagi itu?”“Selamat datang, Nyonya Dwyne,” sapa pengawal dengan pandangan menunduk.“Selama Denver bertugas di luar rumah sakit, aku yang bertanggung jawab. Minggirlah, aku mau melihat Dewi!” titah wanita itu membuat pengawal terdiam. “Cepat! Sebaiknya kalian awasi sekitar, aku dengar Carissa dirawat di sini.”“Baik, Nyonya,” sahut pengawal.Saat pengawal mulai menyisir area ICU, Dwyne melangkah mantap masuk ke dalam. Dia mengenakan peralatan pengaman, lantas menunjuk seorang perawat menemaninya.“Bagaimana kondisi perempuan ini?” tunjuk Dwy

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 123 : Cara Memisahkan Kami?

    “Sial!” umpat Denver yang melihat bagaimana tubuh Dewi bergerak di atas ranjang. Bukan siuman melainkan kejang, apalagi suara nyaring monitor serta pergerakan angka-angka menunjukkan tekanan darah gadis itu mengalami peningkatan.Melihat tubuh Dewi yang kejang, jantung Denver seolah ikut terhenti.Tangan pria itu yang biasanya stabil saat memegang alat pemeriksaan kini sedikit gemetar. Napasnya tertahan dan pikirannya berlomba dengan waktu.“Tidak sekarang, Dewi. Tolong bertahan,” bisik Denver dengan suara bergetar, penuh harapan sekaligus ketakutan.Denver pun langsung memerintah perawat membawa obat-obatan. Namun, ketika seorang tenaga medis hendak menyuntik obat, dia mengangkat tangan.“Berhenti! Dewi memiliki alergi obat,” lirih Denver, netra karamelnya terpaku pada tubuh Dewi yang menggigil.Untuk sesaat dia bergeming mencoba berpikir obat yang paling aman diberikan.Setelah itu, Denver meraih salah satu spuit dari atas meja dan menyuntikkannya dengan tatapan getir tertuju kepada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

    “Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 121 : Gerakan Samar

    “Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suar

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 120 : Ini yang Terbaik

    Saat ini Denver duduk termenung di bangku logam. Sepuluh jemari tangannya saling menyatu erat dan menempel pada kening. Sesekali, pria itu juga menatap pintu ruang bank darah.Ketika seseorang ke luar dengan lengan terpasang plester, detik itu Denver mendapat jawaban bahwa darah yang didonorkan oleh sang pendonor cocok dengan Dewi.“Terima kasih, Darius,” ucap Denver sambil melengkungkan senyum tipis.“Dia juga pasienku,” jawab Darius sambil menatap tajam, lalu bertanya, “Boleh aku menjenguknya?”Denver menatap pria itu beberapa saat. Meskipun sosok di hadapannya telah berjasa, tetap saja berat hati Denver mengizinkan. Dia menggeleng dan berkata, “Dilarang masuk selain petugas ICU dan dokter yang bertanggung jawab.”“Aku hanya ingin memastikan Dewi baik-baik saja, Denver,” ujar Darius, matanya menatap lurus seolah mencari celah dalam keteguhan Denver. Namun, tatapan Denver yang dingin tetap tidak memberi ruang.“Baiklah, aku mengerti. Sampaikan salamku padanya, katakan dia wanita heba

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 119 : Berjuang Demi Kamu

    Mata karamel Denver bergetar menatap roda-roda brankar bergerak cepat keluar dari ruang operasi. Tubuh pria itu melemas bagai kehilangan rangkanya setelah melakukan penyelamatan kepada Dewi, yang mengalami pendarahan.“Dewi …,” lirih Denver, kini bersandar pada pintu kaca.Akan tetapi, tangis bayi menyadarkan Denver untuk tetap tegar dan berdiri kokoh sebagai pria sekaligus ayah. Dia menoleh dan melihat tubuh kecil itu.“Dokter, bayi Anda akan kami bawa ke NICU,” ujar seorang tim neonatalogis.Denver mengangguk, lantas meraih bayinya dan menggendongnya ke luar dari ruang operasi. Namun, di depan pintu dia menggeram ketika sang mama melontarkan sebuah pertanyaan menyakitkan, “Bayinya baik-baik saja, ‘kan? Kamu harus cepat tes DNA!”“Cukup, Ma!” desis Denver tertahan seolah enggan mengusik tidur bayi kecilnya.“Apa lagi? Kita harus tahu dia anakmu atau bukan!” desak Dwyne yang mendapat tatapan tajam dari Denver.Tatapan Dwyne sedikit goyah, tetapi dia segera mengangkat dagu. “Aku hanya

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 118: Menyelamatkan Kalian

    Semua orang dalam ruangan tercengang mendengar pernyataan itu. Namun, Dwyne maju dan menatap tajam kepada orang itu. “Kamu bukan dokter di rumah sakit ini, Darius!” hardiknya.“Tante, ini kondisi darurat!” sergah Darius yang kemudian melangkah maju dan melihat Dewi terbaring tidak berdaya. “Sebagai dewan komite, aku harap Tante Dwyne memberiku izin,” sambungnya.Darius menatap Dewi yang terbaring lemah di brankar. “Aku tidak bisa membiarkan dia seperti ini,” ucapnya tegas dan sorot matanya menunjukkan rasa bersalah.Dwyne mengepalkan tangan dan membuang tatapan ke arah lain, tetapi rintih kesakitan Dewi serta isak tangis Astuti membuat wanita itu mendengkus, lalu mengangguk pelan.“Sebagai dokter tamu. Bantu dia sampai Denver selesai operasi pasien lain!” tegas Dwyne.Seketika Darius memeriksa catatan hasil pemeriksaan tanda vital Dewi. Dokter itu pun mengambil keputusan membawa Dewi ke ruang operasi.“Tolong, Dokter. Selamatkan Dewi dan anaknya!” pinta Astuti sambil terus menggenggam

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 117: Akibat Tamu Tak Diundang

    Hari-hari yang dijalani Dewi seiring bertambahnya usia kandungan sangatlah berat. Sekarang, dia sama sekali kesulitan berjalan karena kakinya membengkak, termasuk wajah yang sebelumnya tirus. Dia pun menatap pantulan diri yang menyedihkan ini pada cermin.“Bertahanlah, Sayang,” gumamnya memandangi perut buncit.“Dewi, kenapa lama? Ada tamu!” teriak Astuti membuat Dewi buru-buru mencuci muka untuk menyamarkan garis sendu pada wajah.“Ya, Bu. Sebentar,” sahutnya.Sayang, rasa mual menyerangnya lagi hingga dia muntah. Padahal Denver sudah memberikan obat penunjang kesehatan untuk mengurangi dampak komplikasi, tetapi seolah tidak berpengaruh padanya.“Wi, kamu muntah lagi?” tanya Astuti.Dewi tidak menjawab karena desakan dari dalam lambung cukup hebat. Hingga Astuti menerobos masuk dan melihat dia sedang kepayahan. Ya, dia memang tidak pernah mengunci pintu.“Dewi bisa, Bu,” lirihnya sambil menyeka noda muntahan yang menempel pada dagu.“Jangan ngeyel, kamu, Wi! Ayo, Ibu bantu,” kata Ast

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status