Share

Bab 83 : Tidak Akan Cerai

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 08:50:58

Dewi menahan napas, tubuhnya gemetar hebat melihat dua pria tinggi melangkah mendekat. Wajah mereka keras, dingin, dan tanpa belas kasihan.

"To—"

Belum sempat Dewi berteriak, sepasang tangan kekar membekap mulutnya. Tubuh mungil itu diseret kasar ke dalam mobil hitam. Dewi meronta, memukul dan mencakar, tetapi cengkeraman mereka terlalu kuat.

"Diam!" bentak seorang pria dari dalam mobil.

Dalam kepanikan, Dewi menatap ke spion yang menggantung dalam mobil. Mata sipitnya membelalak saat mengenali sosok di balik kemudi.

"Mas Bima…," ucap Dewi dengan intonasi serak dan gemetar. "Tolong, Mas. Lepaskan aku."

Bima menoleh sekilas, matanya dingin. "Berisik kamu, Dewi. Kalau saja kamu nurut dan jauhi Denver, semua ini tidak akan terjadi!"

Mobil SUV hitam melaju kencang menjauh dari vila dan membelah jalanan pedesaan yang tampak lengang. Dewi menangis dalam diam, merasakan perutnya yang sakit makin menyiksa.

Tubuh Dewi hanya

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
NACL
jangan dong kak kasihan Bima ಥ⁠‿⁠ಥ
goodnovel comment avatar
virna putri
aduh smg bisa kabur dewiiii.. Bima ketabrak deh biar selese peran nya hihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 84 : Gugurkan!

    Suasana canggung memenuhi ruangan klinik kecil ini. Napas Dewi tersengal membuat dada sesak bagai terhimpit beban tak kasatmata. Dewi memilih pura-pura tidur daripada menatap pria yang sudah menorehkan luka begitu dalam di hatinya. “Sial, kenapa perutku mulas!” Bima mengumpat pelan sambil berjalan ke dalam toilet. Dewi membuka sedikit matanya, dia melihat kegusaran di wajah Bima. Bunyi kunci pun terdengar, menjadi tanda bahwa pria itu memerlukan waktu sedikit lebih lama. Tanpa membuang waktu, Dewi menarik set infus dari tangannya. Cairan merah menetes di lantai, tetapi dia begitu hapal bagaimana cara menghentikannya. Jantungnya gadis itu berdegup keras, mungkin saja menggema di telinga. Meskipun tubunya gemetaran, dia memaksa dirinya melangkah. Lorong sempit klinik terasa lebih panjang dan mencekam. Dinding putih seakan menyempit, menghimpit langkahnya yang tanpa alas kaki. “Aku harus pergi…,” bisiknya pada diri sendiri. Pintu keluar makin dekat. "DEWI!" Suara Bima menggema

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 85 : Cumbuan Rindu

    “Ayah,” gumam Dewi lirih, menatap Pak Danang yang tengah ditangani oleh tim dokter. Sesak di dada tak kunjung reda, seolah menyesakkan napasnya.Dia tidak pernah menyangka, pilihannya menerima kesepakatan dengan Denver malah membawa masalah yang jauh lebih besar.Dewi berpikir, setelah menerima uang dan ayahnya sembuh, semua akan berjalan lancar. Namun kenyataannya, menjadi ibu pengganti tidak semudah itu. Bukan hanya menyangkut hubungan terlarang, tetapi kini melibatkan banyak orang.“Percayalah, ayahmu akan baik-baik saja,” tutur Valerie dengan suara terdengar ragu dan tatapan gelisah menyapu ranjang pasien.Dewi menggigit bibir, tubuhnya bergetar. Lelehan ening mulai mengalir di pelukan Valerie.Gadis itu berbisik, “Aku bersyukur Dokter Denver mau membantu, tapi sekarang ... aku pikir ini semua salah.”Valerie mengelus punggung Dewi dengan lembut, lalu matanya tajam mengamati sekitar. “Kamu tidak sendiri, Dewi. Aku … di sini.”Akan tetapi, mereka tidak menyadari sepasang mata tengah

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 86: Jangan Jauhi Aku!

    Suasana rumah sakit yang sunyi berubah mencekam ketika langkah pelan seseorang tidak meninggalkan gema di lorong. Bayangan hitamnya menyelinap di antara redup cahaya, mendekati ruang VIP.Pintu terbuka perlahan, menciptakan gerakan yang menyeramkan. Sosok itu berdiri di sisi ranjang Pak Danang, menyeringai melihat pria paruh baya terbaring lemah dengan selang oksigen di hidungnya."Bangun!" bisiknya tajam sambil mengguncang bahu Danang.Danang terbangun setengah sadar dan napasnya terengah. Mata hitam pria paruh baya itu memandang nanar sosok di dekatnya."Sudah tahu kelakuan putrimu?" Suara itu dingin. Dia mengeluarkan beberapa lembar foto dan menyodorkannya. "Lihat, dia menjual diri demi bayar pengobatanmu. Dia bukan gadis polos yang kamu banggakan."Foto-foto itu jatuh ke pangkuan Danang. Tangan keriput itu gemetar saat mengambil satu per satu potret Dewi bersama Denver, dengan tatapan dan kedekatan yang tidak pantas.Seketika dada Danang sesak dan napasnya memburu. Bahkan Jantungny

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 87: Tamu Tak Diundang

    “Aku tidak bisa menerimanya lagi, Niang!” tegas Denver, suaranya menggelegar di ruang tamu megah itu. Napasnya memburu, menahan emosi yang hampir meledak.Niang menatap tajam dan wajah senjanya tampak datar. “Kalian sama-sama selingkuh, bukankah impas jika kembali dan memulai semua dari awal? Ingatlah, Denver, keluarga Sailendra punya andil besar dalam karirmu itu!” Intonasinya meninggi, memberi tekanan yang menyesakkan.Tatapan Denver menjadi mengeras dan tangan kanannya mengepal erat. Dia menggenggam flashdisk seolah benda kecil itu mampu meledakkan seisi rumah. Matanya beralih menatap Carissa yang berdiri di depannya dengan senyum sinis.“Kamu juga jangan lupa, Denver. Mendiang papamu menyuruhmu untuk setia pada kami dan menjagaku apa pun yang terjadi!” Carissa bagai menumpahkan minyak ke api yang sudah membara.“Jangan sebut papaku, Carissa!” bentak Denver dengan rahang mengeras. Suara pria itu menggetarkan dinding ruangan, membuat Carissa seketika bungkam.Tanpa pikir panjang, De

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 88: Aku Kangen Kamu

    Denver berlari ke setiap sudut ruangan, membuka pintu satu per satu dengan napas terengah. Bahkan keringat dingin mengalir di pelipisnya."Dewi! Dewi!" serunya panik.Tidak ada jawaban!Ruang tamu kosong, kamar tamu pun sunyi. Jantung pria itu berdegup kencang, diliputi ketakutan. Rumah yang biasanya hangat dengan tawa Oma dan mamanya kini terasa mencekam.Tanpa pikir panjang, Denver berlari menuju mobilnya di garasi. Namun, baru saja dia duduk dan mengenakan sabuk pengaman, mata cokelat karamelnya menangkap pagar terbuka dan mobil sport hijau melaju masuk."Valerie?" gumamnya mengenali mobil itu.Segera dia keluar, bersamaan dengan pintu mobil Valerie terbuka. Tatapan iris cokelat karamel Denver langsung bertemu dengan mata sipit yang indah, senyum manis tampak tersungging di bibir mungil merah muda.Tanpa banyak bicara, Denver menutup pintu mobilnya dengan keras dan menghampiri Dewi. Dia langsung menarik Dewi ke dalam pelukannya."Kamu bikin aku hampir gila!" bisik Denver dengan para

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 89: Tahu Diri

    “Ide apa? Dari kemarin kamu banyak bicaranya daripada aksi dan hasil!” cemooh seseorang yang baru saja membuka pintu kamar dengan keras. Seketika Carissa yang sedang duduk di sofa terpaku mendengar ucapan itu dan Bima menggaruk tengkuk lalu menyahut, “Umm … itu Niang, aku—” “Aku apa? Pergi kamu!” potong wanita senja itu dan mengusir Bima dengan tatapan tajam yang membuat siapa pun merinding. Termasuk Bima yang terbirit-birit berlari meninggalkan kamar Carissa. Kini hanya kedua orang itu saja di dalam kamar. Tatapan Niang sangatlah sengit kepada Carissa, seolah menguliti artis cantik itu. “Dan kamu! Berhenti bersikap manja! Kalau ingin bertahan di keluarga Denver, buktikan kalau kamu layak! Jangan hanya mengandalkan kecantikan dan ketenaranmu sebagai tameng!" sindir Niang penuh ketegasan dan penekanan pada setiap untaian katanya. Mendengar hal itu membuat Carissa mengepalkan tangan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia menahan diri untuk tidak membalas. Niang melangkah lebih dekat, be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 90: Merampas Paksa

    Suara mesin monitor serta hiruk pikuk IGD kentara sekali, ditambah banyaknya pasien yang mengeluhkan sakit. Aroma antiseptik dan obat-obatan menyengat, membuat udara terasa lebih berat.“Bagaimana kondisi Rudi?!” tanya Denver dengan suara serak kepada dokter yang menangani pria plontos itu di IGD.“Saat ini Pak Rudi sedang ditangani di ruang operasi. Pasien mengalami patah tulang dan pendarahan dalam.”Penjelasan itu membuat Denver mencengkeram kuat gagang pintu, rahangnya pun mengeras. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia segera berlari menuju ruang operasi. Setiap langkahnya terdengar berat, seakan menahan gejolak emosi yang mendesak di dada.Denver langsung mengganti seragam OKA-nya di ruang persiapan. Setelah itu, iris cokelatnya tidak lepas menatap proses penanganan Rudi melalui kaca observasi. Monitor menunjukkan angka-angka yang terus berubah, membuat napas Denver terasa sesak."Bertahanlah, Rud. Jangan sampai aku kehilanganmu juga ...," gumamnya.Tatapan pria itu kosong, tetapi tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 91: Gara-gara Kamu!

    “Apa benar kamu tidak menemukannya di mana pun?” tuntut Denver, intonasinya terdengar tajam dan penuh tekanan.“Benar, Pak. Saya sudah pastikan sendiri mencari ke dalam mobil, tapi tidak ada,” tutur Ruslan, lalu merogoh saku dan mengeluarkan sebuah cup kopi berlumuran noda merah. “Tapi saya menemukan ini terselip di jok mobilnya, Pak.”Denver meraihnya, mata tajamnya menyipit saat mengamati cup itu. Cairan kental berwarna merah di sisi cup membuat dahinya berkerut.“Apa dia pelakunya?” gumam Denver pelan, membuat otaknya berputar cepat. Tangan pria itu mengepal, menahan amarah yang mulai membara. Tatapanna pun langsung mengunci Ruslan. “Di mana Carissa saat kejadian? Hanya dia yang berani melakukan hal sebodoh ini.”Ruslan buru-buru membuka ponsel. “Nyonya Carissa pergi bersama Niang, Pak. Menurut keterangan waktu, Nyonya memiliki alibi yang kuat.”Mendengarnya membuat Denver m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 122 : Pasien Tidak Terduga

    “Jadi siapa dia?” gumam Denver memandangi potret seorang pria yang dicurigainya itu.Pria dalam foto itu mengenakan jas mahal yang tampak pas untuk tubuhnya. Kerutan di wajahnya menggambarkan kelelahan, tetapi mata tajam, penuh perhatian, seperti sedang mengamati sesuatu dengan intens. Denver merasa tidak nyaman, seolah pria itu menyimpan sesuatu yang tidak terucap. Rambutnya beruban sebagian, menambah kesan misterius.Meskipun anak buahnya telah berhasil mengambil gambar sosok misterius itu, tetap saja mereka menemui kebuntuan.Pandangan Denver beralih kepada Ruslan yang berdiri tidak jauh darinya. Dia menunjukkan hasil foto itu. “Apa ini orang suruhan Mama? Wajahnya benar-benar asing,” tukasnya.Alih-alih memberikan jawaban yang melegakan hati, justru Denver melihat Ruslan geleng-geleng dengan alis tertaut.“Saya pikir bukan, Pak. Selama ini Nyonya Dwyne tidak pernah mempekerjakan orang lanjut usia seperti itu,” papar Ruslan yang menyerahkan kembali selembar foto.“Bisa jadi Mama me

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 121 : Gerakan Samar

    “Ada apa Mama datang ke sini?” Suara Denver sangat dingin dan datar, tetapi kedua tangannya mendekap erat sang mama dengan punggung berguncang.Pertanyaan itu tidak mendapat tanggapan apa pun dari mamanya, tetapi Denver sabar menunggu hingga Dwyne tenang. Dia membawa mamanya ke ruang praktik yang berjarak satu lantai dari ruang ICU.“Mama sakit?” tanya Denver memecah keheningan.Bukannya menjawab, Dwyne menggeleng dan punggungnya makin berguncang, lantas mengeluarkan gawai dari dalam tas. Hal ini membuat Denver mengernyit tidak mengerti. Dia kembali diam.“Denver … hasil tes DNA … positif, dia … anak kamu, cucu Mama,” lirih Dwyne, lantas menunjukkan laporan yang tadi pagi diterimanya melalui surat elektronik.Denver menatap layar gawai yang menunjukkan hasil tes DNA. Matanya memanas, tapi bukan karena kebahagiaan. Rasa bersalah dan amarah kepada mamanya mengalir deras di dadanya.‘Ini bukti yang Mama cari, tapi kenapa harus ada harga setinggi ini untuk kebenaran?’ gumamnya dengan suar

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 120 : Ini yang Terbaik

    Saat ini Denver duduk termenung di bangku logam. Sepuluh jemari tangannya saling menyatu erat dan menempel pada kening. Sesekali, pria itu juga menatap pintu ruang bank darah.Ketika seseorang ke luar dengan lengan terpasang plester, detik itu Denver mendapat jawaban bahwa darah yang didonorkan oleh sang pendonor cocok dengan Dewi.“Terima kasih, Darius,” ucap Denver sambil melengkungkan senyum tipis.“Dia juga pasienku,” jawab Darius sambil menatap tajam, lalu bertanya, “Boleh aku menjenguknya?”Denver menatap pria itu beberapa saat. Meskipun sosok di hadapannya telah berjasa, tetap saja berat hati Denver mengizinkan. Dia menggeleng dan berkata, “Dilarang masuk selain petugas ICU dan dokter yang bertanggung jawab.”“Aku hanya ingin memastikan Dewi baik-baik saja, Denver,” ujar Darius, matanya menatap lurus seolah mencari celah dalam keteguhan Denver. Namun, tatapan Denver yang dingin tetap tidak memberi ruang.“Baiklah, aku mengerti. Sampaikan salamku padanya, katakan dia wanita heba

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 119 : Berjuang Demi Kamu

    Mata karamel Denver bergetar menatap roda-roda brankar bergerak cepat keluar dari ruang operasi. Tubuh pria itu melemas bagai kehilangan rangkanya setelah melakukan penyelamatan kepada Dewi, yang mengalami pendarahan.“Dewi …,” lirih Denver, kini bersandar pada pintu kaca.Akan tetapi, tangis bayi menyadarkan Denver untuk tetap tegar dan berdiri kokoh sebagai pria sekaligus ayah. Dia menoleh dan melihat tubuh kecil itu.“Dokter, bayi Anda akan kami bawa ke NICU,” ujar seorang tim neonatalogis.Denver mengangguk, lantas meraih bayinya dan menggendongnya ke luar dari ruang operasi. Namun, di depan pintu dia menggeram ketika sang mama melontarkan sebuah pertanyaan menyakitkan, “Bayinya baik-baik saja, ‘kan? Kamu harus cepat tes DNA!”“Cukup, Ma!” desis Denver tertahan seolah enggan mengusik tidur bayi kecilnya.“Apa lagi? Kita harus tahu dia anakmu atau bukan!” desak Dwyne yang mendapat tatapan tajam dari Denver.Tatapan Dwyne sedikit goyah, tetapi dia segera mengangkat dagu. “Aku hanya

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 118: Menyelamatkan Kalian

    Semua orang dalam ruangan tercengang mendengar pernyataan itu. Namun, Dwyne maju dan menatap tajam kepada orang itu. “Kamu bukan dokter di rumah sakit ini, Darius!” hardiknya.“Tante, ini kondisi darurat!” sergah Darius yang kemudian melangkah maju dan melihat Dewi terbaring tidak berdaya. “Sebagai dewan komite, aku harap Tante Dwyne memberiku izin,” sambungnya.Darius menatap Dewi yang terbaring lemah di brankar. “Aku tidak bisa membiarkan dia seperti ini,” ucapnya tegas dan sorot matanya menunjukkan rasa bersalah.Dwyne mengepalkan tangan dan membuang tatapan ke arah lain, tetapi rintih kesakitan Dewi serta isak tangis Astuti membuat wanita itu mendengkus, lalu mengangguk pelan.“Sebagai dokter tamu. Bantu dia sampai Denver selesai operasi pasien lain!” tegas Dwyne.Seketika Darius memeriksa catatan hasil pemeriksaan tanda vital Dewi. Dokter itu pun mengambil keputusan membawa Dewi ke ruang operasi.“Tolong, Dokter. Selamatkan Dewi dan anaknya!” pinta Astuti sambil terus menggenggam

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 117: Akibat Tamu Tak Diundang

    Hari-hari yang dijalani Dewi seiring bertambahnya usia kandungan sangatlah berat. Sekarang, dia sama sekali kesulitan berjalan karena kakinya membengkak, termasuk wajah yang sebelumnya tirus. Dia pun menatap pantulan diri yang menyedihkan ini pada cermin.“Bertahanlah, Sayang,” gumamnya memandangi perut buncit.“Dewi, kenapa lama? Ada tamu!” teriak Astuti membuat Dewi buru-buru mencuci muka untuk menyamarkan garis sendu pada wajah.“Ya, Bu. Sebentar,” sahutnya.Sayang, rasa mual menyerangnya lagi hingga dia muntah. Padahal Denver sudah memberikan obat penunjang kesehatan untuk mengurangi dampak komplikasi, tetapi seolah tidak berpengaruh padanya.“Wi, kamu muntah lagi?” tanya Astuti.Dewi tidak menjawab karena desakan dari dalam lambung cukup hebat. Hingga Astuti menerobos masuk dan melihat dia sedang kepayahan. Ya, dia memang tidak pernah mengunci pintu.“Dewi bisa, Bu,” lirihnya sambil menyeka noda muntahan yang menempel pada dagu.“Jangan ngeyel, kamu, Wi! Ayo, Ibu bantu,” kata Ast

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 116: Tantangan

    “Oh … sekarang Mama tahu, Ibu hamil yang kamu tolong waktu itu siapa,” sarkas Dwyne dengan senyum mengembang, tetapi terasa membuat bulu kuduk Dewi merinding.Melihat mamanya makin mendekat masuk, Denver berdiri tepat di depan Dewi. Menghalangi jarak pandang wanita itu. Dia yakin mamanya tidak akan tinggal diam saja.“Berhenti, Ma!” titah Denver begitu tegas. Bahkan saat ini rahangnya mengeras dan tangannya mengepal hingga urat-urat di punggung tangan tampak jelas.“Mama mau tanya bagaimana kabarnya Dewi, apa salah?” Tatapan Dwyne beralih pada Denver. “Bagaimanapun katanya dia hamil keturunan kita, bukan?”“Aku mohon Mama jangan sakiti Dewi!” tegas Denver lagi.Alih-alih merasakan takut dan menciut, justru Dewi menggenggam pergelangan tangan Denver membuat pria itu menoleh.“Aku tidak apa-apa, Dokter,” lirih Dewi dengan kerlingan kelopak mata yang seolah meyakinkan.Denver pun menggeser badan.Kini tampaklah Dewi dan Dwyne saling berhadapan. Dua wanita berbeda usia yang memiliki posis

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 115 : Ini Tentang Kita

    Dewi terkesiap, tubuhnya sedikit merapat ke dinding. Bayangan wanita elegan yang baru saja dia lihat di lobi rumah sakit masih jelas terpatri di pikirannya. Namun, saat dia memberanikan diri untuk mengintip lagi, sosok itu menghilang. “Bu Dwyne …,” gumamnya dengan suara nyaris tak terdengar dan napas tercekat. Ketika Dewi sedang dirundung kegundahan, punggungnya mendadak ditepuk dari belakang. Dia tersentak, langsung berbalik dengan sorot mata penuh kewaspadaan. “Kenapa berdiri di sini?” tanya orang itu yang menatap dengan alis mengernyit. “Anda baik-baik saja?” Dewi menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Saya kira … ya, saya baik-baik saja. Kenapa Dokter Darius ada di sini?” Netra hitamnya masih memindai penuh kewaspadaan ke sekitar. “Boleh saya bantu antar ke kamar?” tawar Darius ramah. Dewi ragu sejenak, lalu mengangguk karena bagaimanapun Dwyne bisa muncul kapan saja. “Terima kasih, Dokter.” Senyum hangat terukir pada wajah kurus Dewi. “Jangan sungkan meminta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 114: Nasi Gandul Ala Duren Sawit

    Carissa berdiri di tengah ruangan sempit dengan wajah merah padam. Setelah dari gedung pengadilan dia langsung menuju apartemen. Kini tangan wanita itu menggenggam erat ponsel yang layarnya sudah retak. Komentar-komentar penuh hinaan dari media sosial terpampang jelas di depannya, seolah menertawakan keterpurukannya. “Dasar artis murahan!” “Pantas saja ditinggal suami!” Carissa melempar ponsel lagi ke sofa tua, napasnya pun memburu. Dia memutar tubuh ke arah anak kecil yang duduk di sudut ruangan, memeluk boneka usang dengan wajah ketakutan. “Kamu kenapa diam saja?! Jangan lihat aku dengan tatapan itu!” bentak Carissa, suaranya penuh dengan amarah. Bocah kecil itu hanya menunduk, tangannya semakin erat memeluk bonekanya. “Kamu ini cuma bikin hidupku tambah susah!” raung Carissa sambil menendang kursi kecil di dekatnya. Kursi itu terjatuh dengan bunyi keras, membuat anak itu makin mengecilkan tubuhnya. Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, dan Chico muncul denga

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status