บททั้งหมดของ Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: บทที่ 61 - บทที่ 70

79

Bab 61: Yang Diharapkan

Bahu Dewi terkulai lemas saat melihat siapa yang datang sepagi ini. Dia berharap sosok itu adalah Denver, tetapi ternyata …. Apakah dia kecewa? Entahlah, tetapi wajahnya menunjukkan reaksi yang serupa.“Maaf, Non Dewi. Pak Denver bilang saya harus antar Non ke rumah sakit sekarang juga,” ungkap Pak Agus dengan intonasi hati-hati, terlebih melihat Dewi yang kepayahan.Dewi mengernyit, lalu mengingat bahwa hari ini memang jadwal pemeriksaannya. Dia akan mengetahui apakah proses pembuahan berhasil atau tidak.“Oh, iya, Pak. Tunggu sebentar.” Dewi berjalan ke kamar, bersiap, lalu mengikuti Pak Agus menuju mobil.Dalam perjalanan, Dewi mengusap perutnya yang terasa tidak nyaman. Rasa mual masih tersisa dari pagi tadi membuatnya sedikit gelisah. Dia juga merasa kelelahan karena malam sebelumnya melewatkan jam makan.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ruang praktik Denver di lantai dua. Pintu ruangan terbuka, dia melihat pria itu berdiri di balik meja, tampak segar dan memesona
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
อ่านเพิ่มเติม

Bab 62 : Bukan Miliknya!

“Ada apa ini, Carissa?!” suara Denver menggema di depan pintu pembatas IGD dan ruang tunggu keluarga. Tatapan pria itu tajam dan penuh pertanyaan, saat melihat istrinya yang terisak di kursi tunggu.Carissa mendongak, lalu mengusap pipinya yang basah.“Ni—Niang … ja—tuh,” adu wanita itu  dengan nada gemetar.Denver mengerutkan alis, memeriksa penampilan Carissa yang berantakan. Matanya menyipit penuh kecurigaan. Sepengetahuan Denver, rumah Niang hanya memiliki satu lantai. Bagaimana dia bisa jatuh?Tatapan Denver intimidatif membuat Carissa gugup. Sehingga wanita itu melirik Bima, yang duduk tak jauh darinya, Carissa berharap mendapat dukungan.“Niang … tadi ke rumah dan … tidak sengaja terpeleset dari lantai dua,” gugup Carissa kentara sekali nada terbata dengan upaya menyembunyikan kebenaran.Selama beberapa saat, Denver terdiam dan berdiri. Dia menatap tajam kepada
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
อ่านเพิ่มเติม

Bab 63 : Sebuah Tragedi

Satu hari setelah insiden itu, Dewi memutuskan kembali bekerja. Meskipun fisik terasa lelah dan pikirannya tidak memberi  dia pilihan lain.Ada kekhawatiran yang menggerogoti hati, terutama tentang janinnya. Namun, dia ingin menunjukkan empati kepada Niang, meskipun hubungannya dengan keluarga itu penuh ketegangan.Ketika Dewi mendekati ruang ICU, langkahnya terhenti. Dua pengawal Denver berdiri tegap di pintu masuk, dan di sana Carissa duduk dengan seorang wanita sebaya. Mata Carissa menyipit ketika pandangannya bertemu dengan Dewi, seolah memberi peringatan bahwa gadis itu tidak diterima di sini.Dewi menggigit bibir dan membuang muka, lalu berbalik kembali ke departemen IGD. Di ruang istirahat, Kepala IGD memanggilnya.“Dewi, kemarilah!” perintah pria itu terdengar serius.“Ya, Pak?” Dewi melangkah mendekat dan pikirannya mencoba menebak alasan panggilan itu.“Mulai besok, untuk sementara waktu, kamu aka
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
อ่านเพิ่มเติม

Bab 64 : Tidak Boleh Ada yang Menyakitimu

Dewi mengusap perutnya dengan lembut, jari-jarinya yang halus menyentuh perutnya seolah berbicara kepada bakal janin yang mulai tumbuh. Netra hitamnya menatap kosong kosong, dan pikirannya penuh dengan pertanyaan rumit tak terjawab.“Maafkan aku, ya,” gumamnya lirih. “Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi ini semua.”Langkah berat terdengar mendekat. Aroma yang sudah sangat dikenalnya memenuhi udara, dan jantung Dewi berdetak lebih cepat. Dia mendongak, dan di sanalah Denver berdiri dengan ekspresi serius serta tatapan tajam langsung tertuju ke pipinya.“Dewi...” panggil Denver, intonasi itu sangat rendah dan tentunya penuh tuntutan. “Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?”Dewi menggeleng pelan. Dia berusaha menghindari tatapan pria itu dengan melepas ikatan rambutnya.“Tidak ada apa-apa, Dokter,” jawabnya singkat seraya mencoba menyembunyikan getaran di suaranya.D
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
อ่านเพิ่มเติม

Bab 65 : Berdesir

[Maaf, aku pergi tanpa izin. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Dokter tenang saja, aku bukan kabur tapi di rumah Ayah.] Denver memandangi layar ponsel yang menampilkan pesan dari Dewi beberapa hari lalu. Saat ini dia duduk di dalam mobil Audi hitamnya,. Kemudian, manik cokelat karamel pria itu menatap rumah sederhana berada di ujung jalan. Dari kejauhan, dia bisa melihat Dewi sedang duduk di teras, mengenakan daster longgar berwarna pastel, rambutnya dikuncir rapi, membuat wajahnya tampak lebih berseri. Pria itu menghela napas panjang, membiarkan rasa rindu itu memenuhi dadanya. Sepekan ini dia hanya bisa mengawasi Dewi dari jauh, memastikan gadis itu dan bayi dalam kandungannya baik-baik saja. Dari balik kaca mobil yang sedikit terbuka, Denver melihat seorang pria paruh baya menghampiri Dewi. Itu Danang, ayah Dewi. Keduanya tampak berbincang-bincang dengan santai, sesekali diselingi tawa kecil terdengar samar di telinganya. Adegan itu membuat dada Denver terasa hangat.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
อ่านเพิ่มเติม

Bab 66: Ini Dia

Setelah Denver meninggalkan rumah, Dewi berjalan menuju ruang tamu untuk membersihkan meja. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sebuah kartu hitam elegan tergeletak di atas meja. “Kartu siapa ini?” gumamnya sambil mengambil benda itu dengan hati-hati. Permukaan kartu itu mengkilap, dengan ukiran nama Arkatama Denver Bradley tertulis rapi di sana. Jantung Dewi berdegup cepat bersamaan dengan suara ponselnya bergetar di saku kaos. Satu pesan masuk. [Itu untukmu. Gunakan kapan pun kamu perlu. Aku tidak ingin kamu kekurangan apa pun, terutama saat mengandung anakku.] Membaca pesan itu, Dewi terdiam. Tangannya mengepal kartu itu erat-erat. Pandangannya mengarah ke jendela yang terbuka. Perasaan campur aduk menghantam dirinya seperti ombak besar. ‘Bukankah aku bisa menjaga diriku sendiri? Apa dia pikir aku ini tidak mandiri?’ batinnya. Perasaan hangat juga menyelinap di hatinya. Perhatian Denver begitu besar, bahkan pada hal kecil. Namun, menerima kartu ini bera
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
อ่านเพิ่มเติม

Bab 67: Nasi Goreng yang Menggoda

Dewi menatap foto hasil USG di tangannya, gambaran kecil dari kehidupan yang sedang tumbuh di dalam perutnya. Namun, kehangatan yang dirasakannya saat mendengar detak jantung bayi itu tadi kini tercampur dengan kecemasan menyesakkan dada.Kata-kata Carissa tadi begitu menusuk, mengguncang keyakinannya.‘Anak ini akan menjadi penerus keluarga Denver dan aku … Setelah dia lahir, aku yang akan menjadi ibunya.’Kalimat itu terus berulang di benaknya layaknya sebuaah gema yang tak kunjung reda. Dewi meremas foto di tangannya tanpa sadar, dia berusaha menenangkan hati.“Kenapa perhatian kecil darinya membuat aku merasa begini?” gumamnya.Dia mengingat betapa Denver menunjukkan perhatian besar tadi. Perasaan itu seharusnya membuatnya tenang, tetapi malah memunculkan gejolak lain.Langkah Dewi terasa berat saat meninggalkan rumah sakit. Namun, langkahnya terhenti oleh suara berat yang sudah akrab di telinganya.“Dewi.”Dia menoleh dan mendapati Denver berdiri beberapa langkah di belakangnya. T
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-05
อ่านเพิ่มเติม

Bab 68: Gaun Merah Muda

Carissa duduk di sebuah kafe mewah pagi ini. Dia bertemu dengan seorang pria berpenampilan mencurigakan. Wajahnya ditutupi topi dan masker, dan tatapannya tajam. “Aku mau semuanya selesai dalam waktu dekat,” kata Carissa dengan nada dingin. Mata pria itu menyipit. “Tenang saja, Ca. Semua sesuai rencana.” Carissa menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya memancarkan kebencian. “Pastikan dia keguguran hari ini!” ucapnya penuh kebencian. Pria asing itu mendekat dan meraba paha Carissa, lalu tangannya hendak masuk ke dalam rok span pendek. “Stop! Aku enggak mau bercinta!” tolak wanita itu dengan wajah ketus. “Tapi aku merindukanmu. Sudah lama kita tidak melakukannya. Aku janji kali ini main aman,” bisik pria itu membuat Carissa menggangguk pelan. Keduanya pun bergegas pergi setelah merapikan penampilan hingga tak seorang pun mengenali bahwa itu adalah Carissa Sailendra. “Bukannya nanti malam kamu harus—” Ucapan Carissa terputus ketika pria itu meremas dadanya, lalu mendekat. “Kamu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-05
อ่านเพิ่มเติม

Bab 69: Cinnamon Roll

Mata sipit Dewi makin menyipit, menajamkan tatapannya pada seorang pria yang baru turun dari mobil. Postur tubuh tegap pria itu seketika membuat bulu kuduknya meremang. Dia berdiri membeku di tempat, dihantam oleh perasaan tak karuan. “Masuklah, Nona,” titah pria itu dengan nada datar tanpa paksaan. “Aku tidak mau,” tolak Dewi, melangkah menjauh dari mobil sedan tersebut. Namun, baru saja dia mengambil dua langkah mundur, telinganya menangkap suara seorang wanita memanggil dari dalam mobil. Dewi menoleh, melihat tangan wanita itu melambai, mengisyaratkan agar dia masuk. Setelahnya, mobil sedan itu melaju, meninggalkan area rumah sakit. “Jangan melihatku seperti itu!” ketus wanita berambut pirang kecokelatan, matanya melirik Dewi sekilas. “Denver memintaku menjemputmu.” Senyum kecil terukir di wajah Dewi saat nama itu terucap. Dia menunduk, menatap gaun merah muda yang membalut tubuhnya. Saat itu juga perasaan cemasnya menguap. “Bagus, ‘kan, pilihanku? Pagi tadi, Denver mendadak
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-06
อ่านเพิ่มเติม

Bab 70 : Manis dan Lembutnya Milikmu

Acara peresmian toko roti telah berakhir beberapa jam lalu. Denver memutuskan membawa Dewi langsung ke apartemen, mengingat malam yang semakin larut.Saat ini Dewi tengah duduk manis di meja makan apartemen. Dia menikmati cinnamon roll-nya. Aroma kayu manis masih menggantung di udara, berpadu dengan kehangatan ruangan yang temaram.Setelah mandi, pria itu keluar dari kamar hanya mengenakan celana pendek kasual, tubuhnya yang masih sedikit basah berkilauan diterpa lampu.Akan tetapi, Dewi tidak menyadari kehadiran Denver yang perlahan mendekat. Mata sipitnya terlalu fokus menikmati setiap gigitan cinnamon roll, sampai suara berat itu menyentak ketenangannya.“Apa malam ini kamu berencana menghabiskan satu kotak penuh cinnamon roll?” goda Denver dari belakang.Dewi terlonjak. Secara refleks dia memutar kepala ke arah suara itu, hanya untuk mendapati Denver berdiri santai tanpa atasan.Netranya langsung bersirobok dengan dada bidang yang memancarkan kehangatan. Wajah Dewi seketika merona
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-06
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
1
...
345678
DMCA.com Protection Status