All Chapters of Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Chapter 41 - Chapter 50

79 Chapters

Bab 41 : Romansa Terlarang

Denver melangkah cepat menuju kamar rawat Carissa, masih dihantui isi pesan yang baru diterimanya. Aroma antiseptic menusuk rongga hidung kala dia mendorong pintu hingga terbuka pelan-pelan. Lampu redup di dalam ruangan memancarkan suasana hening dan ganjil. Carissa tampak terlelap di atas ranjang, napas artis cantik itu tampak teratur. Namun Denver tetap berjaga-jaga.Beberapa detik Denver terdiam dan berdiri di ambang pintu. Dia memastikan tak ada orang lain di ruangan itu. Setelah yakin situasi aman, dia masuk dan mendekat ke sisi ranjang Carissa. Wajah cantik wanita itu tampak damai, tetapi bagi Denver, damai itu hanyalah kedok belaka.Tangan Denver merogoh saku celana, mengambil ponsel. Denver menekan tombol panggilan. Suara di ujung sana langsung menjawab.“Ruslan, lacak nomor telepon untukku,” Denver berkata pelan, suaranya terdengar datar, tetapi penuh tuntutan. Dia mengirim nomor misterius yang mengirim pesan padanya. “Cari tahu siapa pemiliknya, dan apa hubungannya dengan Car
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 42 : Lembut dan Nyaman

“Jangan! Aku tidak boleh menemui Dokter Denver sekarang,” gumam Dewi sangat pelan. Dia mati-matian mengendalikan rasa cemas, tangannya yang masih bergetar hebat tak mampu menahan ponsel, hingga benda itu terjatuh ke lantai. Dengan otot tegang di leher, Dewi buru-buru memungut ponsel. Dia tahu nasibnya berada di ujung tanduk. Foto itu, meski wajahnya sengaja diblur, tetap menunjukkan ciri-ciri yang hampir tidak terbantahkan. Siapa lagi jika bukan dia? Sedangkan Denver, hanya terlihat tangan dan tubuh bagian bawahnya. Jelas sekali siapa yang ingin dijatuhkan oleh sang pengambil gambar. Akibatnya, Dewi kehilangan konsentrasi bekerja. Gerak-gerik gadis itu penuh kewaspadaan. Rekan-rekannya pun mulai mengamati, beberapa melontarkan komentar pedas. Bahkan bersumpah akan mencari tahu siapa perempuan di foto itu. “Dewi, kamu pucat banget? Kamu sakit, ya?” tanya salah satu rekan di IGD. Pertanyaan itu membuat Dewi mak
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 43 : Di Sini Untukmu

“Apa yang paling bikin kamu takut sekarang?” tanya Denver, suaranya mengalun tenang dan penuh perhatian.Dewi menunduk, jemari rampingnya meremas pinggiran sofa abu-abu yang terasa dingin di tangan. Untuk sejenak dia terdiam, sebelum akhirnya menjawab dengan lirih, “Aku takut semuanya semakin buruk. Foto itu … dan apa yang akan orang-orang katakana nantinya, Dokter?”Denver menggeser posisi duduknya, mendekat. “Aku di sini untuk bantu kamu.”Dewi menatap Denver dengan mata sedikit kemerahan, lalu menyahut lirih, “Apa Dokter tahu apa yang mereka bicarakan di rumah sakit? Semuanya menyalahkan aku, kalau sampai terbukti ….” Suaranya tertahan dan menunduk.“Lihat aku,” potong Denver dengan lembut, membuat Dewi perlahan mengangkat wajahnya. “Aku pastikan tidak ada yang menyakitimu lagi.”Netra hitam Dewi berkaca-kaca mendengar ucapan Denver yang membuatnya merasa agak tenang.“Terima kasih, tapi … apa bisa aku melalui semua ini?” tanya gadis itu lirih.“Bisa!” jawab Denver dengan keyakinan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 44 : Pengakuan Carissa

Anda pasti tidak akan percaya siapa pelakunya, Pak,” kata Ruslan dengan ekspresi wajah tegang. Dia melangkah masuk ke ruang kerja Denver di rumah sakit setelah membuat janji sebelumnya.“Apa yang kamu temukan, Ruslan? Siapa peneror itu?” tanya Denver. Dia menegakkan punggung, kedua siku bertumpu di atas meja, jemarinya saling mengunci dan tatapan tajam mengarah pada asisten pribadinya.Ruslan menyerahkan tablet berisi laporan penting yang berhasil dikumpulkan dalam dua hari terakhir. Pria itu berdiri tegak di depan meja kerja Denver yang tampak rapi. Denver mengambil tablet itu, menggulir layar, membaca dengan seksama setiap kalimat. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal hingga bergetar. Sebuah dengusan keluar dari hidung Dokter itu, diikuti gelengan penuh amarah.“Jadi dia pelakunya,” geram Denver, “berani sekali dia mengusik Dewi! Apa kamu punya bukti transaksi penarikan uang di rekening Carissa?”“Pihak Bank hanya memberitahu ada transaksi mencurigakan. Mereka meminta Anda sela
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 45 : Profesional atau Hal Lain?

Sungguh saat ini Dewi merasa tegang hingga tangannya berkeringat dingin. Dia yakin orang yang menyekapnya adalah anak buah Bima atau mungkin debt collector. Namun, satu hal dikenalnya adalah aroma parfum maskulin milik seseorang. “Dokter Denver?” gumam Dewi sangat pelan. Pria itu mengangguk dan menggerakkan kepala, Dewi bisa melihat garis-garis wajah tegas Dokter tampan. Dia pun menghela napas lega karena bukan orang jahat di hadapannya. Hanya saja, pria itu menempelkan jari telunjuk pada bibirnya—memerintah Dewi tidak bersuara.Gadis itu pun paham dan mengangguk. Bahkan dia dapat melihat kehadiran seseorang melalui pantulan bodi mobil di sampingnya. ‘Mas Bima,’ katanya dalam hati. Dia tersenyum getir karena hubungan pernikahan macam apa ini, seorang istri takut menemui suaminya sendiri? Dewi lebih memilih bersama Denver. Tampak Bima sedang mencari-cari seseorang dengan kesal. Pria itu juga melakukan panggilan suara, entah siapa yang dihubungi. Hanya terlihat gerakan mulut saja. Ti
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 46 : Ketegangan Dua Pria

“Hmmm, Rudi, ya? Tapi … Rudi yang mana?” gumam Carissa sambil berjalan menuju balkon kamar. Tangannya menyalakan sebatang rokok, mengepulkan asap tipis membubung perlahan ke langit. Mata wanita itu menyipit, mengamati taman luas dan otaknya berpikir keras mencari-cari sosok pria kaya yang dibicarakan Bima beberapa hari lalu.Tiga hari ini Carissa menikmati ranjang empuk di kamar pribadinya. Namun, keindahan rumah mewah itu menjadi penjara. Kegiatan syuting terhenti sementara. Bahkan Denver terpaksa membayar denda besar kepada salah satu rumah produksi. Tapi bukan Carissa namanya kalau dia diam saja. Wanita itu meraih ponsel lain dari laci. Dengan senyuman tipis yang penuh rencana, dia mengetik pesan singkat dan mengirimkan kepada seseorang.Di tempat lain, suasana berbeda menyelimuti ruang perawatan VIP. Dewi duduk di samping tempat tidur sang ayah, Danang, yang kini tampak lebih segar. Senyum pria paruh baya itu merekah sambil membelai punggung tangan putri kebanggannya.“Makasih, Wi
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 47 : Karena Hujan

Suara langkah menggema di ruang tamu rumah kontrakan yang sepi. Hujan deras masih menghantam tanah di luar dan udara malam terasa menusuk tulang. Membuat Dewi menggigit bibir dengan kedua tangan menggenggam ujung sweater merah muda. Netra sipit gadis itu tidak lepas dari jendela. “Dewi?” panggil Danang memecah keheningan. Pria paruh baya itu melangkah mendekat, sorot matanya lembut. “Bima enggak jemput, ya? Mau menginap?” Dewi menggeleng cepat, lalu mengusap lengan berisi ayahnya dengan lembut. “Tidak perlu, Ayah. Dewi tunggu reda saja,” jawabnya seraya tersenyum tipis. Danang mengusap kepala Dewi pelan. “Ya, sudah. Kalau nanti pulang, pamit sama Danu saja. Ayah tidur dulu, ya?” “Iya, Ayah. Istirahatlah, jangan lupa pesan dokter.” Dewi mengangkat jari telunjuk, membuat Danang terkekeh kecil sebelum melangkah ke kamar di samping ruang keluarga. Sudah sepuluh hari ini Dewi menjenguk Danang pascalepas rawat. Dia tidak mengizinkan sang ayah pulang ke kampung halaman sebelum kondis
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 48: Menggebu

Dewi bergeming menatap punggung Denver yang perlahan menjauh. Ada rasa ragu menggelayut pikiran, seolah langkah pria itu menyiratkan sesuatu. Dia bergegas menutup pintu yang memberi suasana hening membuat dadanya sesak. Dia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran yang tidak menentu. Dengan langkah cepat, Dewi mengganti pakaian, dan merebahkan diri di atas ranjang. Namun, matanya tetap terbuka. Pikirannya mencoba memahami bagaimana Denver harus berpuasa.“Kali ini pembuahan harus berhasil,” gumam Dewi.Malam itu berlalu dalam gelisah. Keesokan harinya, Dewi terbangun dengan napas terengah. Dia meraih ponsel di atas nakas, melihat jam menunjukkan pukul 05.30. Gadis itu pun bergegas siap-siap bekerja.Sesampainya di rumah sakit, Dewi menaruh tas di loker, membawa ponsel dan uang secukupnya di saku. Saat briefing, matanya bertemu sepasang manik cokelat karamel di dalam ruangan luas in. Seketika, ingatan akan malam sebelumnya kembali menghantam.Selesai briefing, Dewi menjalankan
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 49 :Tak Bisa Menghindar

“Dewi …,” kata Denver di sela pagutan keduanya. Jakun pria itu turun naik, dan terasa jelas bagaimana celana panjang hitamnya mulai sesak. Dewi mengerang pelan, tubuhnya sedikit menggeliat ketika desakan itu menekan bagian bawah tubuhnya. Dia sudah dewasa, memahami apa yang mungkin akan terjadi. Namun, otaknya berperang dengan tubuhnya dipenuhi gelombang hormon memabukkan.“Aahh,” desahan tertahan meluncur dari bibir Dewi ketika satu tangan Denver perlahan menyentuh pahanya, masih tertutup oleh daster merah jambu.Gadis itu membelalakkan mata sipitnya, merasakan jemari pria itu kini menelusup ke balik kain tipis. Perintah otak untuk menghentikan tangan itu beradu dengan desakan tubuh untuk menyerah pada sentuhan.Oksitosin dan dopamin mengambil alih. Tubuh Dewi bereuforia, merespons sentuhan lembut menggetarkan. Ketika jemari Denver berani menarik kain terakhir yang melapisi, dia hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibir untuk menahan gejolak panas menyerang setiap sel tubuhnya.
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 50: Jejak yang Tersisa

Dewi masih memandang layar ponsel di meja dengan tatapan kosong. Nama ‘Istriku’ yang tertera membuat perasaan bersalah bercampur iri menyusup ke dalam hatinya.Dia tahu perasaan itu salah, tetapi makin sulit diabaikan. Dia pun segera menjauh dari Denver, duduk di pinggir ranjang dan membiarkan pria itu menerima panggilan suara. Dewi memandangi Denver yang berjalan menuju balkon sambil menggulir layar ponsel.Dia memilih tidak menguping, lalu membaringkan tubuh dan menarik selimut seolah melindungi diri dari kerapuhan.“Aku bodoh,” gumamnya pelan. Dewi menatap balkon yang hanya terhalang kaca dengan pandangan hampa. Lelehan hangat seketika mengalir sebelum akhirnya dia tertidur.Sedangkan di balkon, Denver mendengkus ketika mendengar istrinya meminta uang.“Ayolah, Baby, kirim 50 juta. Aku takut gaunnya dibeli orang duluan,” rengek Carissa.“Bukannya gaunmu sudah banyak?” Denver memijat pelipis karena wanita itu menjadikan dirinya bagai mesin ATM hidup.“Ini ‘kan untuk hari spesial kit
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status