Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 31 - Bab 40

79 Bab

Bab 31 : Pesona Dokter Tampan

[Nona Dewi ada di apartemen, Pak.] Pesan teks itu dibaca oleh Denver. Dia langsung memutar arah laju mobil menuju apartemen. Setengah jam kemudian, Denver menginjakkan kaki di The Luxury RB Apartement. Dia pun menaruh ibu jari pada alat sensor. Detik itu juga terdengar suara kecil pertanda kunci berhasil terbuka. Terdengar kebisingan dari dapur, Denver memelankan langkah sepatu derby-nya. Sudut bibir pria itu melengkung melihat Dewi sedang berdiri menghadap kompor. Iris cokelat karamelnya juga tertuju pada bokong berisi milik gadis itu. Jakun Denver turun naik melihat lekuk tubuh Dewi. Padahal gadis itu menggunakan celana panjang dan kaos berlengan pendek dengan gambar Kuromi. Namun, gairah Dokter tampan bergejolak. Lagi, Denver mengendap sampai berdiri tepat di belakang gadis miliknya. Pria itu melingkarkan tangan pada perut rata dan menempelkan pipi di telinga Dewi. “Ya ampun!” pekik Dewi. Refleks dia mengangkat sendok sayur hendak memukul Denver, tetapi setelah melihat paras t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 32 : Aku Mau Cerai, Mas!

"Perempuan itu ...," gumam Dewi yang mematung, tubuhnya membeku. Sosok yang terbaring di ranjang IGD membuat dadanya sesak dan napasnya mendadak berat. Itu Yessy. Di bilik informasi, Denver berdiri tenang, berbicara dengan dokter jaga. Sosok bertubuh jangkung itu terlihat kokoh, berbeda dengan Dewi yang hampir kehilangan keseimbangan. “Dewi? Kenapa kamu di sini? Ini bukan jam tugas kamu!” Suara seorang teman perawat mengejutkan Dewi. Temannya itu sibuk dengan tumpukan obat-obatan. Dewi tersentak, buru-buru mencari alasan. “Itu... ada barang ketinggalan,” jawabnya tergagap. Wajah Dewi menunduk, berusaha menghindari tatapan temannya. Dia tidak ingin kedatangannya bersama Denver menjadi bahan pembicaraan. “Oh, bantu aku, ya. Hubungi keluarga pasien Yessy. Kandungannya keguguran,” kata temannya cepat sebelum berlalu. 'Kandungannya ... keguguran,' ulang Dewi dalam hati bagai dihantam palu godam. Tangannya refleks memegangi perut, seolah rasa sakit Yessy menjalar ke tubuhnya sendiri. Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 33 : Dilindungi

[Aku ada di depan rumahmu! Cepat suruh pengawal membuka pintu!] Carissa menghela napas panjang membaca pesan itu. Naskah sinetron yang tadinya digenggam dilempar ke meja. Dengan wajah masam, dia melangkah keluar kamar, sepatu hak tingginya mengetuk lantai marmer menuju lantai bawah. “Buka gerbang!” perintah Carissa kepada pengawal. Bima masuk dengan langkah lebar dan sikap meledak-ledak. Carissa duduk bersandar di sofa mewah ruang tamu. Dia melipat tangan di depan dada, menatap adik sepupu dengan alis terangkat. “Mau apa?” hardiknya, “ganggu orang aja!” Bima melangkah mendekat. Dia tidak membuang waktu untuk basa-basi. “Jaga suamimu! Jangan sibuk syuting terus, nanti Denver selingkuh!” Kata-kata itu menghentak di ruang tamu seperti pecahan kaca. Carissa tidak langsung merespons. Dia memiringkan kepala, mencoba mencerna ucapan itu, sebelum akhirnya meledak dan tawa keras menggema. “Kamu serius?” Carissa berdiri, bertolak pinggang. Matanya menyipit, penuh ejekan. “Dengar, y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 34 : Ditunggu-tunggu

“Jangan kasihan padaku, Dokter,” kata gadis itu, “berikan saja uang sesuai kesepakatan.” Dewi memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya. Satu detik berikutnya dia merasakan sentuhan lembut menyapu kedua belah bibir merah muda. Gadis itu membuka mata dan tatapannya terkunci kepada Denver. Dokter tampan itu tidak tersenyum, tetapi makna tersirat cukup jelas melalui sorot matanya. Seketika Dewi merasa dilindungi dan nyaman, ya, sesuatu yang belum pernah dia dapatkan dari Bima, suaminya. “Lalu bagaimana caramu membayarnya?” tanya Denver, ada penekanan pada ucapannya. “Dicicil dengan gajiku, tentunya. Setelah melahirkan, aku akan lanjut kuliah lagi. Bukankah gajiku juga bertambah, Dokter?” Pertanyaan Dewi membuat Denver tertawa kecil. Sebagai pria yang memiliki segalanya, tentu saja dia ingin gadisnya memohon. Namun, tidak dengan Dewi, justru gadis itu memilih berjuang sendiri. “Kamu bisa mengikuti seleksi beasiswa di J&B Pharmacy. Semoga lulus,” goda Denver seraya mengerling sebel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 35 : Panas Dingin

Beberapa hari ini Dewi banyak melamun, karena gagalnya proses pembuahan. Dia menatap televisi, tetapi tidak fokus. Sampai akhirnya dering ponsel di atas meja mengejutkan gadis itu. Dengan cepat dia menerima panggilan suara itu. “Turunlah, aku tunggu di basement," titah seseorang di seberang sana. “Ta--pi, halo? Halo?” Panggilan suara itu terputus sepihak. Dewi mengerutkan kening dan menatap jam pada layar pipih. Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Akhir pekan ini momen pas untuk bersantai. Hanya saja dia sungkan membantah perintah orang itu. Ya, Dewi merapikan penampilannya dan bergegas turun ke basement. Sesampainya di ruang bawah tanah, netra sipit Dewi disuguhkan keindahan dari motor yang memiliki desain elegan dan berkelas. Dia mengagumi kendaraan berlapis krom mengilap, berpadu dengan cat merah burgundy serta bagian knalpot ganda berbahan stainless steel dan velg klasik dengan roda besar. Kendaraan itu menjadikan seorang pria di atasnya makin memesona dan iris hitam Dewi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 36 : Tambah Dalam dan Menuntut

“Dokter mau apa?” tanya Dewi. Netra hitam pekatnya mengamati setiap gerakan Denver.Suara maskulin Denver menyahut, “Menurutmu aku mau apa?”Gadis itu mereguk saliva ketika Denver menanggalkan jaket kulit dan melempar pelan ke arah Dewi. Namun, dia tidak bisa menangkap dengan baik, sebab kedua tangannya mendadak tremor.Ekspresi Denver tampak dingin, seolah pria itu berniat menghardik Dewi karena menjatuhkan jaket kulit. Gadis itu gelagapan ketika Denver mengikis jarak dan berdiri tepat di hadapannya. Denver mengambil jaketnya dan menyerahkan ke pelukan Dewi.Kegugupan Dewi makin bertambah kala Denver mengangkat tubuh mungilnya dan mendudukkan gadis itu di atas meja konter besar.“Ah!” pekik Dewi.“Tunggulah di sini,” bisik pria itu seraya menyapukan jemari ramping di pipi Dewi.Setelah itu, Denver menggunakan apron dan memfillet ikan dori. Ya, Dokter tampan membawa Dewi ke dapur salah satu café terkenal di Ibu Kota. Tadinya, gadis itu berpikir akan berakhir mendesah di atas ranjang e
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 37 : Nasib Jadi ....

Refleks Dewi mendorong tubuh Denver hingga pria itu mundur. Keduanya sama-sama terkejut menatap ke arah pintu rooftop. Di sana, berdiri seorang wanita berambut pirang kecokelatan sedang menatap sengit kepada pasangan terlarang itu. “Pantas aja aku telepon enggak diangkat. Ternyata kamu … ya, ampun Denver!” pekik wanita itu sambil memijat pelipis yang terasa berdenyut ketika melihat Denver mencium Dewi penuh perasaan. “Bukannya kamu sudah pulang? Untuk apa datang ke sini lagi, Val?” tanya pria itu dengan santai. Padahal Denver terciduk selingkuh. Sedangkan Dewi menunduk, dia tidak kuasa ditatap tajam menusuk oleh wanita cantik di hadapannya. Dua tangan Dewi meremas tali tas yang menempel di badannya. Gadis itu menyakini nasibnya sudah berakhir dan Denver pasti meninggalkannya, lalu bagaimana dengan semua uang pemberian pria itu, sungguh dia tidak akan bisa membayarnya. “Apa kamu tahu kalau istrimu si Carissa itu kecelakaan? Sekarang dia ada di Rumah sakit JB, Denver! Cepatlah k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 38 : Di Dalam Lift

“Kamu serius Ruslan?” tanya Denver dengan mata menyipit dan kedua tangan yang terkepal sampai buku jarinya memutih. Embusan napas pria itu terdengar kasar dan berat selesai membaca email yang dikirim bawahannya. "Benar, Pak. Ada dugaan kecelakaan itu disengaja dan direncanakan karena rem mobil Nyonya Carissa dilepas. Tapi saya belum menemukan pelakunya,” kata Ruslan melalui sambungan telepon. “Selidiki terus Ruslan, jangan lengah!” titah Dokter tampan. Kali ini tatapan Denver bergeser pada Carissa yang masih tidur. “Dilaksanakan Pak!” sahut Ruslan. Sambungan telepon berakhir. Namun Denver masih menatap layar pipih di tangannya. Dia memeriksa aplikasi chat, tidak ada balasan apa pun dari Dewi. Dia mendesah dan bersandar pada dinding, tentu karena perasaan asing merayap dalam hati. Denver teringat tatapan sendu Dewi ketika semalam dia tinggalkan bersama Valerie. Beruntung Adik Sepupu itu bisa diandalkan mengantar Dewi dengan selamat ke apartemen. Saat ini Denver berdiri di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 39: Menghilang Ke Mana?

Rasa penasaran mendalam menuntun langkah Dewi mengikuti pria misterius yang menggendong anak kecil. Mata sipitnya tercengang ketika sosok itu masuk ke ruang rawat Carissa. Bahkan pria itu sempat menyeringai kepada Dewi. “Siapa dia?” gumam Dewi. Entah mengapa bulu kuduknya merinding.Dewi kembali berjalan mendekati bangsal rawat Carissa. Dia ingin tahu ada hubungan apa antara istri Denver dengan anak kecil cantik itu. Hanya saja, getar pada ponsel mengganggu. Dia menghela napas ketika rekan satu tim mengirimkan pesan:[Wi, ada tamu, nih. Nyari kamu, sambil nangis. Cepat ke ruang informasi IGD!]Terpaksa Dewi memutar arah badan. Dia pun berjalan meninggalkan area presidential suite.Sedangkan di dalam ruang perawatan Carissa, seorang pria berdiri di balik pintu, kemudian mengintip ke luar kamar. “Chico, kenapa kamu datang ke sini?! Dan kamu lagi ngapain?” sembur Carissa. “Berani banget kamu bawa Caca ke sini!” “Caca kangen sama kamu. Dia demam.” Pria itu berjalan mendekati ranjang pas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 40 : Sikap Lembut dan Manis

Dewi masih menunggu sampai satu jam lamanya. Embusan angin makin dingin menusuk kulit membuat setiap helaan napas berasap tipis. Gadis itu tidak menggunakan jaket tebal, hanya blus panjang merah muda. Netra sipitnya juga selalu menatap ke arah kedatangan mobil. Sayang, tidak ada siapa pun yang dikenal.Ketika gerimis berjatuhan, Dewi mulai ragu menunggu lebih lama lagi. Namun, saat hujan makin deras, dia memutar badan menuju rumah sakit. Gadis itu sempat menatap koridor panjang di mana letak poli obgyn, masih ramai memang.“Seingatku, Dokter Denver tidak praktik sampai malam,” gumam gadis itu sambil memandangi beberapa ibu hamil.Pada akhirnya Dewi memilih duduk bersama Danu di depan ICU—menunggui Danang. Tentu saja penampilan cantik gadis itu menimbulkan kecurigaan dari kakaknya.“Oh … Bima lupa jemput? Mungkin dia lagi ketemu klien,” kata Danu yang begitu santai mengupas kacang kulit panggang.Dewi menoleh dan memperhatikan Danu. Meskipun selalu galak dan menuntutnya menginkuti kehen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status