Tous les chapitres de : Chapitre 21 - Chapitre 30

79

Bab 21 : Aroma Parfum ini

Tubuh Denver terbaring di atas ranjang berseprai putih. Dia menatap langit-langit kamar dan terbayang wajah manis Dewi. Dia juga teringat ‘malam panas’ bersama gadis itu. Meskipun bukan pertama kali bercinta, tetapi Dever merasa sensasi berbeda dengan Dewi. Seingatnya, dia tidak mendapati kesulitan yang sama saat malam pertama bersama Carissa. Dia tahu, istrinya bukanlah perawan. Namun, Denver tidak mempermasalahkan itu, termasuk ketika Carissa memberikan jawaban tak masuk akal. Dia yakin setiap orang memiliki masa lalu, dan terpenting mau berubah menjadi lebih baik. Denver meraih ponsel dari meja nakas dan mengetik pesan kepada Dewi.[Aku di Jakarta, sementara waktu jangan menghubungiku.]Pesan terkirim dan pria itu langsung menghapus seluruh chat serta panggilan telepon yang berhubungan dengan Dewi. Tentu saja dia melakukan itu karena memiliki alasan tersendiri.Denver tidak mengharap balasan, karena tahu gadis itu pasti mematuhinya.Akan tetapi, siapa sangka saat ini Dewi sedang
last updateDernière mise à jour : 2024-12-14
Read More

Bab 22 : Perlakuan Berbeda

“Ada apa, Sayang?” Suara ini terdengar familiar di telinga Dewi.“Pembantu ini nabrak aku. Lihat deh bajuku jadi basah gini,” ketus seroang wanita cantik bertubuh ramping dan seksi.Seketika Dewi mengangkat pandangan dan … kelopak mata sipitnya melebar mendapati seseorang tidak asing sedang berdiri di sampingnya. Namun, pandangan pria itu tertuju kepada wanita yang sedang mengangkat dagu dengan angkuh di hadapan Dewi.Dewi mereguk air liur yang mendadak mengental dan menyakitkan, lalu hatinya berucap lirih, ‘Kenapa Dokter Denver dan istrinya ada di sini?’“Loh, kamu ‘kan suster di Rumah Sakit JB? Kenapa ada di sini? Ngapain?” berondong wanita itu yang menghunuskan tatapan setajam belati kepada Dewi.Detik itu juga Denver menoleh ke samping. Iris cokelat karamel pria itu mengunci Dewi pada tatapan. Namun buru-buru Denver menguasai diri.“Benar, Carissa. Dia perawat di rumah sakit,” kata Denver dan suaranya merambat dingin ke gendang telinga.“Oh. Dia merangkap pembantu juga kalau weeke
last updateDernière mise à jour : 2024-12-14
Read More

Bab 23 : Desahan Wanita

“Turun!” bentak orang itu lagi dari depan mobil.Dewi tercekat mendengar suara lantang itu. Mendadak sekujur tubuhya menjadi dingin karena tertangkap basah seperti ini. Dia menatap Denver dengan sorot mata mendalam dan ekspresi wajah menegang.Akan tetapi, Denver tidak terprovokasi. Sikap pria itu teramat tenang seolah tidak terjadi apa pun. Bahkan dia menggenggam lembut tangan Dewi, dan melalui sentuhan itu perasaan Dewi sedikit tenang.“Kita turun,” kata Denver.Dewi mengangguk. Keduanya ke luar dari mobil, dan disambut tatapan menyala bagai bara api.“Aku tanya, apa yang kalian lakukan di sini?!” tuntut orang itu menagih jawaban yang tentu saja ingin memuaskan keingintahuan.“Jangan salah paham, Mas.” Suara Dewi mengalun lemah lembut untuk menenangkan sang suami, meskipun dia tahu itu percuma.Bima tersenyum sinis dan menarik lengan Dewi secara kasar, membuat gadis itu terhuyung.Denver yang semula tenang, kini membalas tatapan tajam ke arah Bima. “Istrimu terluka, jadi aku obati,”
last updateDernière mise à jour : 2024-12-15
Read More

Bab 24 : Sentuhan yang Menggelora

“Di mana Dewi? Kenapa dia belum datang ke ruanganku?” tanya Denver kepada seorang petugas yang mengantar berkas ke ruangannya. Ya, sejak semalam pria itu sulit menghubungi Dewi. Ponsel gadis itu tidak aktif, dilacak pun keberadaan terakhirnya di halte. Sedangkan di apartemen kosong. Dia memikirkan Dewi semalaman dan teringat kejadian di garasi. Siang ini setelah melakukan operasi caesar, dia tidak mendapati Dewi baik di ruang praktik atau direktur utama. “Oh, Mbak Dewi baru selesai makan siang Pak Dokter. Kasihan Mbak Dewi semalam menginap di ruang istirahat IGD,” kata petugas itu membuat Denver mengerutkan alis. “Saya permisi Pak Dokter.” Staf itu pamit dan berjalan menuju pintu. “Sampaikan pada Dewi ke ruanganku sekarang!” titah Dokter Denver dengan nada datar. “Siap. Laksanakan Pak.” Staf ke luar ruangan. Sedangkan Denver meresapi percakapan barusan. Ujung jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja dan isi pikirannya menerka-nerka kemungkinan yang terjadi pada Dewi. Hampir sep
last updateDernière mise à jour : 2024-12-15
Read More

Bab 25 : Istri dan Selingkuhan

Satu jam sebelumnya.“Di mana Denver?” tuntut seorang wanita berlekuk tubuh bak gitar Spanyol dan berpenampilan seksi serta modis.“Pak Denver tidak ada di sini, Nyonya,” jawab seseorang yang terkejut melihat kedatangan wanita cantik itu.“Heh Rudi, jangan bohong! Suamiku bilang ada rapat pemegang saham di J&B Pharmacy.” Wanita itu menaruh kedua tangan di dipinggang dan menatap arogan kepada COO perusahaan farmasi ini—Rudi.Rudi mengelus dada didesak oleh istri atasannya. Pria plontos itu hendak menghubungi Denver, tetapi wanita di hadapannya melengos dan menerobos masuk ke ruang CEO. Dia mengurungkan niat, lalu berlari mengejar wanita itu.“Nyonya Carissa tidak boleh masuk!” tegur Rudi mengingat sang pemilik ruangan tidak ada di tempat.“Kenapa tidak boleh? Ini ruang kerja suamiku. Di mana dia? Masih di rumah sakit?” berondong Carissa dengan ekspresi galak.Rudi menggeleng. Namun, Carissa mencebik dan melenggang ke luar dari ruang CEO. Wanita itu langsung menggunakan masker putih, la
last updateDernière mise à jour : 2024-12-16
Read More

Bab 26 : Ketahuan?

Atmosfer ruangan seketika berubah tegang. Bahkan oksigen seolah menghilang entah ke mana. Dewi menahan napas di bawah meja. Dia berkeringat dingin karena nasibnya tinggal menghitung detik. “Jangan. Tidak boleh ketahuan,” ucap gadis itu tanpa suara. Denver bertahan duduk di tepi meja. Sebisa mungkin dia bersikap tenang. Jika ketahuan memiliki simpanan pun dia akan mengaku. Lagi pula Denver tidak berhubungan intim bersama Dewi di ruangan ini. “Apa?” tanya pria itu mengangkat dagu. Carissa berjalan jongkok mendekati meja dan menurunkan kepala. Wanita berambut kemerahan itu memerhatikan sesuatu di bawahnya. “Ini apa?” tanya Carissa menunjukkan sesuatu yang dipungut dari atas lantai. “Kamu makan permen karet? Aneh,” celetuknya. Artis cantik itu membuka bungkus permen karet dan mengunyah. “Ih, permen karet apaan, nih? Murahan banget rasanya.” Wanita itu berlari ke toilet dan melepeh permen karet merah muda. Dewi menghela napas panjang di bawah meja. Keringat sebesar biji jagung
last updateDernière mise à jour : 2024-12-16
Read More

Bab 27 : Minta Bantuan Lagi?

“Mas Bima?” panggil Dewi tanpa suara. Jemari ramping gadis itu mengusap dada, rasa bersalah mengganjal di hatinya. Dia telah membohongi Bima! Ya, pria itu pasti belum mengetahui bahwa proses pembuahan dilakukan secara alami. Meskipun Bima selalu menyakiti fisik dan batinnya, Dewi pernah mencintai pria itu. Pernah mengharapkan balasan cinta. Namun, sekarang … perasaan itu justru berbalik melukainya, merobek hati tulus yang dulu bodoh mengharapkan pria yang bahkan tak pernah benar-benar menganggapnya ada. Dewi menelan ludah, mengepalkan tangan saat ingatan menguak luka lama, bagaimana Bima dengan tega menjualnya kepada Denver demi uang. Suami macam apa yang menyerahkan keperawanan istrinya kepada pria lain? Tanpa sadar, air mata mengalir diam-diam. 'Sebaiknya kita tidak bertemu lagi, Mas,' batinnya getir. Gadis itu menempelkan kartu akses pada sensor. Namun suara berat Bima membuyarkan lamunannya. “Hey, tunggu aku! Kamu mau ke mana?” Dewi menoleh dan beradu pandang dengan suaminya.
last updateDernière mise à jour : 2024-12-17
Read More

Bab 28 : Apa Kamu Mencintainya?

Satu jam sebelumnya seorang pria duduk di ruang makan. Bukan makan, tetapi dia membaca pesan yang dikirim seseorang. [Aku pulang pagi. Selamat tidur, Baby.] Detik berikutnya satu pesan kembali masuk. [Pak Denver, saya dapat informasi Bima datang ke apartemen. Dia menunggu Nona Dewi di lobi.] Detik itu juga Denver meninggalkan rumah mewahnya di kawasan perumahan elit. Mobil Audi hitam melaju dengan kecepatan sedang. Kendaraan roda empat itu terhenti di basement gedung apartemen mewah. Kaki pria itu melangkah lebar menuju salah satu unit. Begitu pintu terbuka, iris cokelat karamelnya tertuju pada pintu kamar yang tertutup rapat. Terkunci. Akan tetapi, dia tahu cara membukanya. Tempat ini miliknya. Pintu terbuka dan sepi. Namun, sayup-sayup dia mendengar gemericik air dari kamar mandi. “Dewi …,” desah pria itu. Lagi, pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Mudah juga bagi Denver membuka dengan kunci cadangan. Denver mengembus karbondioksida dengan panjang. Iris cokel
last updateDernière mise à jour : 2024-12-17
Read More

Bab 29 : Lebih Berhak Dibanding Kamu

“Di mana Dokter Denver?” tanya Dewi. Dia menatap ke penjuru sudut apartemen mewah ini. Sepi. Dia sempat berpikir mungkin saja Denver ada di dapur. Ternyata … tidak ada sosok pria bertelanjang dada yang biasanya sedang memasak. “Non, ayo, sarapan.” Ucapan asisten rumah tangga membuat fokus Dewi buyar. Gadis itu tersenyum dan menatap piring berisi sandwich ikan dan telur dilengkapi sayuran hijau dan tomat segar. Kemudian di sampingnya ada segelas susu serta potongan buah. Pundak gadis itu terkulai lemas karena bosan dan sarapan seperti ini tidak sesuai dengan lidahnya. Dia merindukan makanan lain. Sekarang hidup Dewi terikat dan terkekang dengan perjanjian gila ini. “Dihabiskan, Non. Ini Pak Denver yang masak.” Asisten rumah tangga itu menaruh secarik kertas berisi kata-kata tulis tangan. Dewi menatap kertas putih berbentuk segiempat, lalu menatap pelayan dan berkata, “Terima kasih, Bik.” Sambil berusaha menikmati sarapannya, dia membaca isi pesan Denver. [Habiskan sarapanmu, ja
last updateDernière mise à jour : 2024-12-18
Read More

Bab 30 : Ke Mana Dewi?

Sepulang kerja, Dewi memutuskan menemui Danu di rumah Bima.“Sampai Ayah sembuh, Kakak mau menginap di sini,” tegas Danu sambil memperhatikan sepasang suami istri yang terlihat kaku dan bermusuhan. “Kamar tamu di mana?” tanyanya.Dewi menjadi panik, berbanding terbalik dengan Bima yang tersenyum puas melihat kesulitan sang istri. Telunjuk Bima tertuju pada lorong sempit di samping dapur.“Umm … Kak, aku—”Ucapan Dewi terpotong karena Danu menyela, “ Adik-adik sudah Kakak titip sama Budhe. Debt collector datang terus ke rumah.”“Kakak nunggak bayar cicilan?” geram Dewi melihat Danu yang seenak jidat kabur dari masalah.“Makanya Kakak bilang sama kamu pinjam uang 50 juta!” sembur pria itu membuat Dewi geleng-geleng. Kemudian, Danu melenggang pergi menuju salah satu kamar tamu.Sedangkan Bima tampak menikmati perdebatan antara Kakak dan Adik. Pria itu duduk santai di sofa sambil bertepuk tangan tak bersuara.“Apa kubilang. Minta saja sama Pak Rudi. Gampang Dewi. Sekalian mobil dan rumah,
last updateDernière mise à jour : 2024-12-18
Read More
Dernier
1234568
DMCA.com Protection Status