Share

Bab 23 : Desahan Wanita

Author: NACL
last update Last Updated: 2024-12-15 09:09:31

“Turun!” bentak orang itu lagi dari depan mobil.

Dewi tercekat mendengar suara lantang itu. Mendadak sekujur tubuhya menjadi dingin karena tertangkap basah seperti ini. Dia menatap Denver dengan sorot mata mendalam dan ekspresi wajah menegang.

Akan tetapi, Denver tidak terprovokasi. Sikap pria itu teramat tenang seolah tidak terjadi apa pun. Bahkan dia menggenggam lembut tangan Dewi, dan melalui sentuhan itu perasaan Dewi sedikit tenang.

“Kita turun,” kata Denver.

Dewi mengangguk. Keduanya ke luar dari mobil, dan disambut tatapan menyala bagai bara api.

“Aku tanya, apa yang kalian lakukan di sini?!” tuntut orang itu menagih jawaban yang tentu saja ingin memuaskan keingintahuan.

“Jangan salah paham, Mas.” Suara Dewi mengalun lemah lembut untuk menenangkan sang suami, meskipun dia tahu itu percuma.

Bima tersenyum sinis dan menarik lengan Dewi secara kasar, membuat gadis itu terhuyung.

Denver yang semula tenang, kini membalas tatapan tajam ke arah Bima. “Istrimu terluka, jadi aku obati,”
NACL

Selamat hari Minggu Goodreaders ^^ Jaga kesehatan semuanya, karena cuaca diguyur hujan terus. Boleh dong kasih komentarnya ^^ Terima kasih. Ngomong ngomong ada yang baca kah sampai sini?

| 3
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
kasih hukuman apa dong untuk Bima?
goodnovel comment avatar
Imelda
duuhhh Dewi ga seberuntung namamu... punya suami kok jahat bngt sih???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 24 : Sentuhan yang Menggelora

    “Di mana Dewi? Kenapa dia belum datang ke ruanganku?” tanya Denver kepada seorang petugas yang mengantar berkas ke ruangannya. Ya, sejak semalam pria itu sulit menghubungi Dewi. Ponsel gadis itu tidak aktif, dilacak pun keberadaan terakhirnya di halte. Sedangkan di apartemen kosong. Dia memikirkan Dewi semalaman dan teringat kejadian di garasi. Siang ini setelah melakukan operasi caesar, dia tidak mendapati Dewi baik di ruang praktik atau direktur utama. “Oh, Mbak Dewi baru selesai makan siang Pak Dokter. Kasihan Mbak Dewi semalam menginap di ruang istirahat IGD,” kata petugas itu membuat Denver mengerutkan alis. “Saya permisi Pak Dokter.” Staf itu pamit dan berjalan menuju pintu. “Sampaikan pada Dewi ke ruanganku sekarang!” titah Dokter Denver dengan nada datar. “Siap. Laksanakan Pak.” Staf ke luar ruangan. Sedangkan Denver meresapi percakapan barusan. Ujung jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja dan isi pikirannya menerka-nerka kemungkinan yang terjadi pada Dewi. Hampir sep

    Last Updated : 2024-12-15
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 25 : Istri dan Selingkuhan

    Satu jam sebelumnya.“Di mana Denver?” tuntut seorang wanita berlekuk tubuh bak gitar Spanyol dan berpenampilan seksi serta modis.“Pak Denver tidak ada di sini, Nyonya,” jawab seseorang yang terkejut melihat kedatangan wanita cantik itu.“Heh Rudi, jangan bohong! Suamiku bilang ada rapat pemegang saham di J&B Pharmacy.” Wanita itu menaruh kedua tangan di dipinggang dan menatap arogan kepada COO perusahaan farmasi ini—Rudi.Rudi mengelus dada didesak oleh istri atasannya. Pria plontos itu hendak menghubungi Denver, tetapi wanita di hadapannya melengos dan menerobos masuk ke ruang CEO. Dia mengurungkan niat, lalu berlari mengejar wanita itu.“Nyonya Carissa tidak boleh masuk!” tegur Rudi mengingat sang pemilik ruangan tidak ada di tempat.“Kenapa tidak boleh? Ini ruang kerja suamiku. Di mana dia? Masih di rumah sakit?” berondong Carissa dengan ekspresi galak.Rudi menggeleng. Namun, Carissa mencebik dan melenggang ke luar dari ruang CEO. Wanita itu langsung menggunakan masker putih, la

    Last Updated : 2024-12-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 26 : Ketahuan?

    Atmosfer ruangan seketika berubah tegang. Bahkan oksigen seolah menghilang entah ke mana. Dewi menahan napas di bawah meja. Dia berkeringat dingin karena nasibnya tinggal menghitung detik. “Jangan. Tidak boleh ketahuan,” ucap gadis itu tanpa suara. Denver bertahan duduk di tepi meja. Sebisa mungkin dia bersikap tenang. Jika ketahuan memiliki simpanan pun dia akan mengaku. Lagi pula Denver tidak berhubungan intim bersama Dewi di ruangan ini. “Apa?” tanya pria itu mengangkat dagu. Carissa berjalan jongkok mendekati meja dan menurunkan kepala. Wanita berambut kemerahan itu memerhatikan sesuatu di bawahnya. “Ini apa?” tanya Carissa menunjukkan sesuatu yang dipungut dari atas lantai. “Kamu makan permen karet? Aneh,” celetuknya. Artis cantik itu membuka bungkus permen karet dan mengunyah. “Ih, permen karet apaan, nih? Murahan banget rasanya.” Wanita itu berlari ke toilet dan melepeh permen karet merah muda. Dewi menghela napas panjang di bawah meja. Keringat sebesar biji jagung

    Last Updated : 2024-12-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 27 : Minta Bantuan Lagi?

    “Mas Bima?” panggil Dewi tanpa suara. Jemari ramping gadis itu mengusap dada, rasa bersalah mengganjal di hatinya. Dia telah membohongi Bima! Ya, pria itu pasti belum mengetahui bahwa proses pembuahan dilakukan secara alami. Meskipun Bima selalu menyakiti fisik dan batinnya, Dewi pernah mencintai pria itu. Pernah mengharapkan balasan cinta. Namun, sekarang … perasaan itu justru berbalik melukainya, merobek hati tulus yang dulu bodoh mengharapkan pria yang bahkan tak pernah benar-benar menganggapnya ada. Dewi menelan ludah, mengepalkan tangan saat ingatan menguak luka lama, bagaimana Bima dengan tega menjualnya kepada Denver demi uang. Suami macam apa yang menyerahkan keperawanan istrinya kepada pria lain? Tanpa sadar, air mata mengalir diam-diam. 'Sebaiknya kita tidak bertemu lagi, Mas,' batinnya getir. Gadis itu menempelkan kartu akses pada sensor. Namun suara berat Bima membuyarkan lamunannya. “Hey, tunggu aku! Kamu mau ke mana?” Dewi menoleh dan beradu pandang dengan suaminya.

    Last Updated : 2024-12-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 28 : Apa Kamu Mencintainya?

    Satu jam sebelumnya seorang pria duduk di ruang makan. Bukan makan, tetapi dia membaca pesan yang dikirim seseorang. [Aku pulang pagi. Selamat tidur, Baby.] Detik berikutnya satu pesan kembali masuk. [Pak Denver, saya dapat informasi Bima datang ke apartemen. Dia menunggu Nona Dewi di lobi.] Detik itu juga Denver meninggalkan rumah mewahnya di kawasan perumahan elit. Mobil Audi hitam melaju dengan kecepatan sedang. Kendaraan roda empat itu terhenti di basement gedung apartemen mewah. Kaki pria itu melangkah lebar menuju salah satu unit. Begitu pintu terbuka, iris cokelat karamelnya tertuju pada pintu kamar yang tertutup rapat. Terkunci. Akan tetapi, dia tahu cara membukanya. Tempat ini miliknya. Pintu terbuka dan sepi. Namun, sayup-sayup dia mendengar gemericik air dari kamar mandi. “Dewi …,” desah pria itu. Lagi, pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Mudah juga bagi Denver membuka dengan kunci cadangan. Denver mengembus karbondioksida dengan panjang. Iris cokel

    Last Updated : 2024-12-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 29 : Lebih Berhak Dibanding Kamu

    “Di mana Dokter Denver?” tanya Dewi. Dia menatap ke penjuru sudut apartemen mewah ini. Sepi. Dia sempat berpikir mungkin saja Denver ada di dapur. Ternyata … tidak ada sosok pria bertelanjang dada yang biasanya sedang memasak. “Non, ayo, sarapan.” Ucapan asisten rumah tangga membuat fokus Dewi buyar. Gadis itu tersenyum dan menatap piring berisi sandwich ikan dan telur dilengkapi sayuran hijau dan tomat segar. Kemudian di sampingnya ada segelas susu serta potongan buah. Pundak gadis itu terkulai lemas karena bosan dan sarapan seperti ini tidak sesuai dengan lidahnya. Dia merindukan makanan lain. Sekarang hidup Dewi terikat dan terkekang dengan perjanjian gila ini. “Dihabiskan, Non. Ini Pak Denver yang masak.” Asisten rumah tangga itu menaruh secarik kertas berisi kata-kata tulis tangan. Dewi menatap kertas putih berbentuk segiempat, lalu menatap pelayan dan berkata, “Terima kasih, Bik.” Sambil berusaha menikmati sarapannya, dia membaca isi pesan Denver. [Habiskan sarapanmu, ja

    Last Updated : 2024-12-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 30 : Ke Mana Dewi?

    Sepulang kerja, Dewi memutuskan menemui Danu di rumah Bima.“Sampai Ayah sembuh, Kakak mau menginap di sini,” tegas Danu sambil memperhatikan sepasang suami istri yang terlihat kaku dan bermusuhan. “Kamar tamu di mana?” tanyanya.Dewi menjadi panik, berbanding terbalik dengan Bima yang tersenyum puas melihat kesulitan sang istri. Telunjuk Bima tertuju pada lorong sempit di samping dapur.“Umm … Kak, aku—”Ucapan Dewi terpotong karena Danu menyela, “ Adik-adik sudah Kakak titip sama Budhe. Debt collector datang terus ke rumah.”“Kakak nunggak bayar cicilan?” geram Dewi melihat Danu yang seenak jidat kabur dari masalah.“Makanya Kakak bilang sama kamu pinjam uang 50 juta!” sembur pria itu membuat Dewi geleng-geleng. Kemudian, Danu melenggang pergi menuju salah satu kamar tamu.Sedangkan Bima tampak menikmati perdebatan antara Kakak dan Adik. Pria itu duduk santai di sofa sambil bertepuk tangan tak bersuara.“Apa kubilang. Minta saja sama Pak Rudi. Gampang Dewi. Sekalian mobil dan rumah,

    Last Updated : 2024-12-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 31 : Pesona Dokter Tampan

    [Nona Dewi ada di apartemen, Pak.] Pesan teks itu dibaca oleh Denver. Dia langsung memutar arah laju mobil menuju apartemen. Setengah jam kemudian, Denver menginjakkan kaki di The Luxury RB Apartement. Dia pun menaruh ibu jari pada alat sensor. Detik itu juga terdengar suara kecil pertanda kunci berhasil terbuka. Terdengar kebisingan dari dapur, Denver memelankan langkah sepatu derby-nya. Sudut bibir pria itu melengkung melihat Dewi sedang berdiri menghadap kompor. Iris cokelat karamelnya juga tertuju pada bokong berisi milik gadis itu. Jakun Denver turun naik melihat lekuk tubuh Dewi. Padahal gadis itu menggunakan celana panjang dan kaos berlengan pendek dengan gambar Kuromi. Namun, gairah Dokter tampan bergejolak. Lagi, Denver mengendap sampai berdiri tepat di belakang gadis miliknya. Pria itu melingkarkan tangan pada perut rata dan menempelkan pipi di telinga Dewi. “Ya ampun!” pekik Dewi. Refleks dia mengangkat sendok sayur hendak memukul Denver, tetapi setelah melihat paras t

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 79 : Bukan Anak Denver?

    Langkah Denver menghentak keras menyusuri koridor rumah. Napasnya memburu dan rahangnya mengeras. Tanpa ragu, dia mengempaskan pintu kamar Carissa hingga terbuka lebar.Carissa yang sedang duduk di depan meja rias, tersentak kaget. Lipstik di tangan wanita itu jatuh ke lantai."Denver?! Apa-apaan sih?" seru Carissa, berusaha bangkit.Akan tetapi, tatapan Denver yang membara membuat langkah Carissa tertahan. Mata cokelat karamel pria itu menatap tajam seolah ingin membakar habis wanita di depannya."Apa yang kamu lakukan pada Dewi?!" Suara Denver menggelegar, dan agak bergetar karena amarah yang ditahan.Carissa berusaha tersenyum, meski wajahnya kini memucat. "Aku … enggak tahu apa yang kamu bilang. Dewi? Aku enggak ketemu sama dia. Kamu tahu sendiri kemarin aku seharian di rumah Oma."Habis sudah kesabaran Denver. Dia menghantam meja rias di depannya, membuat botol parfum dan kosmetik berjatuhan. Bahkan beberapa pecah."Jangan bohong! Aku tahu kamu yang mendorong Dewi di tangga darur

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 78: Dia Mengandung Anakku!

    Suara napas Dewi memburu di lorong dingin itu. Tangannya bergetar memegangi perut yang terasa nyeri hebat. Pandangan Ibu hamil itu kabur, dan rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh. Perlahan dia mencoba merangkak, mencari pegangan di sekitar tangga."Tidak ... aku harus melindungi kamu," gumamnya pelan sambil menahan rasa sakit di perut.Sayang, langkahnya goyah. Cairan merah mulai mengalir di antara kedua kakinya. Sebelum tubuh mungil itu sempat menghantam lantai lebih keras, sepasang tangan langsung menangkapnya.“Astaga, Dewi!” pekik Valerie, lalu berteriak meminta tolong ke arah tangga.Tidak lama kemudian Mama Dwyne yang baru datang dari lantai atas segera berlari menghampiri. Mata wanita paruh baya itu membelalak melihat darah di lantai."Kita harus bawa dia ke rumah sakit!" seru Mama Dwyne panik dan tanpa pikir panjang langsung membantu Valerie mengangkat tubuh Dewi.Mama Dwyne berkali-kali melirik ke arah Dewi yang setengah sadar di dalam mobil. Jantungnya berdegup kencang."Apa

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 77: Tidak Terduga

    Denver melangkah cepat menuju lobi apartemen, rahangnya mengeras, matanya menajam saat melihat seorang pria berdiri santai di depan pintu masuk. Kecurigaan langsung mengendap di benak Denver.Pria paruh baya dengan setelan rapi tampak sedang bertanya banyak hal pada resepsionis."Apa yang kamu lakukan di sini?" Suara Denver terdengar dingin dan penuh kewaspadaan.Pria itu menunduk hormat. "Maaf, Tuan. Saya hanya mengantarkan dokumen penting dari Nyonya Dwyne untuk rekan bisnisnya di sini."Denver mengepalkan tangan dan napasnya berat. Tentu saja dia tidak memercayai ucapan asisten mamanya."Sebaiknya kamu pergi sekarang! Sampaikan pada Mama jangan campuri urusanku," gertak pria itu dengan tatapan intimidasi.Akan tetapi, sebelum Denver sempat bertindak lebih jauh, ponselnya berdering keras. Itu panggilan dari rumah sakit."Dokter, pasien melahirkan dalam kondisi darurat. Anda harus segera ke sini!"Denver berdecak pelan dan menggertakkan giginya. Dengan terpaksa, dia melangkah mundur

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 76: Tidak Ingin Kehilanganmu!

    Dewi sadar, dia seharusnya tidak perlu merasa terkhianati melihat foto tadi. Denver dan Carissa adalah suami istri yang sah. Sudah sepatutnya mereka berbagi peluh, menyalurkan hasrat berdua. Akan tetapi, tanpa bisa dicegah, rasa nyeri terasa di dada Dewi. Dia bahkan tidak sadar telah menghentikan taksi, sebelum kemudian sang sopir menegurnya karena kesal. “Mbak, jadi naik enggak?” Dewi langsung gelagapan. Pikirannya langsung teralihkan saat itu juga. “Oh, iya. Maaf,” balas Dewi sambil tersenyum tipis. Baru dia memasuki mobil dan bersiap menutup pintu, suara seseorang menghentikan gerakannya. “Dewi,” panggil sosok itu dengan intonasi rendah dan tegas. Detik itu, jantung Dewi semakin berpacu. Nyeri di hatinya makin terasa hingga dia tidak berani menatap mata teduh itu lama-lama. “Dokter Denver? Kenapa … ada di sini?” Dokter tampan itu melangkah makin dekat, berhenti tepat di samping Dewi. Tatapan Denver intens, seolah tengah mencari sesuatu di wajah gadis itu. Pria

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 75 : Masa Lalu vs Masa Depan

    Denver terduduk di sofa kamarnya. Dia mengepalkan tangan. Ingatannya tentang bagaimana dia tertidur karena lelah tidak seharusnya berakhir seperti ini. Mata cokelat karamel melirik ke arah Carissa yang masih tertidur dengan wajah tenang. Ketidakadilan situasi ini membuat dada pria itu sesak. Dengan cepat, dia berdiri dan berjalan ke sisi tempat tidur. "Bangun!" seru Denver dengan nada keras, membuat Carissa terlonjak kaget. Carissa membuka matanya perlahan, senyum kecil muncul di bibirnya. "Selamat pagi, Baby," sapa wanita itu lembut, seolah-olah tidak ada yang salah. "Apa yang kamu campur di minumanku semalam, Carissa?" Suara Denver naik satu oktaf. "Apa yang sedang kamu rencanakan?" Carissa menghela napas panjang, lalu matanya menatap Denver dengan tatapan dingin. "Aku enggak melakukan apa-apa, Denver. Kamu sendiri yang capek dan tertidur. Jangan berlebihan." "Jangan berlebihan?!" teriak Denver, emosinya memuncak. "Kamu memanfaatkan aku! Kamu pikir aku tidak tahu apa yang ka

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 74 : Merindukan Papanya

    Pagi ini langit tampak kelabu dan hujan gerimis mulai turun, membuat Dewi enggan beranjak dari ranjang. Dia meringkuk lebih dalam di bawah selimut, tetapi matanya terpaku pada jendela yang dihiasi tetesan air. Hati Ibu hamil itu bergejolak. Perasaan rindu, khawatir, dan bimbang bercampur aduk. “Apa kamu merindukan papamu?” bisiknya sambil membelai lembut perut yang masih rata. “Kita akan bertemu dengannya nanti di rumah sakit, ya.” Setelah menarik napas panjang, Dewi memutuskan untuk bangkit. Pada pukul enam pagi, dia sudah bersiap-siap untuk bekerja. Tidak ada Denver atau Pak Agus yang menjemputnya pagi ini. Dewi memesan taksi online seperti biasa. Saat menunggu di lobi apartemen, seorang resepsionis menyapanya dan menyerahkan sebuah amplop cokelat. Hanya ada namanya sebagai penerima. “Ini untuk Anda, Nona Dewi. Baru saja dikirim.” Dewi menerima amplop itu dengan rasa penasaran. Begitu membukanya, sepasang netra sipit langsung tertumbuk pada selembar surat perjanjian. Itu adalah

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 73: Disembunyikan

    Pukul lima sore, Dewi berdiri di depan pintu rumah ayahnya. Udara dingin menyapa, tetapi pikirannya lebih dingin lagi. Dalam perutnya, terdapat gerakan samar seperti kedutan. Ini mengingatkan Dewi akan kenyataan yang tidak bisa dia abaikan. Dalam perjalanan ke rumah Danang, dia sempat mengirim pesan kepada Denver. Namun, tidak ada balasan,.dia yakin Dokter tampan itu sedang bersama istrinya. Pintu rumah terbuka, menampilkan wajah Danang yang mulai dipenuhi kerutan usia. Mata pria paruh baya itu menyipit, menelisik penampilan putrinya dengan perhatian seorang Ayah. “Kamu datang lagi, Nak?” tanya Danang sambil menarik pelan tangan Dewi ke dalam. “Ayo masuk. Ayah masak ayam goreng d. sambal kesukaanmu. Pasti kamu lapar, ya?” Dewi tersenyum kecil, senyuman yang terasa bagai sebuah tameng. “Iya, Ayah. Dewi lapar banget.” Tangan Ibu hamil itu refleks mengusap perut, mencoba menyalurkan kasih sayang yang tidak berani dia ungkapkan. Keduanya berjalan ke ruang makan. Aroma rempah

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 72 : Bukan Pelakor!

    Dewi berdiri terpaku di depan pintu ruang praktik Denver. Tangannya yang menggenggam gagang pintu gemetar, berusaha menahan diri agar tidak membuka pintu itu lagi. Dari dalam, suara tawa renyah Carissa terdengar jelas, mengiris perasaan Dewi seperti sembilu.“Ada perlu apa, Carissa?” Suara Denver terdengar tegas, membuat dada Dewi sesak.“Mengunjungi suami sendiri dan menjaganya dari pelakor, apa itu salah?” Carissa sengaja mengeraskan suaranya, memastikan setiap kata yang dia ucapkan dapat menembus telinga Dewi di balik pintu.Dewi meremas gagang pintu lebih erat, buku jarinyanya memutih. Dia menundukkan kepala, air mata menggenang di pelupuk matanya. Namun, kakinya seakan terpaku di lantai, tak mampu melangkah pergi.“Dewi bukan pelakor! Jangan mengganggunya lagi, Carissa! Dia sedang hamil anakku.” Suara Denver meluncur penuh peringatan. “Apalagi sampai melibatkan orang lain!”Dewi tersentak mendengar ucapan itu. ‘Melibatkan orang lain? Apa maksudnya?’ pikirnya bingung. Jantungnya b

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 71 : Menggigit dan Lembut

    Bisikan Denver menghipnotis Dewi, membuatnya patuh tanpa ragu. Dengan tangan sedikit gemetar, dia melepas celana pendek Denver dan menaruhnya di ujung sofa.Pandangannya jatuh pada bukti gairah pria itu yang begitu nyata. Saliva tertelan perlahan, dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.“Bukankah hubungan intim disarankan pada usia kehamilan trimester kedua?” Dewi bertanya dengan nada ragu.Denver tersenyum lembut dan memperbaiki posisi duduknya.“Benar, terutama jika Ibu memiliki keluhan atau gangguan. Tapi, Dewi ....” Jemari pria itu mulai menari di sepanjang kulit Dewi yang masih tertutupi gaun. “Kamu tidak mengalami keluhan apa pun, ‘kan?”Dewi mengangguk pelan, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Ketika bibir Denver mengecup perutnya, dia menggeliat kecil. Gelak tawa menggantung di udara.Akan tetapi, saat tubuhnya bersentuhan langsung dengan milik Denver, dia membelalak.“Kamu sengaja, ya?” goda Denver dengan intonasi agak manja.Dewi mendesah pelan. “Bukan aku yang senga

DMCA.com Protection Status