Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 24 : Sentuhan yang Menggelora

Share

Bab 24 : Sentuhan yang Menggelora

Author: NACL
last update Last Updated: 2024-12-15 12:25:44

“Di mana Dewi? Kenapa dia belum datang ke ruanganku?” tanya Denver kepada seorang petugas yang mengantar berkas ke ruangannya.

Ya, sejak semalam pria itu sulit menghubungi Dewi. Ponsel gadis itu tidak aktif, dilacak pun keberadaan terakhirnya di halte. Sedangkan di apartemen kosong. Dia memikirkan Dewi semalaman dan teringat kejadian di garasi.

Siang ini setelah melakukan operasi caesar, dia tidak mendapati Dewi baik di ruang praktik atau direktur utama.

“Oh, Mbak Dewi baru selesai makan siang Pak Dokter. Kasihan Mbak Dewi semalam menginap di ruang istirahat IGD,” kata petugas itu membuat Denver mengerutkan alis.

“Saya permisi Pak Dokter.” Staf itu pamit dan berjalan menuju pintu.

“Sampaikan pada Dewi ke ruanganku sekarang!” titah Dokter Denver dengan nada datar.

“Siap. Laksanakan Pak.”

Staf ke luar ruangan. Sedangkan Denver meresapi percakapan barusan. Ujung jemari pria itu mengetuk-ngetuk meja dan isi pikirannya menerka-nerka kemungkinan yang terjadi pada Dewi.

Hampir sep
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 25 : Istri dan Selingkuhan

    Satu jam sebelumnya.“Di mana Denver?” tuntut seorang wanita berlekuk tubuh bak gitar Spanyol dan berpenampilan seksi serta modis.“Pak Denver tidak ada di sini, Nyonya,” jawab seseorang yang terkejut melihat kedatangan wanita cantik itu.“Heh Rudi, jangan bohong! Suamiku bilang ada rapat pemegang saham di J&B Pharmacy.” Wanita itu menaruh kedua tangan di dipinggang dan menatap arogan kepada COO perusahaan farmasi ini—Rudi.Rudi mengelus dada didesak oleh istri atasannya. Pria plontos itu hendak menghubungi Denver, tetapi wanita di hadapannya melengos dan menerobos masuk ke ruang CEO. Dia mengurungkan niat, lalu berlari mengejar wanita itu.“Nyonya Carissa tidak boleh masuk!” tegur Rudi mengingat sang pemilik ruangan tidak ada di tempat.“Kenapa tidak boleh? Ini ruang kerja suamiku. Di mana dia? Masih di rumah sakit?” berondong Carissa dengan ekspresi galak.Rudi menggeleng. Namun, Carissa mencebik dan melenggang ke luar dari ruang CEO. Wanita itu langsung menggunakan masker putih, la

    Last Updated : 2024-12-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 26 : Ketahuan?

    Atmosfer ruangan seketika berubah tegang. Bahkan oksigen seolah menghilang entah ke mana. Dewi menahan napas di bawah meja. Dia berkeringat dingin karena nasibnya tinggal menghitung detik. “Jangan. Tidak boleh ketahuan,” ucap gadis itu tanpa suara. Denver bertahan duduk di tepi meja. Sebisa mungkin dia bersikap tenang. Jika ketahuan memiliki simpanan pun dia akan mengaku. Lagi pula Denver tidak berhubungan intim bersama Dewi di ruangan ini. “Apa?” tanya pria itu mengangkat dagu. Carissa berjalan jongkok mendekati meja dan menurunkan kepala. Wanita berambut kemerahan itu memerhatikan sesuatu di bawahnya. “Ini apa?” tanya Carissa menunjukkan sesuatu yang dipungut dari atas lantai. “Kamu makan permen karet? Aneh,” celetuknya. Artis cantik itu membuka bungkus permen karet dan mengunyah. “Ih, permen karet apaan, nih? Murahan banget rasanya.” Wanita itu berlari ke toilet dan melepeh permen karet merah muda. Dewi menghela napas panjang di bawah meja. Keringat sebesar biji jagung

    Last Updated : 2024-12-16
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 27 : Minta Bantuan Lagi?

    “Mas Bima?” panggil Dewi tanpa suara. Jemari ramping gadis itu mengusap dada, rasa bersalah mengganjal di hatinya. Dia telah membohongi Bima! Ya, pria itu pasti belum mengetahui bahwa proses pembuahan dilakukan secara alami. Meskipun Bima selalu menyakiti fisik dan batinnya, Dewi pernah mencintai pria itu. Pernah mengharapkan balasan cinta. Namun, sekarang … perasaan itu justru berbalik melukainya, merobek hati tulus yang dulu bodoh mengharapkan pria yang bahkan tak pernah benar-benar menganggapnya ada. Dewi menelan ludah, mengepalkan tangan saat ingatan menguak luka lama, bagaimana Bima dengan tega menjualnya kepada Denver demi uang. Suami macam apa yang menyerahkan keperawanan istrinya kepada pria lain? Tanpa sadar, air mata mengalir diam-diam. 'Sebaiknya kita tidak bertemu lagi, Mas,' batinnya getir. Gadis itu menempelkan kartu akses pada sensor. Namun suara berat Bima membuyarkan lamunannya. “Hey, tunggu aku! Kamu mau ke mana?” Dewi menoleh dan beradu pandang dengan suaminya.

    Last Updated : 2024-12-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 28 : Apa Kamu Mencintainya?

    Satu jam sebelumnya seorang pria duduk di ruang makan. Bukan makan, tetapi dia membaca pesan yang dikirim seseorang. [Aku pulang pagi. Selamat tidur, Baby.] Detik berikutnya satu pesan kembali masuk. [Pak Denver, saya dapat informasi Bima datang ke apartemen. Dia menunggu Nona Dewi di lobi.] Detik itu juga Denver meninggalkan rumah mewahnya di kawasan perumahan elit. Mobil Audi hitam melaju dengan kecepatan sedang. Kendaraan roda empat itu terhenti di basement gedung apartemen mewah. Kaki pria itu melangkah lebar menuju salah satu unit. Begitu pintu terbuka, iris cokelat karamelnya tertuju pada pintu kamar yang tertutup rapat. Terkunci. Akan tetapi, dia tahu cara membukanya. Tempat ini miliknya. Pintu terbuka dan sepi. Namun, sayup-sayup dia mendengar gemericik air dari kamar mandi. “Dewi …,” desah pria itu. Lagi, pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Mudah juga bagi Denver membuka dengan kunci cadangan. Denver mengembus karbondioksida dengan panjang. Iris cokel

    Last Updated : 2024-12-17
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 29 : Lebih Berhak Dibanding Kamu

    “Di mana Dokter Denver?” tanya Dewi. Dia menatap ke penjuru sudut apartemen mewah ini. Sepi. Dia sempat berpikir mungkin saja Denver ada di dapur. Ternyata … tidak ada sosok pria bertelanjang dada yang biasanya sedang memasak. “Non, ayo, sarapan.” Ucapan asisten rumah tangga membuat fokus Dewi buyar. Gadis itu tersenyum dan menatap piring berisi sandwich ikan dan telur dilengkapi sayuran hijau dan tomat segar. Kemudian di sampingnya ada segelas susu serta potongan buah. Pundak gadis itu terkulai lemas karena bosan dan sarapan seperti ini tidak sesuai dengan lidahnya. Dia merindukan makanan lain. Sekarang hidup Dewi terikat dan terkekang dengan perjanjian gila ini. “Dihabiskan, Non. Ini Pak Denver yang masak.” Asisten rumah tangga itu menaruh secarik kertas berisi kata-kata tulis tangan. Dewi menatap kertas putih berbentuk segiempat, lalu menatap pelayan dan berkata, “Terima kasih, Bik.” Sambil berusaha menikmati sarapannya, dia membaca isi pesan Denver. [Habiskan sarapanmu, ja

    Last Updated : 2024-12-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 30 : Ke Mana Dewi?

    Sepulang kerja, Dewi memutuskan menemui Danu di rumah Bima.“Sampai Ayah sembuh, Kakak mau menginap di sini,” tegas Danu sambil memperhatikan sepasang suami istri yang terlihat kaku dan bermusuhan. “Kamar tamu di mana?” tanyanya.Dewi menjadi panik, berbanding terbalik dengan Bima yang tersenyum puas melihat kesulitan sang istri. Telunjuk Bima tertuju pada lorong sempit di samping dapur.“Umm … Kak, aku—”Ucapan Dewi terpotong karena Danu menyela, “ Adik-adik sudah Kakak titip sama Budhe. Debt collector datang terus ke rumah.”“Kakak nunggak bayar cicilan?” geram Dewi melihat Danu yang seenak jidat kabur dari masalah.“Makanya Kakak bilang sama kamu pinjam uang 50 juta!” sembur pria itu membuat Dewi geleng-geleng. Kemudian, Danu melenggang pergi menuju salah satu kamar tamu.Sedangkan Bima tampak menikmati perdebatan antara Kakak dan Adik. Pria itu duduk santai di sofa sambil bertepuk tangan tak bersuara.“Apa kubilang. Minta saja sama Pak Rudi. Gampang Dewi. Sekalian mobil dan rumah,

    Last Updated : 2024-12-18
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 31 : Pesona Dokter Tampan

    [Nona Dewi ada di apartemen, Pak.] Pesan teks itu dibaca oleh Denver. Dia langsung memutar arah laju mobil menuju apartemen. Setengah jam kemudian, Denver menginjakkan kaki di The Luxury RB Apartement. Dia pun menaruh ibu jari pada alat sensor. Detik itu juga terdengar suara kecil pertanda kunci berhasil terbuka. Terdengar kebisingan dari dapur, Denver memelankan langkah sepatu derby-nya. Sudut bibir pria itu melengkung melihat Dewi sedang berdiri menghadap kompor. Iris cokelat karamelnya juga tertuju pada bokong berisi milik gadis itu. Jakun Denver turun naik melihat lekuk tubuh Dewi. Padahal gadis itu menggunakan celana panjang dan kaos berlengan pendek dengan gambar Kuromi. Namun, gairah Dokter tampan bergejolak. Lagi, Denver mengendap sampai berdiri tepat di belakang gadis miliknya. Pria itu melingkarkan tangan pada perut rata dan menempelkan pipi di telinga Dewi. “Ya ampun!” pekik Dewi. Refleks dia mengangkat sendok sayur hendak memukul Denver, tetapi setelah melihat paras t

    Last Updated : 2024-12-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 32 : Aku Mau Cerai, Mas!

    "Perempuan itu ...," gumam Dewi yang mematung, tubuhnya membeku. Sosok yang terbaring di ranjang IGD membuat dadanya sesak dan napasnya mendadak berat. Itu Yessy. Di bilik informasi, Denver berdiri tenang, berbicara dengan dokter jaga. Sosok bertubuh jangkung itu terlihat kokoh, berbeda dengan Dewi yang hampir kehilangan keseimbangan. “Dewi? Kenapa kamu di sini? Ini bukan jam tugas kamu!” Suara seorang teman perawat mengejutkan Dewi. Temannya itu sibuk dengan tumpukan obat-obatan. Dewi tersentak, buru-buru mencari alasan. “Itu... ada barang ketinggalan,” jawabnya tergagap. Wajah Dewi menunduk, berusaha menghindari tatapan temannya. Dia tidak ingin kedatangannya bersama Denver menjadi bahan pembicaraan. “Oh, bantu aku, ya. Hubungi keluarga pasien Yessy. Kandungannya keguguran,” kata temannya cepat sebelum berlalu. 'Kandungannya ... keguguran,' ulang Dewi dalam hati bagai dihantam palu godam. Tangannya refleks memegangi perut, seolah rasa sakit Yessy menjalar ke tubuhnya sendiri. Ma

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 239 : Anak Kecil Itu Pengganggu

    Dewi menatap wajah kecil dalam dekapannya. Tubuh mungil itu terasa menghangatkan hati, tetapi pikirannya merambat begitu dingin. Kata-kata Dania tadi masih menusuk-nusuk benaknya, berputar tanpa henti seakan menjadi mantra kutukan. "Mama, aku mau bobo dipeluk Mama, ya?" Dirga menggumam pelan, matanya yang indah mulai meredup dalam kantuk. Dewi tersentak dari lamunannya. Dia menelan ludah, berusaha mengembalikan fokus ke putranya. Bibir merah muda wanita itu melengkung samar, meskipun hatinya masih penuh gundah. "Iya, Sayang. Mama bakal peluk Dirga semalaman." "Janji. Mama nggak hilang, ya?" Bocah itu menatap sang mama dengan mata ngantuknya. "Janji, Bos Kecil." Dirga tersenyum kecil mendengar ucapan mamanya, lalu menyusup lebih dalam ke pelukan Dewi. Napas anak itu mulai teratur, tangannya masih menggenggam baju ibunya erat. Seakan takut jika melepaskan, Dewi akan kembali hilang. Denver melirik ke kaca spion, melihat istrinya yang masih menunduk, membelai rambut putranya de

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 238 : Kamu Bikin Mama Takut

    Hening menyelimuti ruangan ketika Denver menekan tombol merah di ponsel. Wajah tampan Dokter itu masih serius, tatapannya dalam, tetapi terdapat sedikit kelegaan yang tersirat. Dia berbalik menatap Dewi yang masih terduduk di sofa dengan wajah cemas. Bahkan paras ayunya berubah jadi pucat karena tragedi ini. "Ayo, kita jemput Dirga," kata Denver, sambil berjalan mendekati Dewi. Dewi menatap sang suami dengan mata yang masih basah. Dia mengangguk lemah. Ketika dia hendak berkata untuk menjawab, Denver telah berjongkok di hadapannya. Pria itu menghapus sisa air mata di pipi istrinya dengan jemarinya yang hangat. "Jangan menangis lagi," ujar Denver lembut dan penuh ketenangan.. "Nanti Dirga bisa sedih melihatmu seperti ini." Dewi menunduk, menarik napas dalam, lalu berdiri. Dia menggenggam tangan Denver dengan erat, seakan dia takut terjatuh, karena satu-satunya yang bisa membuatnya tetap berdiri tegak adalah sang suami. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju mobil

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 237 : Dirga Di Mana Kamu Nak?

    Dewi nyaris menjatuhkan ponselnya ketika suara panik dari seberang terdengar lagi. "Dirga ... Dirga menghilang, Bu! Saya sudah mencarinya ke seluruh rumah, tapi tidak ada!" Suara pengasuh terdengar putus asa. Ada isak tangis dan keriuhan di sana. Dewi langsung terduduk. Jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak, setelah kesadarannya kembali dia melompat panik dari atas ranjang. Tanpa pikir panjang, dia bangkit, menarik pakaiannya yang berserakan di atas karpet dan meraih tasnya dengan tangan gemetar. Denver yang belum memahami situasi, mengernyit melihat istrinya yang tampak panik. "Dewi, ada apa?" "Sayang ... Dirga hilang! Anak kita," histeris Dewi dengan suara pecah saat mengucapkan itu. Tanpa menunggu jawaban, Dewi langsung berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Denver bergegas menyusul, meraih kunci helikopter dan mengikuti langkah istrinya yang sudah setengah berlari keluar. Wanita itu tidak peduli meskipun kakinya masih lemas, dan jalannya hampir tersandun

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 236 : Pelan-pelan Sayang

    ** Baca setelah berbuka puasa**Dewi berdiri dengan bangga di atas panggung, mengenakan toga kebanggaan universitasnya. Sorak-sorai memenuhi auditorium saat namanya dipanggil sebagai lulusan terbaik. Tangannya sedikit gemetar saat menerima ijazah dari rektor, tetapi senyum di wajahnya tak dapat disembunyikan."Selamat, Dewi. Ini adalah hasil dari kerja keras dan ketekunanmu," ujar rektor dengan bangga."Terima kasih, Pak," jawab Dewi dengan suara bergetar, merasakan momen ini sebagai titik puncak dari perjuangannya selama bertahun-tahun.Dari tempat duduk tamu undangan, Denver menatapnya dengan penuh kebanggaan. Di sisinya, Danis dan Oma Nayla juga bertepuk tangan meriah. Namun, perhatian Dewi sempat tertuju pada sosok yang berdiri tidak jauh dari sana—Darius.Senyum pria itu ramah, tetapi tatapan itu membuat Dewi merasa bersalah mengingat perjuangan Darius. Itu akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan baginya.Saat Dewi turun dari panggung, Darius menghampirinya lebih dulu, sedangk

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 235 : Sesuatu Lebih Penting

    ** Baca setelah berbuka puasa** ^^Satu tahun berlalu.“Sayang, aku belum pakai kemeja!” teriak Denver dari dalam kamar, matanya tetap terpaku pada layar ponsel, sibuk mengetik sesuatu.Dewi, yang baru saja selesai merias wajahnya, mendengkus pelan. Dia masih mengenakan jubah mandi merah muda dan belum sempat berganti pakaian. Dengan langkah cepat, dia menghampiri sang suami yang duduk di tepi ranjang.“Kenapa tidak pakai sendiri?” tanyanya dengan nada sedikit kesal. Belakangan ini, Denver makin manja, membuatnya sering meminta bantuan untuk hal-hal kecil.“Tolong, Sayang. Tanganku sibuk,” jawab Denver, mengedipkan sebelah mata dengan ekspresi menggoda.“Kalau begitu, taruh dulu ponselnya dan pakai sendiri!” gerutu Dewi, meskipun akhirnya tetap berbalik untuk mengambil kemeja yang sudah dia siapkan di gantungan.Akan tetapi, sebelum sempat menjauh, tangan Denver sudah melin

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 234 : Malam Pertama Denganmu

    ** Baca setelah buka puasa**Seluruh persendian Dewi melemas. Dia bahkan harus berpegangan pada lengan Valerie agar tetap berdiri. Matanya berkaca-kaca, napasnya tersendat-sendat."Wi, jangan nangis, nanti luntur," bisik Valerie sambil menopangnya.Dewi terisak. "Ternyata kamu membawaku ke sini."Valerie mengangguk dengan senyum kecil.Bahkan Dewi tidak pernah menyangka pria yang sejak siang diharapkan membalas pesan, kini berjalan mendekat dengan senyum mengembang yang membuatnya terlihat makin tampan."Mon ange," panggil Denver, mengulurkan tangan. Dia mengenakan setelan jas formal yang sesuai dengan postur tubuh atletisnya.Tanpa ragu, Dewi menyambut uluran itu. "Maaf, aku merahasiakan ini darimu," lanjut Denver dengan nada lembut.Dewi tersenyum, meskipun air mata masih luruh di pipinya. Namun, kali ini bukan kesedihan seperti dahulu. Ini adalah kebahagiaan baru yang akan dia jalani.Mereka berjalan mendekati anggota keluarga lain yang telah berkumpul tanpa sepengetahuannya."Home

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 233: Diculik Mommy Vale

    Pagi ini, Dewi sengaja berangkat kuliah lebih awal. Semua karena dia ingin menemani Maharani interview. Meredakan ketegangan yang melanda sahabatnya sejak pagi.“Wi, bagaimana kalau gagal? Aku tidak tahu harus cari uang di mana lagi,” lirih Maharani, meremas tangan Dewi erat-erat.“Semoga kamu berhasil, Rani.” Dewi mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke udara. Namun dalam hati, dia bergumam lirih, ‘Maaf, aku hanya bisa bantu seadanya.’Tak lama kemudian, seorang wanita berpakaian formal keluar dan memanggil Maharani untuk wawancara. Sedangkan Dewi menunggu di kursi dengan tenang, bagaimanapun dia sudah mengetahui jawabannya.Sembari menunggu, dia mengirimkan pesan teks pada suaminya.[Dokterku Sayang, makasih. Kamu memang suami sempurna.]Namun, pesan itu tidak kunjung mendapat balasan, bahkan dibaca saja belum. Dewi mendengkus kesal, kakinya bergerak-gerak tak sabar, mencoba mengusir rasa gelisah.Setelah hampir setengah jam, Maharani keluar dari ruangan kepala SDM. Wajahnya datar, d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status