Home / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 36 : Tambah Dalam dan Menuntut

Share

Bab 36 : Tambah Dalam dan Menuntut

Author: NACL
last update Last Updated: 2024-12-21 13:28:51

“Dokter mau apa?” tanya Dewi. Netra hitam pekatnya mengamati setiap gerakan Denver.

Suara maskulin Denver menyahut, “Menurutmu aku mau apa?”

Gadis itu mereguk saliva ketika Denver menanggalkan jaket kulit dan melempar pelan ke arah Dewi. Namun, dia tidak bisa menangkap dengan baik, sebab kedua tangannya mendadak tremor.

Ekspresi Denver tampak dingin, seolah pria itu berniat menghardik Dewi karena menjatuhkan jaket kulit. Gadis itu gelagapan ketika Denver mengikis jarak dan berdiri tepat di hadapannya. Denver mengambil jaketnya dan menyerahkan ke pelukan Dewi.

Kegugupan Dewi makin bertambah kala Denver mengangkat tubuh mungilnya dan mendudukkan gadis itu di atas meja konter besar.

“Ah!” pekik Dewi.

“Tunggulah di sini,” bisik pria itu seraya menyapukan jemari ramping di pipi Dewi.

Setelah itu, Denver menggunakan apron dan memfillet ikan dori. Ya, Dokter tampan membawa Dewi ke dapur salah satu café terkenal di Ibu Kota. Tadinya, gadis itu berpikir akan berakhir mendesah di atas ranjang e
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
NACL
nah loh siapa nih?
goodnovel comment avatar
Ariesta Aprilia
Bikin penasaran aj nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 37 : Nasib Jadi ....

    Refleks Dewi mendorong tubuh Denver hingga pria itu mundur. Keduanya sama-sama terkejut menatap ke arah pintu rooftop. Di sana, berdiri seorang wanita berambut pirang kecokelatan sedang menatap sengit kepada pasangan terlarang itu. “Pantas aja aku telepon enggak diangkat. Ternyata kamu … ya, ampun Denver!” pekik wanita itu sambil memijat pelipis yang terasa berdenyut ketika melihat Denver mencium Dewi penuh perasaan. “Bukannya kamu sudah pulang? Untuk apa datang ke sini lagi, Val?” tanya pria itu dengan santai. Padahal Denver terciduk selingkuh. Sedangkan Dewi menunduk, dia tidak kuasa ditatap tajam menusuk oleh wanita cantik di hadapannya. Dua tangan Dewi meremas tali tas yang menempel di badannya. Gadis itu menyakini nasibnya sudah berakhir dan Denver pasti meninggalkannya, lalu bagaimana dengan semua uang pemberian pria itu, sungguh dia tidak akan bisa membayarnya. “Apa kamu tahu kalau istrimu si Carissa itu kecelakaan? Sekarang dia ada di Rumah sakit JB, Denver! Cepatlah k

    Last Updated : 2024-12-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 38 : Di Dalam Lift

    “Kamu serius Ruslan?” tanya Denver dengan mata menyipit dan kedua tangan yang terkepal sampai buku jarinya memutih. Embusan napas pria itu terdengar kasar dan berat selesai membaca email yang dikirim bawahannya. "Benar, Pak. Ada dugaan kecelakaan itu disengaja dan direncanakan karena rem mobil Nyonya Carissa dilepas. Tapi saya belum menemukan pelakunya,” kata Ruslan melalui sambungan telepon. “Selidiki terus Ruslan, jangan lengah!” titah Dokter tampan. Kali ini tatapan Denver bergeser pada Carissa yang masih tidur. “Dilaksanakan Pak!” sahut Ruslan. Sambungan telepon berakhir. Namun Denver masih menatap layar pipih di tangannya. Dia memeriksa aplikasi chat, tidak ada balasan apa pun dari Dewi. Dia mendesah dan bersandar pada dinding, tentu karena perasaan asing merayap dalam hati. Denver teringat tatapan sendu Dewi ketika semalam dia tinggalkan bersama Valerie. Beruntung Adik Sepupu itu bisa diandalkan mengantar Dewi dengan selamat ke apartemen. Saat ini Denver berdiri di

    Last Updated : 2024-12-22
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 39: Menghilang Ke Mana?

    Rasa penasaran mendalam menuntun langkah Dewi mengikuti pria misterius yang menggendong anak kecil. Mata sipitnya tercengang ketika sosok itu masuk ke ruang rawat Carissa. Bahkan pria itu sempat menyeringai kepada Dewi. “Siapa dia?” gumam Dewi. Entah mengapa bulu kuduknya merinding.Dewi kembali berjalan mendekati bangsal rawat Carissa. Dia ingin tahu ada hubungan apa antara istri Denver dengan anak kecil cantik itu. Hanya saja, getar pada ponsel mengganggu. Dia menghela napas ketika rekan satu tim mengirimkan pesan:[Wi, ada tamu, nih. Nyari kamu, sambil nangis. Cepat ke ruang informasi IGD!]Terpaksa Dewi memutar arah badan. Dia pun berjalan meninggalkan area presidential suite.Sedangkan di dalam ruang perawatan Carissa, seorang pria berdiri di balik pintu, kemudian mengintip ke luar kamar. “Chico, kenapa kamu datang ke sini?! Dan kamu lagi ngapain?” sembur Carissa. “Berani banget kamu bawa Caca ke sini!” “Caca kangen sama kamu. Dia demam.” Pria itu berjalan mendekati ranjang pas

    Last Updated : 2024-12-25
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 40 : Sikap Lembut dan Manis

    Dewi masih menunggu sampai satu jam lamanya. Embusan angin makin dingin menusuk kulit membuat setiap helaan napas berasap tipis. Gadis itu tidak menggunakan jaket tebal, hanya blus panjang merah muda. Netra sipitnya juga selalu menatap ke arah kedatangan mobil. Sayang, tidak ada siapa pun yang dikenal.Ketika gerimis berjatuhan, Dewi mulai ragu menunggu lebih lama lagi. Namun, saat hujan makin deras, dia memutar badan menuju rumah sakit. Gadis itu sempat menatap koridor panjang di mana letak poli obgyn, masih ramai memang.“Seingatku, Dokter Denver tidak praktik sampai malam,” gumam gadis itu sambil memandangi beberapa ibu hamil.Pada akhirnya Dewi memilih duduk bersama Danu di depan ICU—menunggui Danang. Tentu saja penampilan cantik gadis itu menimbulkan kecurigaan dari kakaknya.“Oh … Bima lupa jemput? Mungkin dia lagi ketemu klien,” kata Danu yang begitu santai mengupas kacang kulit panggang.Dewi menoleh dan memperhatikan Danu. Meskipun selalu galak dan menuntutnya menginkuti kehen

    Last Updated : 2024-12-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 41 : Romansa Terlarang

    Denver melangkah cepat menuju kamar rawat Carissa, masih dihantui isi pesan yang baru diterimanya. Aroma antiseptic menusuk rongga hidung kala dia mendorong pintu hingga terbuka pelan-pelan. Lampu redup di dalam ruangan memancarkan suasana hening dan ganjil. Carissa tampak terlelap di atas ranjang, napas artis cantik itu tampak teratur. Namun Denver tetap berjaga-jaga.Beberapa detik Denver terdiam dan berdiri di ambang pintu. Dia memastikan tak ada orang lain di ruangan itu. Setelah yakin situasi aman, dia masuk dan mendekat ke sisi ranjang Carissa. Wajah cantik wanita itu tampak damai, tetapi bagi Denver, damai itu hanyalah kedok belaka.Tangan Denver merogoh saku celana, mengambil ponsel. Denver menekan tombol panggilan. Suara di ujung sana langsung menjawab.“Ruslan, lacak nomor telepon untukku,” Denver berkata pelan, suaranya terdengar datar, tetapi penuh tuntutan. Dia mengirim nomor misterius yang mengirim pesan padanya. “Cari tahu siapa pemiliknya, dan apa hubungannya dengan Car

    Last Updated : 2024-12-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 42 : Lembut dan Nyaman

    “Jangan! Aku tidak boleh menemui Dokter Denver sekarang,” gumam Dewi sangat pelan. Dia mati-matian mengendalikan rasa cemas, tangannya yang masih bergetar hebat tak mampu menahan ponsel, hingga benda itu terjatuh ke lantai. Dengan otot tegang di leher, Dewi buru-buru memungut ponsel. Dia tahu nasibnya berada di ujung tanduk. Foto itu, meski wajahnya sengaja diblur, tetap menunjukkan ciri-ciri yang hampir tidak terbantahkan. Siapa lagi jika bukan dia? Sedangkan Denver, hanya terlihat tangan dan tubuh bagian bawahnya. Jelas sekali siapa yang ingin dijatuhkan oleh sang pengambil gambar. Akibatnya, Dewi kehilangan konsentrasi bekerja. Gerak-gerik gadis itu penuh kewaspadaan. Rekan-rekannya pun mulai mengamati, beberapa melontarkan komentar pedas. Bahkan bersumpah akan mencari tahu siapa perempuan di foto itu. “Dewi, kamu pucat banget? Kamu sakit, ya?” tanya salah satu rekan di IGD. Pertanyaan itu membuat Dewi mak

    Last Updated : 2024-12-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 43 : Di Sini Untukmu

    “Apa yang paling bikin kamu takut sekarang?” tanya Denver, suaranya mengalun tenang dan penuh perhatian.Dewi menunduk, jemari rampingnya meremas pinggiran sofa abu-abu yang terasa dingin di tangan. Untuk sejenak dia terdiam, sebelum akhirnya menjawab dengan lirih, “Aku takut semuanya semakin buruk. Foto itu … dan apa yang akan orang-orang katakana nantinya, Dokter?”Denver menggeser posisi duduknya, mendekat. “Aku di sini untuk bantu kamu.”Dewi menatap Denver dengan mata sedikit kemerahan, lalu menyahut lirih, “Apa Dokter tahu apa yang mereka bicarakan di rumah sakit? Semuanya menyalahkan aku, kalau sampai terbukti ….” Suaranya tertahan dan menunduk.“Lihat aku,” potong Denver dengan lembut, membuat Dewi perlahan mengangkat wajahnya. “Aku pastikan tidak ada yang menyakitimu lagi.”Netra hitam Dewi berkaca-kaca mendengar ucapan Denver yang membuatnya merasa agak tenang.“Terima kasih, tapi … apa bisa aku melalui semua ini?” tanya gadis itu lirih.“Bisa!” jawab Denver dengan keyakinan

    Last Updated : 2024-12-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 44 : Pengakuan Carissa

    Anda pasti tidak akan percaya siapa pelakunya, Pak,” kata Ruslan dengan ekspresi wajah tegang. Dia melangkah masuk ke ruang kerja Denver di rumah sakit setelah membuat janji sebelumnya.“Apa yang kamu temukan, Ruslan? Siapa peneror itu?” tanya Denver. Dia menegakkan punggung, kedua siku bertumpu di atas meja, jemarinya saling mengunci dan tatapan tajam mengarah pada asisten pribadinya.Ruslan menyerahkan tablet berisi laporan penting yang berhasil dikumpulkan dalam dua hari terakhir. Pria itu berdiri tegak di depan meja kerja Denver yang tampak rapi. Denver mengambil tablet itu, menggulir layar, membaca dengan seksama setiap kalimat. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal hingga bergetar. Sebuah dengusan keluar dari hidung Dokter itu, diikuti gelengan penuh amarah.“Jadi dia pelakunya,” geram Denver, “berani sekali dia mengusik Dewi! Apa kamu punya bukti transaksi penarikan uang di rekening Carissa?”“Pihak Bank hanya memberitahu ada transaksi mencurigakan. Mereka meminta Anda sela

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 163: Bayaran Sepadan?

    “Dokter Denver,” ucap Dewi tanpa suara. Bibir mungilnya bergerak, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan.Jantung Dewi berdegup begitu cepat karena lonjakan hormon dopamin, seakan ingin melompat dari dadanya. Tubuh mungilnya seakan membeku, tetapi hatinya juga berontak.Dia ingin mendekat, ingin berlari ke dalam pelukan pria itu, tetapi pergelangan tangannya dicekal oleh Danis.“Untuk apa kamu ke sana? Tunggulah sampai acara konferensi pers ini selesai,” bisik Danis, sorot mata hitamnya jelas melarang.Dewi menelan ludah dan menggeleng. Napas gadis itu tersengal, tetapi dia tidak peduli. Ini Denver. Ayah dari Dirgantara, juga pria yang mengisi kehampaan selama setahun belakangan.Dengan gerakan tegas, Dewi melepaskan cengkeraman tangan Danis yang tidak terlalu kuat. Sepasang kaki yang dibingkai heels putih melangkah begitu lemas ke arah Denver.Mata mereka saling bertemu, ada kerinduan yang begitu pekat.Denver melengkungkan senyum, tetapi berbeda dari Darius yang mengepalkan tangan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 162: Perjuangan Dokter Tampan

    Setibanya di Kota Malang, Denver langsung menggunakan taksi menuju kediaman Danis. Sepanjang jalan, jari-jarinya pria itu terus mengetuk layar ponsel.Dia mencoba menghubungi Dewi dan Astuti. Namun, hasilnya tetap sama—panggilan tak terjawab."Sial!" gumam Denver, rahangnya mengeras. “Ke mana mereka semua?”Pikiran pria itu seketika dipenuhi bayangan buruk. Bagaimana jika Dewi sudah dipaksa menikah? Bagaimana jika Darius sedang menggenggam tangannya di altar? Bagaimana jika Dirgantra menangis tanpa ada yang bisa menenangkannya?Bahkan parahnya lagi, jika Dewi benar-benar dibawa menjauh, entah ke mana. Bukankah itu sulit bagi Denver untuk merebutnya lagi?Jantung Denver berdetak lebih cepat dari biasanya dan denyut nadinya terasa hingga di pelipis. Dia tidak bisa tinggal diam!“Permisi, Pak. Sudah sampai tujuan,” ujar sopir taksi dengan suara pelan. “Pak?”Seketika Denver tersentak dari lamunan mengerikan itu. Dia mengembuskan napas kasar, untuk menepis kekhawatiran yang terus menghantu

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 161: Penyesalan Sang Mama

    "Pak, Anda yakin mau ke Malang hari ini?" tanya Ruslan yang melangkah cepat mengikuti ritme Denver."Siapkan saja semuanya, Ruslan! Aku tidak bisa membiarkan Darius menikahi Dewi! Apalagi Pak Danis pasti memaksa Dewi," geram Denver, matanya menyala penuh amarah."Tapi … bagaimana dengan Nyonya Dwyne, Pak? Kondisinya tidak memungkinkan ditinggal," tukas Ruslan, suaranya terdengar ragu.Langkah Denver terhenti. Pikiran Dokter tampan itu berkecamuk. Jika saja tubuhnya bisa terbagi dua, dia pasti akan melakukan itu. Dwyne, Dewi, dan Dirgantara adalah tanggung jawabnya.Dia tidak ingin kehilangan mereka!"Tangan Anda, Pak," tunjuk Ruslan.Denver menatap pergelangan tangannya. Darah segar menetes dari luka bekas infus yang terbuka, tetapi dia bahkan tidak merasakan sakit. Dia hanya mendengkus ketika melihat Darius sedang berjalan bersama pasien lain."Kamu benar, Ruslan. Untuk saat ini, Mama tidak bisa ditinggal. Pastikan Darius tetap di sini! Katakan pada direktur, jangan memberinya izin!"

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 160: Persaingan Dokter Tampan

    Dewi mengepalkan tangan, suaranya tercekat. "Pak Danis …"Di belakang pria itu, dua orang pengurus rumah tangga berdiri, salah satunya membawa nampan berisi makanan."Papa mau makan siang bareng kamu, Wi," ujar Danis, suaranya lembut.Astuti memberi isyarat agar Dewi menurut. Dengan langkah ragu, Dewi turun dari ranjang dan duduk bersama Danis di meja bundar. Beragam hidangan khas Malang tersaji di hadapannya.Danis menyendokkan lauk ke piring kosong Dewi dan tersenyum hangat. "Makan yang banyak, Wi. Seorang ibu harus kuat. Setelah kamu terbiasa di sini, Papa akan mengenalkan kamu ke semua orang. Termasuk adikmu yang sekarang kuliah di luar negeri."Senyuman hangat Danis seharusnya membuat tenang. Seharusnya, pelukan keluarga yang telah lama hilang ini terasa nyaman. Tapi kenapa justru ada ketakutan yang menggelayut di dadanya? Kenapa setiap sendok makanan yang diberikan Danis terasa seperti belenggu yang makin mengikatnya?"Ayo, makan," Danis menepuk punggung Dewi dengan lembut.Setel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 159: Sakitnya Tuh Di Sini

    "Ini semua demi kebaikanmu, Dewi," tutur Danis yang duduk di depan Dewi. Pria paruh baya itu berusaha meraih tangan putrinya, tetapi Dewi menariknya. Ada keengganan dalam diri, sebuah dorongan kuat untuk menolak sentuhan itu. Dewi menggeleng, entah mengapa dia merasa pertemuan ini tidak seharusnya terjadi. Dalam hatinya, dia berharap biarlah segalanya tetap seperti dulu—biarlah dia tetap menjadi putri Danang dan Tari, bukan seperti ini. "Pak Danis, tolong … a–aku mau pulang," lirihnya sambil mendekap erat tubuh Dirga yang terbangun beberapa saat lalu. Danis berdeham. "Pulang? Rumahmu di Malang, bukan di Jakarta," ucapnya tenang, "pesawat lepas landas. Tidak ada jalan untuk turun." Tangan Dewi mencengkeram lengan kursi dengan erat, kukunya hampir menekan kulit sendiri. Detak jantung gadis itu berdetak begitu cepat, sedangkan pikirannya kacau. Dia ingin berteriak, meminta seseorang menghentikan pesawat ini. Namun, dia hanya bisa duduk di sana, menatap kosong ke luar jendela, melihat

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 158: Kukabulkan Keinginanmu!

    "Apa peringatanku kurang, Denver?" Suara tegas itu kembali memenuhi ruangan.Dewi yang bersembunyi di balik punggung kekar Denver mendongak menatap kepala Dokter tampan itu dari belakang. Mata sipitnya makin menyipit, menciptakan garis tanya di sana. Ada ketegangan yang memenuhi udara, membuat gadis itu menggigit bibir dengan gelisah.Sungguh, dia tidak tahu ada kesepakatan apa antara Danis dan Denver.Sebelum sempat bertanya, suara Oma Nayla menggema di ruangan ini. Wanita senja itu melangkah ke depan dengan tatapan menyelidik."Sebenarnya ada apa ini?"Denver menoleh pada sang oma, manik karamelnya menyiratkan sesuatu yang sulit ditebak. Dewi berusaha mencari makna di balik sorot mata itu, tetapi rasanya terlalu rumit untuk diterjemahkan."Tolong tetap di sini bersama Dewi dan Mama," kata Denver pada sang oma dengan suara pelan, tetapi penuh ketegasan.Tatapan Denver bergeser pada Dewi-nya, hingga sorot mata mereka bertemu. Ada sesuatu yang ingin gadis itu tanyakan, tetapi Denver su

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 157: Satu Kata Mengharukan

    "Pak Danis," gumam Dewi. Pikirannya langsung tertuju pada pria yang menyatakan diri sebagai ayah kandungnya. Benar, seperti kata Darius, tepat hari ini Danis boleh pulang. Mungkin pria itu ingin bertemu dengannya.Dia meraih sweater merah muda dan tas selempang hitamnya, lalu mengikat rambut dengan asal dan menghubungi ojek online.Akann tetapi, baru saja Dewi keluar dari kamar, pandangannya bertemu dengan Denver yang sedang berbincang bersama Dirga. Dia pun menjadi kaku.Denver memang tidak bersuara, tetapi tatapan tajamnya menyiratkan sebuah pertanyaan."Umm … a—ku ada perlu ke rumah sakit, sebentar. Aku akan segera kembali," gugup Dewi sambil meremas tali tasnya.Lagi, Denver tidak menanggapi. Bahkan pria itu melenggang pergi menjauhi Dewi. Membuat gadis itu menelan rasa kecewa. Dia bukan berharap diantar, tetapi cukup mendapat sahutan saja sudah melegakan hati.Pria itu justru menuju ke ruangan lain. Seolah enggan melihat wajah Dewi."Tidak apa-apa, Dewi. Lagi pula ini memang sala

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 156 :  Aku Butuh Kamu

    Tangan Denver yang terkepal tepat di depan dadanya menunjukkan garis-garis otot dan pembuluh darah, menandakan betapa tegangnya dia. Napas pria itu berat, nyaris tersendat, dan dia harus menyeka matanya yang hampir basah.Setelahnya, Denver turun dari ranjang pasien, lalu berdiri di samping ranjang sang mama, menatap penuh sayang sembari membelai bahunya.“Apa Dokter Mario sudah selesai operasi? Katakan padanya mamaku butuh pertolongan secepatnya!” tegas Denver dengan suara tegang.Seorang perawat bergegas mencari informasi.Bilik gawat darurat mulai lengang. Perawat dan beberapa dokter yang sempat memberikan pertolongan pertama kembali ke pos masing-masing. Tersisa Denver dan dokter umum.Beberapa saat kemudian, seorang perawat datang memberitahu, “Dokter Mario segera ke sini, Dok.”Denver tidak menyahut, hanya menatap layar monitor yang bergerak, menunjukkan angka-angka penunjuk kehidupan.Setelahnya, Dwyne menjalani pemeriksaan oleh tim dokter spesialis. Wanita itu didiagnosis menga

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 155: Menyelamatkan Sang Mama

    “Mama ini bukan anak kecil yang bisa diajak bercanda, Denver!” tegas Dwyne, tetapi gestur tubuhnya tidak bisa menyembunyikan keterkejutan. Wanita itu gemetar membuat tangannya mengepal erat seolah berusaha menahan sesuatu.“Menurut Mama, apa aku sedang bercanda? Untuk apa?” sahut Denver sembari mendekati mereka yang berdiri terpaku di tempat.Sejenak pria itu menatap Dewi dalam, lantas memejamkan mata. Dia teringat percakapannya dengan Danis beberapa saat lalu.Tadi, selesai praktik, Denver sengaja menemui Danis secara langsung. Dia merasa harus mengetahui kebenaran ini dari berbagai sumber. Danis mengakuinya, bahkan memberikan Denver selembar foto usang.Dalam foto itu, seorang wanita tengah mengandung, dan wajahnya mirip sekali dengan Dewi. Namun, pria tampan di sampingnya bukanlah Denver—melainkan Danis sewaktu muda.Ya, dia tahu itu, sebab beberapa kali Dwyne dan mendiang ayahnya membawa Denver kecil berkunjung ke rumah pria itu. Masih jelas dalam ingatannya foto Danis muda.Termas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status