Share

Bab 47 : Karena Hujan

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 22:33:32
Suara langkah menggema di ruang tamu rumah kontrakan yang sepi. Hujan deras masih menghantam tanah di luar dan udara malam terasa menusuk tulang. Membuat Dewi menggigit bibir dengan kedua tangan menggenggam ujung sweater merah muda. Netra sipit gadis itu tidak lepas dari jendela.

“Dewi?” panggil Danang memecah keheningan. Pria paruh baya itu melangkah mendekat, sorot matanya lembut. “Bima enggak jemput, ya? Mau menginap?”

Dewi menggeleng cepat, lalu mengusap lengan berisi ayahnya dengan lembut. “Tidak perlu, Ayah. Dewi tunggu reda saja,” jawabnya seraya tersenyum tipis.

Danang mengusap kepala Dewi pelan. “Ya, sudah. Kalau nanti pulang, pamit sama Danu saja. Ayah tidur dulu, ya?”

“Iya, Ayah. Istirahatlah, jangan lupa pesan dokter.” Dewi mengangkat jari telunjuk, membuat Danang terkekeh kecil sebelum melangkah ke kamar di samping ruang keluarga.

Sudah sepuluh hari ini Dewi menjenguk Danang pascalepas rawat. Dia tidak mengizinkan sang ayah pulang ke kampung halaman sebelum kondis
NACL

Kakak-Kakak silakan beri komentarnya, Ya. Terima kasih dan selamat malam minggu ^^

| 18
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lim Lie Huang
mkin seru ceritany n suka baca ceritany cuma sdkt bgt episodeny
goodnovel comment avatar
zyifara.ajach
sepertinya episode yg ditunggu mulai muncul ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 48: Menggebu

    Dewi bergeming menatap punggung Denver yang perlahan menjauh. Ada rasa ragu menggelayut pikiran, seolah langkah pria itu menyiratkan sesuatu. Dia bergegas menutup pintu yang memberi suasana hening membuat dadanya sesak. Dia menarik napas panjang, mencoba mengusir pikiran yang tidak menentu. Dengan langkah cepat, Dewi mengganti pakaian, dan merebahkan diri di atas ranjang. Namun, matanya tetap terbuka. Pikirannya mencoba memahami bagaimana Denver harus berpuasa.“Kali ini pembuahan harus berhasil,” gumam Dewi.Malam itu berlalu dalam gelisah. Keesokan harinya, Dewi terbangun dengan napas terengah. Dia meraih ponsel di atas nakas, melihat jam menunjukkan pukul 05.30. Gadis itu pun bergegas siap-siap bekerja.Sesampainya di rumah sakit, Dewi menaruh tas di loker, membawa ponsel dan uang secukupnya di saku. Saat briefing, matanya bertemu sepasang manik cokelat karamel di dalam ruangan luas in. Seketika, ingatan akan malam sebelumnya kembali menghantam.Selesai briefing, Dewi menjalankan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 49 :Tak Bisa Menghindar

    “Dewi …,” kata Denver di sela pagutan keduanya. Jakun pria itu turun naik, dan terasa jelas bagaimana celana panjang hitamnya mulai sesak. Dewi mengerang pelan, tubuhnya sedikit menggeliat ketika desakan itu menekan bagian bawah tubuhnya. Dia sudah dewasa, memahami apa yang mungkin akan terjadi. Namun, otaknya berperang dengan tubuhnya dipenuhi gelombang hormon memabukkan.“Aahh,” desahan tertahan meluncur dari bibir Dewi ketika satu tangan Denver perlahan menyentuh pahanya, masih tertutup oleh daster merah jambu.Gadis itu membelalakkan mata sipitnya, merasakan jemari pria itu kini menelusup ke balik kain tipis. Perintah otak untuk menghentikan tangan itu beradu dengan desakan tubuh untuk menyerah pada sentuhan.Oksitosin dan dopamin mengambil alih. Tubuh Dewi bereuforia, merespons sentuhan lembut menggetarkan. Ketika jemari Denver berani menarik kain terakhir yang melapisi, dia hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibir untuk menahan gejolak panas menyerang setiap sel tubuhnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 50: Jejak yang Tersisa

    Dewi masih memandang layar ponsel di meja dengan tatapan kosong. Nama ‘Istriku’ yang tertera membuat perasaan bersalah bercampur iri menyusup ke dalam hatinya.Dia tahu perasaan itu salah, tetapi makin sulit diabaikan. Dia pun segera menjauh dari Denver, duduk di pinggir ranjang dan membiarkan pria itu menerima panggilan suara. Dewi memandangi Denver yang berjalan menuju balkon sambil menggulir layar ponsel.Dia memilih tidak menguping, lalu membaringkan tubuh dan menarik selimut seolah melindungi diri dari kerapuhan.“Aku bodoh,” gumamnya pelan. Dewi menatap balkon yang hanya terhalang kaca dengan pandangan hampa. Lelehan hangat seketika mengalir sebelum akhirnya dia tertidur.Sedangkan di balkon, Denver mendengkus ketika mendengar istrinya meminta uang.“Ayolah, Baby, kirim 50 juta. Aku takut gaunnya dibeli orang duluan,” rengek Carissa.“Bukannya gaunmu sudah banyak?” Denver memijat pelipis karena wanita itu menjadikan dirinya bagai mesin ATM hidup.“Ini ‘kan untuk hari spesial kit

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 51: Gaun Biru Tua

    “Ruslan, apa tidak ada catatan detail soal ke mana uang itu?” tanya Denver tetap tenang, tetapi matanya tajam menatap sang asisten yang berdiri di seberangnya. Ruslan mengangguk sambil menyerahkan berkas di tangannya. “Betul, Pak. Dari laporan pihak bank, ada penarikan secara berkala dari rekening Bu Carissa. Terakhir pagi ini, sejumlah 50 juta. Tapi, tidak ada keterangan jelas ke mana uang itu digunakan.” Denver membuka berkas tersebut, membaca dengan saksama. Jari-jarinya mengetuk meja kayu besar di ruang kerjanya di J&B Pharmacy. Dia menyandarkan punggung ke kursi, menatap langit-langit ruangan sejenak. “Ini aneh. Carissa bukan tipe orang yang kekurangan uang,” gumam Denver dengan jemari saling tertaut. Ketegangan belum berakhir, ponsel Denver berdering. Dia menerimanya tanpa mengalihkan pandangan dari Ruslan. “Ya, Rudi?” Suara di seberang terdengar sedikit tergesa-ge

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   52: Bagai Mimpi

    Sigap, Denver maju di tengah kerumunan dan melepas tuksedo hitamnya tanpa ragu. Dia menyampirkan kain itu di bahu Dewi. Tindakan ini menutupi punggung polos dan belahan dada Dewi yang sebelumnya mencuri perhatian. Mata tamu undangan serentak tertuju pada mereka—ada yang berbisik kagum dan tidak sedikit menatap penuh tanya. “Valerie,” panggil Denver tegas Dia menoleh ke arah seorang wanita muda bergaun hijau zamrud di dekatnya. “Bawa Dewi dan cari gaun yang sesuai untuknya,” tukasnya. Valerie mengangkat alis sebelum mengangguk dan menyahut, “Baiklah.” Wanita itu dengan cekatan membawa Dewi keluar dari ballroom. Dalam perjalanan menuju kamar hotel, Valerie melirik Dewi dari ujung kepala hingga kaki. “Aku tahu ini bukan … tapi serius, kenapa kamu pakai gaun seperti itu?” Dewi menelan ludah dan menunduk malu, dia menjawab dengan suara pelan, “Aku tidak punya pilihan … ini Bu Carissa yang memberikannya.” Valerie mendengus, nada tidak percaya terdengar jelas. Namun, dia tidak ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 53 : Panggil Namaku

    “Kamu gugup?” goda Denver. Seperti biasa intonasinya mengalun merdu, seolah kelembutan ini hanyalah milik Dewi seorang.Jarak di antara mereka begitu dekat, membuat Dewi bisa merasakan hangat dan aroma mint napas pria itu.Dewi mengangguk kecil, mencoba menyembunyikan kegelisahan.“Aku … pikir Dokter lupa,” jawabnya pelan dengan tatapan jatuh ke lantai. Namun, dengan cepat Denver mengangkat dagunya, memaksa untuk bertemu pandang. “Tidak lupa,” kata Denver. Mata pria itu menatap langsung ke dalam mata Dewi, seakan ingin membaca apa yang ada di dalam pikirannya. “Percayalah padaku.” Dewi terdiam sebab ada sesuatu dalam tatapan Denver yang membuatnya merasa aman sekaligus … gelisah. Detik itu, dia terpesona oleh pria di depannya. Aura tenang Denver memancarkan kendali penuh, tetapi juga kelembutan.“Mau mandi dulu?” tanya Denver.Dewi mengangguk pelan, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia membuka gaunnya dan mengguyur tubuh menggunakan air hangat. Selesai dengan ritual membersihkan di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 54: Kita Belum Selesai

    “Aahh ….”“Ini luar biasa,” gumam Carissa sambil memiringkan tubuh di atas ranjang besar.Tangan gemetar wanita itu menggenggam alat berbentuk memanjang keunguan, bibirnya terkatup dengan napas memburu.Getaran alat itu membawa Carissa ke puncak pelepasan. Namun, senyum yang baru saja merekah sirna oleh bunyi ponsel dari dalam tas.Carissa menatap perangkat keras itu dengan kesal, matanya yang masih berkilau oleh euforia menggelap. “Sial, siapa lagi tengah malam begini?” gumamnya seraya meraih ponsel.“Halo? Ada apa?” tanya Carissa dengan nada malas.“Carissa, aku butuh uang lagi. Anak buah suamimu mengawasiku. Aku harus pindah-pindah hotel dan bayar pengawal,” keluh seseorang dari balik telepon terdengar serak dan menandakan kecemasan mendalam.“Bima?! Bagaimana Denver bisa tahu kamu di Singapura?” Carissa menegakkan tubuhnya, kini duduk dengan jari mengetuk-ngetuk meja kecil di samping ranjang. Panik mulai merayapi wajahnya. “Aku tidak tahu, tapi ini masalah besar. Kirim uangnya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 55 : Akibat Ulahnya

    “Tinggalkan dia, Denver! Kamu itu sudah beristri. Ya, Niang tahu Carissa memang belum sempurna karena … belum hamil. Tapi bukan berarti kamu seenaknya selingkuh!” sergah Niang dengan suara lantang, matanya memandang Denver penuh tuduhan. Denver menghela napas panjang, menahan diri agar tidak tersenyum sinis. Sudah tiga hari ini dia selalu mendapat nasihat yang sama dari Niang. Namun baru kali ini Nenek dari Carissa datang mengunjunginya di rumah sakit.“Selingkuh?” ulang pria itu pelan. Denver menatap wajah wanita paruh baya itu dengan pandangan yang sulit dibaca. “Ya, kamu hanya tergoda! Sekarang saat yang tepat membunuh perasaan itu! Niang tidak mau rumah tangga kalian hancur!” Wanita itu semakin berapi-api, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Aku rasa rumah tangga kami tidak akan hancur kalau tidak dimulai lebih dulu,” jawab Denver datar, “sebaiknya Niang tanyakan pada Carissa. Aku ingin dia jujur.” Intonasinya tetap tenang, meskipun setiap kata seperti pisau yang menusuk. Denve

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status