Share

52: Bagai Mimpi

Author: NACL
last update Last Updated: 2024-12-30 12:26:59
Sigap, Denver maju di tengah kerumunan dan melepas tuksedo hitamnya tanpa ragu. Dia menyampirkan kain itu di bahu Dewi. Tindakan ini menutupi punggung polos dan belahan dada Dewi yang sebelumnya mencuri perhatian.

Mata tamu undangan serentak tertuju pada mereka—ada yang berbisik kagum dan tidak sedikit menatap penuh tanya.

“Valerie,” panggil Denver tegas Dia menoleh ke arah seorang wanita muda bergaun hijau zamrud di dekatnya. “Bawa Dewi dan cari gaun yang sesuai untuknya,” tukasnya.

Valerie mengangkat alis sebelum mengangguk dan menyahut, “Baiklah.”

Wanita itu dengan cekatan membawa Dewi keluar dari ballroom.

Dalam perjalanan menuju kamar hotel, Valerie melirik Dewi dari ujung kepala hingga kaki. “Aku tahu ini bukan … tapi serius, kenapa kamu pakai gaun seperti itu?”

Dewi menelan ludah dan menunduk malu, dia menjawab dengan suara pelan, “Aku tidak punya pilihan … ini Bu Carissa yang memberikannya.”

Valerie mendengus, nada tidak percaya terdengar jelas. Namun, dia tidak ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 53 : Panggil Namaku

    “Kamu gugup?” goda Denver. Seperti biasa intonasinya mengalun merdu, seolah kelembutan ini hanyalah milik Dewi seorang.Jarak di antara mereka begitu dekat, membuat Dewi bisa merasakan hangat dan aroma mint napas pria itu.Dewi mengangguk kecil, mencoba menyembunyikan kegelisahan.“Aku … pikir Dokter lupa,” jawabnya pelan dengan tatapan jatuh ke lantai. Namun, dengan cepat Denver mengangkat dagunya, memaksa untuk bertemu pandang. “Tidak lupa,” kata Denver. Mata pria itu menatap langsung ke dalam mata Dewi, seakan ingin membaca apa yang ada di dalam pikirannya. “Percayalah padaku.” Dewi terdiam sebab ada sesuatu dalam tatapan Denver yang membuatnya merasa aman sekaligus … gelisah. Detik itu, dia terpesona oleh pria di depannya. Aura tenang Denver memancarkan kendali penuh, tetapi juga kelembutan.“Mau mandi dulu?” tanya Denver.Dewi mengangguk pelan, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia membuka gaunnya dan mengguyur tubuh menggunakan air hangat. Selesai dengan ritual membersihkan di

    Last Updated : 2024-12-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 54: Kita Belum Selesai

    “Aahh ….”“Ini luar biasa,” gumam Carissa sambil memiringkan tubuh di atas ranjang besar.Tangan gemetar wanita itu menggenggam alat berbentuk memanjang keunguan, bibirnya terkatup dengan napas memburu.Getaran alat itu membawa Carissa ke puncak pelepasan. Namun, senyum yang baru saja merekah sirna oleh bunyi ponsel dari dalam tas.Carissa menatap perangkat keras itu dengan kesal, matanya yang masih berkilau oleh euforia menggelap. “Sial, siapa lagi tengah malam begini?” gumamnya seraya meraih ponsel.“Halo? Ada apa?” tanya Carissa dengan nada malas.“Carissa, aku butuh uang lagi. Anak buah suamimu mengawasiku. Aku harus pindah-pindah hotel dan bayar pengawal,” keluh seseorang dari balik telepon terdengar serak dan menandakan kecemasan mendalam.“Bima?! Bagaimana Denver bisa tahu kamu di Singapura?” Carissa menegakkan tubuhnya, kini duduk dengan jari mengetuk-ngetuk meja kecil di samping ranjang. Panik mulai merayapi wajahnya. “Aku tidak tahu, tapi ini masalah besar. Kirim uangnya s

    Last Updated : 2024-12-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 55 : Akibat Ulahnya

    “Tinggalkan dia, Denver! Kamu itu sudah beristri. Ya, Niang tahu Carissa memang belum sempurna karena … belum hamil. Tapi bukan berarti kamu seenaknya selingkuh!” sergah Niang dengan suara lantang, matanya memandang Denver penuh tuduhan. Denver menghela napas panjang, menahan diri agar tidak tersenyum sinis. Sudah tiga hari ini dia selalu mendapat nasihat yang sama dari Niang. Namun baru kali ini Nenek dari Carissa datang mengunjunginya di rumah sakit.“Selingkuh?” ulang pria itu pelan. Denver menatap wajah wanita paruh baya itu dengan pandangan yang sulit dibaca. “Ya, kamu hanya tergoda! Sekarang saat yang tepat membunuh perasaan itu! Niang tidak mau rumah tangga kalian hancur!” Wanita itu semakin berapi-api, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Aku rasa rumah tangga kami tidak akan hancur kalau tidak dimulai lebih dulu,” jawab Denver datar, “sebaiknya Niang tanyakan pada Carissa. Aku ingin dia jujur.” Intonasinya tetap tenang, meskipun setiap kata seperti pisau yang menusuk. Denve

    Last Updated : 2024-12-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 56 : Frozen Yogurt

    Senyum lembut menghiasi bibir Dewi saat dia berputar di depan cermin besar kamar hotel. Gaun merah muda yang membalut tubuhnya membuat bayangan diri terlihat elegan, meskipun belahan dadanya sedikit rendah. Namun, dibandingkan gaun biru tua di malam itu, ini terasa lebih sopan.Dewi mengusap wajahnya dengan bedak tipis, lalu menambahkan perona bibir merah muda yang berkilau. Tangan gadis itu gemetar ringan, bukan karena gugup, tetapi ada rasa harap sulit untuk dijelaskan.‘Mungkin Dokter Denver ingin makan malam santai?’ pikirnya, dia mencoba menenangkan hati.Pintu kamar terbuka dan sosok Denver melangkah masuk. Pria itu tampak luar biasa dengan balutan kemeja hitam rapi dan celana panjang senada.Dewi menghentikan tangannya yang semula sedang mematut perona bibir. Mata mereka bertemu sejenak, dan dunia … serasa melambat.“Apa kamu suka gaunnya?” tanya Denver dengan suara lembut.Dewi mengangguk pelan. “Terima kasih, Dokter,” jawabnya, disertai senyum tulus.Senyum gadis itu makin cer

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 57 : Bisakah Aku?

    “Jadi mereka bermalam bersama? Tidak bisa dibiarkan!” geram Carissa, matanya menatap tajam ke layar ponsel yang menunjukkan foto Dewi melangkah memasuki hotel milik keluarga Denver. Jari-jarinya mencengkeram railing balkon kamar, hampir meremukkan logam dingin itu.Pagi ini benar-benar suram. Carissa merutuk nasibnya, mengingat semalam dia memilih kelabing untuk melampiaskan frustrasi. Namun, yang mengecewakan, rencananya mencegah Denver menemui Dewi, gagal.Bahkan hanya pengawal yang diperintahkan Denver untuk mengawasinya. Sebuah penghinaan yang membuat darahnya tambah mendidih. Ditambah lagi, kartu kredit dan rekeningnya dibatasi sehingga tidak bisa melakukan apa pun untuk melampiaskan kemarahan.“Argh!” teriak Carissa sambil menghentakkan kakinya. “Awas kamu, Dewi!”Dia segera turun ke dapur untuk meminta penghilang pengar. Setelah merasa segar, dia mengendarai mobilnya menuju rumah Niang dengan hati pen

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 58: Percakapan yang Dalam

    Seharusnya Dewi merasa lega karena tangan Niang tidak jadi mendarat di pipinya. Namun, perasaan lain kini menggelayut dalam dadanya, mengaduk emosi hingga sulit dia kendalikan.“Dokter Denver …,” gumam Dewi sangat pelan dan pandangan berkaca-kaca. Tubuh mungil itu gemetar halus, dia tidak mampu menatap punggung lebar pria yang kini berdiri melindunginya.“Mohon maaf, Niang,” kata Denver dengan nada yang lembut dan tegas. Wajah tampannya menatap lurus ke arah wanita tua itu.“Apa yang kamu lakukan, Denver?! Seharusnya kamu menjauh!” bentak Niang, amarah yang membara terlihat jelas dari sorot matanya. “Kalian itu sudah punya pasangan! Kamu mau menghancurkan keluarga ini?!”“Aku melakukan yang seharusnya, Niang,” balas Denver tegas. Suaranya cukup rendah dan menggetarkan. “Tidak ada seorang pun yang berhak menyakiti Dewi, termasuk keluarga sendiri,” tukasnya.Dari balik punggung Denver, Dewi melihat wajah Niang memerah. Tubuh wanita tua itu gemetar hebat dan tangannya terangkat, lalu menu

    Last Updated : 2025-01-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 59 : Ada di Sisimu

    [Ini cemilan untukmu dan suplemen yang kamu minta.]Dewi tersenyum kecil membaca pesan itu. Matanya beralih pada toples berisi kacang-kacangan dan jus buah segar di samping selembar vitamin promil. Meskipun sudah lebih dari dua minggu mereka tidak bertemu, perhatian Denver tak pernah pudar.Bahkan Denver menuruti permintaan Dewi, memindahkannya ke jam kerja semula.[Terima kasih.]Dewi mengetik balasan singkat, lalu menyimpan ponselnya ke saku. Dia melangkah menuju ruang farmasi, di mana ayahnya sedang mengantre obat. Melihat Danang yang tampak jauh lebih segar dibanding beberapa minggu lalu, senyum Dewi merekah lebar.“Kamu ke sini, Nak?” sapa Danang begitu melihat Dewi menghampirinya.“Iya, Ayah. Mau lihat sudah selesai atau belum,” jawab Dewi, duduk di samping pria paruh baya itu.Alih-alih berbincang, Danang justru memandangi putrinya dengan seksama. Tangannya terangkat, menempelkan punggung tangan ke dahi Dewi.“Kamu sakit?” tanyanya dengan intonasi sarat akan kekhawatiran.“Tida

    Last Updated : 2025-01-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 60 : Berharap Itu Kamu

    Selama dua hari terakhir, Dewi selalu menyempatkan diri menemani Maharani saat jam istirahat dan usai kerja. Setiap kali dia duduk di sisi ranjang wanita itu, ada kehangatan sekaligus kepedihan yang mengisi ruang di antara mereka.“Dewi, apa kamu baik-baik saja?” tanya Maharani, memiringkan kepala sambil menatap wajah Dewi yang tampak sayu.Di depannya, Dewi hanya mengaduk-aduk makanan dalam mangkuk tanpa berniat untuk menyuapnya.Dewi tersadar, lalu mencoba tersenyum. “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah.”Akan tetapi, Maharani tidak percaya begitu saja. Mata wanita itu menyipit, memindai wajah Dewi dengan cermat.“Aku perhatikan kamu sering melamun. Ada apa? Apa ini tentang Dokter Denver?” tanya Maharani dengan penekan sedikit pada nama pria itu.Pipi Dewi merona seketika. “Tidak, aku hanya … ya, mungkin sedikit memikirkan sesuatu.”“Dewi,” kata Maharani lembut dan sedikit paksaan, “Apa yang kamu pikirkan?”Dewi menghela napas panjang, ada kilatan pedih di matanya yang sulit dise

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status