Share

Bab 53 : Panggil Namaku

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 22:42:26
“Kamu gugup?” goda Denver. Seperti biasa intonasinya mengalun merdu, seolah kelembutan ini hanyalah milik Dewi seorang.

Jarak di antara mereka begitu dekat, membuat Dewi bisa merasakan hangat dan aroma mint napas pria itu.

Dewi mengangguk kecil, mencoba menyembunyikan kegelisahan.

“Aku … pikir Dokter lupa,” jawabnya pelan dengan tatapan jatuh ke lantai. Namun, dengan cepat Denver mengangkat dagunya, memaksa untuk bertemu pandang.

“Tidak lupa,” kata Denver. Mata pria itu menatap langsung ke dalam mata Dewi, seakan ingin membaca apa yang ada di dalam pikirannya. “Percayalah padaku.”

Dewi terdiam sebab ada sesuatu dalam tatapan Denver yang membuatnya merasa aman sekaligus … gelisah. Detik itu, dia terpesona oleh pria di depannya. Aura tenang Denver memancarkan kendali penuh, tetapi juga kelembutan.

“Mau mandi dulu?” tanya Denver.

Dewi mengangguk pelan, lalu melangkah menuju kamar mandi. Dia membuka gaunnya dan mengguyur tubuh menggunakan air hangat. Selesai dengan ritual membersihkan di
NACL

Ya, jangan sampe pagi juga dong Pak Dokter! Aduh Denver ini gemana?

| 7
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Mella Sasaq
Asek semoga kali sukses ya pak dok
goodnovel comment avatar
NACL
maklum Kak kejar target .... hehe
goodnovel comment avatar
virna putri
pak dokter mo ngeronda sampe pagi xixixi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 54: Kita Belum Selesai

    “Aahh ….”“Ini luar biasa,” gumam Carissa sambil memiringkan tubuh di atas ranjang besar.Tangan gemetar wanita itu menggenggam alat berbentuk memanjang keunguan, bibirnya terkatup dengan napas memburu.Getaran alat itu membawa Carissa ke puncak pelepasan. Namun, senyum yang baru saja merekah sirna oleh bunyi ponsel dari dalam tas.Carissa menatap perangkat keras itu dengan kesal, matanya yang masih berkilau oleh euforia menggelap. “Sial, siapa lagi tengah malam begini?” gumamnya seraya meraih ponsel.“Halo? Ada apa?” tanya Carissa dengan nada malas.“Carissa, aku butuh uang lagi. Anak buah suamimu mengawasiku. Aku harus pindah-pindah hotel dan bayar pengawal,” keluh seseorang dari balik telepon terdengar serak dan menandakan kecemasan mendalam.“Bima?! Bagaimana Denver bisa tahu kamu di Singapura?” Carissa menegakkan tubuhnya, kini duduk dengan jari mengetuk-ngetuk meja kecil di samping ranjang. Panik mulai merayapi wajahnya. “Aku tidak tahu, tapi ini masalah besar. Kirim uangnya s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 55 : Akibat Ulahnya

    “Tinggalkan dia, Denver! Kamu itu sudah beristri. Ya, Niang tahu Carissa memang belum sempurna karena … belum hamil. Tapi bukan berarti kamu seenaknya selingkuh!” sergah Niang dengan suara lantang, matanya memandang Denver penuh tuduhan. Denver menghela napas panjang, menahan diri agar tidak tersenyum sinis. Sudah tiga hari ini dia selalu mendapat nasihat yang sama dari Niang. Namun baru kali ini Nenek dari Carissa datang mengunjunginya di rumah sakit.“Selingkuh?” ulang pria itu pelan. Denver menatap wajah wanita paruh baya itu dengan pandangan yang sulit dibaca. “Ya, kamu hanya tergoda! Sekarang saat yang tepat membunuh perasaan itu! Niang tidak mau rumah tangga kalian hancur!” Wanita itu semakin berapi-api, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Aku rasa rumah tangga kami tidak akan hancur kalau tidak dimulai lebih dulu,” jawab Denver datar, “sebaiknya Niang tanyakan pada Carissa. Aku ingin dia jujur.” Intonasinya tetap tenang, meskipun setiap kata seperti pisau yang menusuk. Denve

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 56 : Frozen Yogurt

    Senyum lembut menghiasi bibir Dewi saat dia berputar di depan cermin besar kamar hotel. Gaun merah muda yang membalut tubuhnya membuat bayangan diri terlihat elegan, meskipun belahan dadanya sedikit rendah. Namun, dibandingkan gaun biru tua di malam itu, ini terasa lebih sopan.Dewi mengusap wajahnya dengan bedak tipis, lalu menambahkan perona bibir merah muda yang berkilau. Tangan gadis itu gemetar ringan, bukan karena gugup, tetapi ada rasa harap sulit untuk dijelaskan.‘Mungkin Dokter Denver ingin makan malam santai?’ pikirnya, dia mencoba menenangkan hati.Pintu kamar terbuka dan sosok Denver melangkah masuk. Pria itu tampak luar biasa dengan balutan kemeja hitam rapi dan celana panjang senada.Dewi menghentikan tangannya yang semula sedang mematut perona bibir. Mata mereka bertemu sejenak, dan dunia … serasa melambat.“Apa kamu suka gaunnya?” tanya Denver dengan suara lembut.Dewi mengangguk pelan. “Terima kasih, Dokter,” jawabnya, disertai senyum tulus.Senyum gadis itu makin cer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 57 : Bisakah Aku?

    “Jadi mereka bermalam bersama? Tidak bisa dibiarkan!” geram Carissa, matanya menatap tajam ke layar ponsel yang menunjukkan foto Dewi melangkah memasuki hotel milik keluarga Denver. Jari-jarinya mencengkeram railing balkon kamar, hampir meremukkan logam dingin itu.Pagi ini benar-benar suram. Carissa merutuk nasibnya, mengingat semalam dia memilih kelabing untuk melampiaskan frustrasi. Namun, yang mengecewakan, rencananya mencegah Denver menemui Dewi, gagal.Bahkan hanya pengawal yang diperintahkan Denver untuk mengawasinya. Sebuah penghinaan yang membuat darahnya tambah mendidih. Ditambah lagi, kartu kredit dan rekeningnya dibatasi sehingga tidak bisa melakukan apa pun untuk melampiaskan kemarahan.“Argh!” teriak Carissa sambil menghentakkan kakinya. “Awas kamu, Dewi!”Dia segera turun ke dapur untuk meminta penghilang pengar. Setelah merasa segar, dia mengendarai mobilnya menuju rumah Niang dengan hati pen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 58: Percakapan yang Dalam

    Seharusnya Dewi merasa lega karena tangan Niang tidak jadi mendarat di pipinya. Namun, perasaan lain kini menggelayut dalam dadanya, mengaduk emosi hingga sulit dia kendalikan.“Dokter Denver …,” gumam Dewi sangat pelan dan pandangan berkaca-kaca. Tubuh mungil itu gemetar halus, dia tidak mampu menatap punggung lebar pria yang kini berdiri melindunginya.“Mohon maaf, Niang,” kata Denver dengan nada yang lembut dan tegas. Wajah tampannya menatap lurus ke arah wanita tua itu.“Apa yang kamu lakukan, Denver?! Seharusnya kamu menjauh!” bentak Niang, amarah yang membara terlihat jelas dari sorot matanya. “Kalian itu sudah punya pasangan! Kamu mau menghancurkan keluarga ini?!”“Aku melakukan yang seharusnya, Niang,” balas Denver tegas. Suaranya cukup rendah dan menggetarkan. “Tidak ada seorang pun yang berhak menyakiti Dewi, termasuk keluarga sendiri,” tukasnya.Dari balik punggung Denver, Dewi melihat wajah Niang memerah. Tubuh wanita tua itu gemetar hebat dan tangannya terangkat, lalu menu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 59 : Ada di Sisimu

    [Ini cemilan untukmu dan suplemen yang kamu minta.]Dewi tersenyum kecil membaca pesan itu. Matanya beralih pada toples berisi kacang-kacangan dan jus buah segar di samping selembar vitamin promil. Meskipun sudah lebih dari dua minggu mereka tidak bertemu, perhatian Denver tak pernah pudar.Bahkan Denver menuruti permintaan Dewi, memindahkannya ke jam kerja semula.[Terima kasih.]Dewi mengetik balasan singkat, lalu menyimpan ponselnya ke saku. Dia melangkah menuju ruang farmasi, di mana ayahnya sedang mengantre obat. Melihat Danang yang tampak jauh lebih segar dibanding beberapa minggu lalu, senyum Dewi merekah lebar.“Kamu ke sini, Nak?” sapa Danang begitu melihat Dewi menghampirinya.“Iya, Ayah. Mau lihat sudah selesai atau belum,” jawab Dewi, duduk di samping pria paruh baya itu.Alih-alih berbincang, Danang justru memandangi putrinya dengan seksama. Tangannya terangkat, menempelkan punggung tangan ke dahi Dewi.“Kamu sakit?” tanyanya dengan intonasi sarat akan kekhawatiran.“Tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 60 : Berharap Itu Kamu

    Selama dua hari terakhir, Dewi selalu menyempatkan diri menemani Maharani saat jam istirahat dan usai kerja. Setiap kali dia duduk di sisi ranjang wanita itu, ada kehangatan sekaligus kepedihan yang mengisi ruang di antara mereka.“Dewi, apa kamu baik-baik saja?” tanya Maharani, memiringkan kepala sambil menatap wajah Dewi yang tampak sayu.Di depannya, Dewi hanya mengaduk-aduk makanan dalam mangkuk tanpa berniat untuk menyuapnya.Dewi tersadar, lalu mencoba tersenyum. “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lelah.”Akan tetapi, Maharani tidak percaya begitu saja. Mata wanita itu menyipit, memindai wajah Dewi dengan cermat.“Aku perhatikan kamu sering melamun. Ada apa? Apa ini tentang Dokter Denver?” tanya Maharani dengan penekan sedikit pada nama pria itu.Pipi Dewi merona seketika. “Tidak, aku hanya … ya, mungkin sedikit memikirkan sesuatu.”“Dewi,” kata Maharani lembut dan sedikit paksaan, “Apa yang kamu pikirkan?”Dewi menghela napas panjang, ada kilatan pedih di matanya yang sulit dise

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 61: Yang Diharapkan

    Bahu Dewi terkulai lemas saat melihat siapa yang datang sepagi ini. Dia berharap sosok itu adalah Denver, tetapi ternyata …. Apakah dia kecewa? Entahlah, tetapi wajahnya menunjukkan reaksi yang serupa.“Maaf, Non Dewi. Pak Denver bilang saya harus antar Non ke rumah sakit sekarang juga,” ungkap Pak Agus dengan intonasi hati-hati, terlebih melihat Dewi yang kepayahan.Dewi mengernyit, lalu mengingat bahwa hari ini memang jadwal pemeriksaannya. Dia akan mengetahui apakah proses pembuahan berhasil atau tidak.“Oh, iya, Pak. Tunggu sebentar.” Dewi berjalan ke kamar, bersiap, lalu mengikuti Pak Agus menuju mobil.Dalam perjalanan, Dewi mengusap perutnya yang terasa tidak nyaman. Rasa mual masih tersisa dari pagi tadi membuatnya sedikit gelisah. Dia juga merasa kelelahan karena malam sebelumnya melewatkan jam makan.Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ruang praktik Denver di lantai dua. Pintu ruangan terbuka, dia melihat pria itu berdiri di balik meja, tampak segar dan memesona

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 239 : Anak Kecil Itu Pengganggu

    Dewi menatap wajah kecil dalam dekapannya. Tubuh mungil itu terasa menghangatkan hati, tetapi pikirannya merambat begitu dingin. Kata-kata Dania tadi masih menusuk-nusuk benaknya, berputar tanpa henti seakan menjadi mantra kutukan. "Mama, aku mau bobo dipeluk Mama, ya?" Dirga menggumam pelan, matanya yang indah mulai meredup dalam kantuk. Dewi tersentak dari lamunannya. Dia menelan ludah, berusaha mengembalikan fokus ke putranya. Bibir merah muda wanita itu melengkung samar, meskipun hatinya masih penuh gundah. "Iya, Sayang. Mama bakal peluk Dirga semalaman." "Janji. Mama nggak hilang, ya?" Bocah itu menatap sang mama dengan mata ngantuknya. "Janji, Bos Kecil." Dirga tersenyum kecil mendengar ucapan mamanya, lalu menyusup lebih dalam ke pelukan Dewi. Napas anak itu mulai teratur, tangannya masih menggenggam baju ibunya erat. Seakan takut jika melepaskan, Dewi akan kembali hilang. Denver melirik ke kaca spion, melihat istrinya yang masih menunduk, membelai rambut putranya de

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 238 : Kamu Bikin Mama Takut

    Hening menyelimuti ruangan ketika Denver menekan tombol merah di ponsel. Wajah tampan Dokter itu masih serius, tatapannya dalam, tetapi terdapat sedikit kelegaan yang tersirat. Dia berbalik menatap Dewi yang masih terduduk di sofa dengan wajah cemas. Bahkan paras ayunya berubah jadi pucat karena tragedi ini. "Ayo, kita jemput Dirga," kata Denver, sambil berjalan mendekati Dewi. Dewi menatap sang suami dengan mata yang masih basah. Dia mengangguk lemah. Ketika dia hendak berkata untuk menjawab, Denver telah berjongkok di hadapannya. Pria itu menghapus sisa air mata di pipi istrinya dengan jemarinya yang hangat. "Jangan menangis lagi," ujar Denver lembut dan penuh ketenangan.. "Nanti Dirga bisa sedih melihatmu seperti ini." Dewi menunduk, menarik napas dalam, lalu berdiri. Dia menggenggam tangan Denver dengan erat, seakan dia takut terjatuh, karena satu-satunya yang bisa membuatnya tetap berdiri tegak adalah sang suami. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju mobil

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 237 : Dirga Di Mana Kamu Nak?

    Dewi nyaris menjatuhkan ponselnya ketika suara panik dari seberang terdengar lagi. "Dirga ... Dirga menghilang, Bu! Saya sudah mencarinya ke seluruh rumah, tapi tidak ada!" Suara pengasuh terdengar putus asa. Ada isak tangis dan keriuhan di sana. Dewi langsung terduduk. Jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak, setelah kesadarannya kembali dia melompat panik dari atas ranjang. Tanpa pikir panjang, dia bangkit, menarik pakaiannya yang berserakan di atas karpet dan meraih tasnya dengan tangan gemetar. Denver yang belum memahami situasi, mengernyit melihat istrinya yang tampak panik. "Dewi, ada apa?" "Sayang ... Dirga hilang! Anak kita," histeris Dewi dengan suara pecah saat mengucapkan itu. Tanpa menunggu jawaban, Dewi langsung berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Denver bergegas menyusul, meraih kunci helikopter dan mengikuti langkah istrinya yang sudah setengah berlari keluar. Wanita itu tidak peduli meskipun kakinya masih lemas, dan jalannya hampir tersandun

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 236 : Pelan-pelan Sayang

    ** Baca setelah berbuka puasa**Dewi berdiri dengan bangga di atas panggung, mengenakan toga kebanggaan universitasnya. Sorak-sorai memenuhi auditorium saat namanya dipanggil sebagai lulusan terbaik. Tangannya sedikit gemetar saat menerima ijazah dari rektor, tetapi senyum di wajahnya tak dapat disembunyikan."Selamat, Dewi. Ini adalah hasil dari kerja keras dan ketekunanmu," ujar rektor dengan bangga."Terima kasih, Pak," jawab Dewi dengan suara bergetar, merasakan momen ini sebagai titik puncak dari perjuangannya selama bertahun-tahun.Dari tempat duduk tamu undangan, Denver menatapnya dengan penuh kebanggaan. Di sisinya, Danis dan Oma Nayla juga bertepuk tangan meriah. Namun, perhatian Dewi sempat tertuju pada sosok yang berdiri tidak jauh dari sana—Darius.Senyum pria itu ramah, tetapi tatapan itu membuat Dewi merasa bersalah mengingat perjuangan Darius. Itu akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan baginya.Saat Dewi turun dari panggung, Darius menghampirinya lebih dulu, sedangk

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 235 : Sesuatu Lebih Penting

    ** Baca setelah berbuka puasa** ^^Satu tahun berlalu.“Sayang, aku belum pakai kemeja!” teriak Denver dari dalam kamar, matanya tetap terpaku pada layar ponsel, sibuk mengetik sesuatu.Dewi, yang baru saja selesai merias wajahnya, mendengkus pelan. Dia masih mengenakan jubah mandi merah muda dan belum sempat berganti pakaian. Dengan langkah cepat, dia menghampiri sang suami yang duduk di tepi ranjang.“Kenapa tidak pakai sendiri?” tanyanya dengan nada sedikit kesal. Belakangan ini, Denver makin manja, membuatnya sering meminta bantuan untuk hal-hal kecil.“Tolong, Sayang. Tanganku sibuk,” jawab Denver, mengedipkan sebelah mata dengan ekspresi menggoda.“Kalau begitu, taruh dulu ponselnya dan pakai sendiri!” gerutu Dewi, meskipun akhirnya tetap berbalik untuk mengambil kemeja yang sudah dia siapkan di gantungan.Akan tetapi, sebelum sempat menjauh, tangan Denver sudah melin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status