Share

Bab 62 : Bukan Miliknya!

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-01-03 12:20:05

“Ada apa ini, Carissa?!” suara Denver menggema di depan pintu pembatas IGD dan ruang tunggu keluarga. Tatapan pria itu tajam dan penuh pertanyaan, saat melihat istrinya yang terisak di kursi tunggu.

Carissa mendongak, lalu mengusap pipinya yang basah.

“Ni—Niang … ja—tuh,” adu wanita itu  dengan nada gemetar.

Denver mengerutkan alis, memeriksa penampilan Carissa yang berantakan. Matanya menyipit penuh kecurigaan. Sepengetahuan Denver, rumah Niang hanya memiliki satu lantai. Bagaimana dia bisa jatuh?

Tatapan Denver intimidatif membuat Carissa gugup. Sehingga wanita itu melirik Bima, yang duduk tak jauh darinya, Carissa berharap mendapat dukungan.

“Niang … tadi ke rumah dan … tidak sengaja terpeleset dari lantai dua,” gugup Carissa kentara sekali nada terbata dengan upaya menyembunyikan kebenaran.

Selama beberapa saat, Denver terdiam dan berdiri. Dia menatap tajam kepada

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Viva Oke
ternyata Niang terluka karena mengetahui Carissa selingkuh dirumahnya dengan Denver.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 63 : Sebuah Tragedi

    Satu hari setelah insiden itu, Dewi memutuskan kembali bekerja. Meskipun fisik terasa lelah dan pikirannya tidak memberi dia pilihan lain.Ada kekhawatiran yang menggerogoti hati, terutama tentang janinnya. Namun, dia ingin menunjukkan empati kepada Niang, meskipun hubungannya dengan keluarga itu penuh ketegangan.Ketika Dewi mendekati ruang ICU, langkahnya terhenti. Dua pengawal Denver berdiri tegap di pintu masuk, dan di sana Carissa duduk dengan seorang wanita sebaya. Mata Carissa menyipit ketika pandangannya bertemu dengan Dewi, seolah memberi peringatan bahwa gadis itu tidak diterima di sini.Dewi menggigit bibir dan membuang muka, lalu berbalik kembali ke departemen IGD. Di ruang istirahat, Kepala IGD memanggilnya.“Dewi, kemarilah!” perintah pria itu terdengar serius.“Ya, Pak?” Dewi melangkah mendekat dan pikirannya mencoba menebak alasan panggilan itu.“Mulai besok, untuk sementara waktu, kamu aka

    Last Updated : 2025-01-03
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 64 : Tidak Boleh Ada yang Menyakitimu

    Dewi mengusap perutnya dengan lembut, jari-jarinya yang halus menyentuh perutnya seolah berbicara kepada bakal janin yang mulai tumbuh. Netra hitamnya menatap kosong kosong, dan pikirannya penuh dengan pertanyaan rumit tak terjawab.“Maafkan aku, ya,” gumamnya lirih. “Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi ini semua.”Langkah berat terdengar mendekat. Aroma yang sudah sangat dikenalnya memenuhi udara, dan jantung Dewi berdetak lebih cepat. Dia mendongak, dan di sanalah Denver berdiri dengan ekspresi serius serta tatapan tajam langsung tertuju ke pipinya.“Dewi...” panggil Denver, intonasi itu sangat rendah dan tentunya penuh tuntutan. “Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu?”Dewi menggeleng pelan. Dia berusaha menghindari tatapan pria itu dengan melepas ikatan rambutnya.“Tidak ada apa-apa, Dokter,” jawabnya singkat seraya mencoba menyembunyikan getaran di suaranya.D

    Last Updated : 2025-01-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 65 : Berdesir

    [Maaf, aku pergi tanpa izin. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Dokter tenang saja, aku bukan kabur tapi di rumah Ayah.] Denver memandangi layar ponsel yang menampilkan pesan dari Dewi beberapa hari lalu. Saat ini dia duduk di dalam mobil Audi hitamnya,. Kemudian, manik cokelat karamel pria itu menatap rumah sederhana berada di ujung jalan. Dari kejauhan, dia bisa melihat Dewi sedang duduk di teras, mengenakan daster longgar berwarna pastel, rambutnya dikuncir rapi, membuat wajahnya tampak lebih berseri. Pria itu menghela napas panjang, membiarkan rasa rindu itu memenuhi dadanya. Sepekan ini dia hanya bisa mengawasi Dewi dari jauh, memastikan gadis itu dan bayi dalam kandungannya baik-baik saja. Dari balik kaca mobil yang sedikit terbuka, Denver melihat seorang pria paruh baya menghampiri Dewi. Itu Danang, ayah Dewi. Keduanya tampak berbincang-bincang dengan santai, sesekali diselingi tawa kecil terdengar samar di telinganya. Adegan itu membuat dada Denver terasa hangat.

    Last Updated : 2025-01-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 66: Ini Dia

    Setelah Denver meninggalkan rumah, Dewi berjalan menuju ruang tamu untuk membersihkan meja. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sebuah kartu hitam elegan tergeletak di atas meja. “Kartu siapa ini?” gumamnya sambil mengambil benda itu dengan hati-hati. Permukaan kartu itu mengkilap, dengan ukiran nama Arkatama Denver Bradley tertulis rapi di sana. Jantung Dewi berdegup cepat bersamaan dengan suara ponselnya bergetar di saku kaos. Satu pesan masuk. [Itu untukmu. Gunakan kapan pun kamu perlu. Aku tidak ingin kamu kekurangan apa pun, terutama saat mengandung anakku.] Membaca pesan itu, Dewi terdiam. Tangannya mengepal kartu itu erat-erat. Pandangannya mengarah ke jendela yang terbuka. Perasaan campur aduk menghantam dirinya seperti ombak besar. ‘Bukankah aku bisa menjaga diriku sendiri? Apa dia pikir aku ini tidak mandiri?’ batinnya. Perasaan hangat juga menyelinap di hatinya. Perhatian Denver begitu besar, bahkan pada hal kecil. Namun, menerima kartu ini bera

    Last Updated : 2025-01-04
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 67: Nasi Goreng yang Menggoda

    Dewi menatap foto hasil USG di tangannya, gambaran kecil dari kehidupan yang sedang tumbuh di dalam perutnya. Namun, kehangatan yang dirasakannya saat mendengar detak jantung bayi itu tadi kini tercampur dengan kecemasan menyesakkan dada.Kata-kata Carissa tadi begitu menusuk, mengguncang keyakinannya.‘Anak ini akan menjadi penerus keluarga Denver dan aku … Setelah dia lahir, aku yang akan menjadi ibunya.’Kalimat itu terus berulang di benaknya layaknya sebuaah gema yang tak kunjung reda. Dewi meremas foto di tangannya tanpa sadar, dia berusaha menenangkan hati.“Kenapa perhatian kecil darinya membuat aku merasa begini?” gumamnya.Dia mengingat betapa Denver menunjukkan perhatian besar tadi. Perasaan itu seharusnya membuatnya tenang, tetapi malah memunculkan gejolak lain.Langkah Dewi terasa berat saat meninggalkan rumah sakit. Namun, langkahnya terhenti oleh suara berat yang sudah akrab di telinganya.“Dewi.”Dia menoleh dan mendapati Denver berdiri beberapa langkah di belakangnya. T

    Last Updated : 2025-01-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 68: Gaun Merah Muda

    Carissa duduk di sebuah kafe mewah pagi ini. Dia bertemu dengan seorang pria berpenampilan mencurigakan. Wajahnya ditutupi topi dan masker, dan tatapannya tajam. “Aku mau semuanya selesai dalam waktu dekat,” kata Carissa dengan nada dingin. Mata pria itu menyipit. “Tenang saja, Ca. Semua sesuai rencana.” Carissa menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya memancarkan kebencian. “Pastikan dia keguguran hari ini!” ucapnya penuh kebencian. Pria asing itu mendekat dan meraba paha Carissa, lalu tangannya hendak masuk ke dalam rok span pendek. “Stop! Aku enggak mau bercinta!” tolak wanita itu dengan wajah ketus. “Tapi aku merindukanmu. Sudah lama kita tidak melakukannya. Aku janji kali ini main aman,” bisik pria itu membuat Carissa menggangguk pelan. Keduanya pun bergegas pergi setelah merapikan penampilan hingga tak seorang pun mengenali bahwa itu adalah Carissa Sailendra. “Bukannya nanti malam kamu harus—” Ucapan Carissa terputus ketika pria itu meremas dadanya, lalu mendekat. “Kamu

    Last Updated : 2025-01-05
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 69: Cinnamon Roll

    Mata sipit Dewi makin menyipit, menajamkan tatapannya pada seorang pria yang baru turun dari mobil. Postur tubuh tegap pria itu seketika membuat bulu kuduknya meremang. Dia berdiri membeku di tempat, dihantam oleh perasaan tak karuan. “Masuklah, Nona,” titah pria itu dengan nada datar tanpa paksaan. “Aku tidak mau,” tolak Dewi, melangkah menjauh dari mobil sedan tersebut. Namun, baru saja dia mengambil dua langkah mundur, telinganya menangkap suara seorang wanita memanggil dari dalam mobil. Dewi menoleh, melihat tangan wanita itu melambai, mengisyaratkan agar dia masuk. Setelahnya, mobil sedan itu melaju, meninggalkan area rumah sakit. “Jangan melihatku seperti itu!” ketus wanita berambut pirang kecokelatan, matanya melirik Dewi sekilas. “Denver memintaku menjemputmu.” Senyum kecil terukir di wajah Dewi saat nama itu terucap. Dia menunduk, menatap gaun merah muda yang membalut tubuhnya. Saat itu juga perasaan cemasnya menguap. “Bagus, ‘kan, pilihanku? Pagi tadi, Denver mendadak

    Last Updated : 2025-01-06
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 70 : Manis dan Lembutnya Milikmu

    Acara peresmian toko roti telah berakhir beberapa jam lalu. Denver memutuskan membawa Dewi langsung ke apartemen, mengingat malam yang semakin larut.Saat ini Dewi tengah duduk manis di meja makan apartemen. Dia menikmati cinnamon roll-nya. Aroma kayu manis masih menggantung di udara, berpadu dengan kehangatan ruangan yang temaram.Setelah mandi, pria itu keluar dari kamar hanya mengenakan celana pendek kasual, tubuhnya yang masih sedikit basah berkilauan diterpa lampu.Akan tetapi, Dewi tidak menyadari kehadiran Denver yang perlahan mendekat. Mata sipitnya terlalu fokus menikmati setiap gigitan cinnamon roll, sampai suara berat itu menyentak ketenangannya.“Apa malam ini kamu berencana menghabiskan satu kotak penuh cinnamon roll?” goda Denver dari belakang.Dewi terlonjak. Secara refleks dia memutar kepala ke arah suara itu, hanya untuk mendapati Denver berdiri santai tanpa atasan.Netranya langsung bersirobok dengan dada bidang yang memancarkan kehangatan. Wajah Dewi seketika merona

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 243 : Rencana Licikku

    "Papa lihat ada pisang goleng gosong manis!" seru Dirga, saat melihat Denver baru saja pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu berlari mendekati papanya, sambil membawa pisang di kedua tangannya."Aaa ... Papa, ini enak. Onty Lani yang bawa." Dirga tersenyum lebar, lalu satu tangannya menunjuk ke samping."Papa mau coba, satu saja." Denver membuka mulutnya dan dia lumayan menikmati pisang 'gosong' kesukaan putranya.Dewi pun terkikik geli melihat tingkah dua lelaki itu, tetapi tidak dengan Maharani yang saat ini duduk di ruang keluarga rumah Dewi.Maharani memandangi sekeliling dengan perasaan campur aduk. Tangannya menggenggam kotak kecil berisi sale pisang buatannya sendiri, buah tangan darinya untuk sang sahabat.Aroma kayu manis dari diffuser ruangan bercampur dengan bau kopi yang disajikan pelayan rumah. Nyaman, hangat, dan jauh dari kesulitan yang beberapa hari ini membuat kepala Maharani dilanda pusing.Dewi kel

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 242 : 500 Juta Untuk Sewa Rahim

    "Hari ini aku ke kampus. Ada kelas," kata Darius dengan suara datarnya. Pagi ini, Darius merapikan jasnya di depan cermin. Dia melirik Dania yang masih berbaring di tempat tidur dengan wajah ketus. Sejak tadi, wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semalam, Darius berhasil menggagalkan rencana liciknya. Tabung kecil berisi benihnya sudah dia amankan sebelum Dania sempat membawanya pergi. “Aku berangkat dulu,” ucap Darius lembut, dan mengecup puncak kepala sang istri. Dania tetap diam. Tangan wanita itu sibuk mengetuk-ngetuk layar ponsel, tetapi sorot matanya menunjukkan kekecewaan mendalam. Saat Darius hendak melangkah keluar, Dania bersuara pelan, tetapi penuh sindiran. “Kamu pikir bisa lolos terus?” Wanita itu menatap tajam pada Darius. "Aku akan menggunakan cara lain, apa kamu lupa aku ini lulusan kedokteran?" Darius berhenti sejenak, menoleh dengan ekspresi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 241 : Mengambil Kesempatan

    Pagi-pagi sekali, Dania sudah tiba di Rumah Sakit JB. Dia melirik ke kanan dan kiri, lalu melangkah masuk ke dalam area klinik poli estetika.Wanita itu mengendap-endap layaknya penyusup, senyum tipis terpatri di wajahnya. Setelah berhasil mendapatkan sedikit informasi dari para perawat kemarin, hari ini dia berniat menggali lebih dalam.“Aku yakin Maharani itu kompeten,” gumamnya, dengan mata waspada, khawatir Darius mengikutinya.Dari balik meja resepsionis, seorang wanita berkulit sawo matang menyambut dengan senyum ramah. “Selamat siang, Dokter Dania, ada yang bisa saya bantu?”Dania menyeringai dan mengangguk kecil, lalu berdeham. “Aku mau bicara sama salah satu perawat di sini.”Wanita itu meneliti Dania sesaat, lantas mengangguk. “Sebentar, saya panggilkan.”Tidak butuh waktu lama, seorang wanita berkacamata dengan seragam perawat rapi datang menghampiri. “Ada yang bisa saya bantu, Dokter Dania?”Dania tersenyum r

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 240 : Ibu Pengganti

    Dania memandang kertas kecil di tangannya. Sebuah rincian medis atas nama seseorang."Maharani Putri, rincian biaya bedah plastik," ucapnya. Mata wanita itu menyipit, meneliti nama itu dengan saksama. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya, seakan-akan dia pernah mendengar dan bahkan mengenal orang ini.Awalnya, dia hendak meremas kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. Namun, telinganya menangkap bisikan dua orang perawat yang baru saja keluar dari poli estetika, tengah berbincang di dekatnya."Kasihan, ya? Maharani apes banget.""Benar. Begitulah orang kaya, kalau tidak butuh, ya, ditendang.""Padahal dia bisa saja minta tolong sama Pak Rudi. Dia 'kan pernah jadi ibu pengganti."Langkah Dania seketika terhenti. Jari-jarinya yang tadi hendak membuang kertas itu kini mengurungkan niatnya dam menjauh dari tempat sampa. Mata wanita itu kembali tertuju pada tulisan pada kertas medis di tangannya. Maharani Putri. Ibu pengganti?Tiba-tiba sja senyuman miring terukir di bibirnya. Kerta

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 239 : Anak Kecil Itu Pengganggu

    Dewi menatap wajah kecil dalam dekapannya. Tubuh mungil itu terasa menghangatkan hati, tetapi pikirannya merambat begitu dingin. Kata-kata Dania tadi masih menusuk-nusuk benaknya, berputar tanpa henti seakan menjadi mantra kutukan. "Mama, aku mau bobo dipeluk Mama, ya?" Dirga menggumam pelan, matanya yang indah mulai meredup dalam kantuk. Dewi tersentak dari lamunannya. Dia menelan ludah, berusaha mengembalikan fokus ke putranya. Bibir merah muda wanita itu melengkung samar, meskipun hatinya masih penuh gundah. "Iya, Sayang. Mama bakal peluk Dirga semalaman." "Janji. Mama nggak hilang, ya?" Bocah itu menatap sang mama dengan mata ngantuknya. "Janji, Bos Kecil." Dirga tersenyum kecil mendengar ucapan mamanya, lalu menyusup lebih dalam ke pelukan Dewi. Napas anak itu mulai teratur, tangannya masih menggenggam baju ibunya erat. Seakan takut jika melepaskan, Dewi akan kembali hilang. Denver melirik ke kaca spion, melihat istrinya yang masih menunduk, membelai rambut putranya de

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 238 : Kamu Bikin Mama Takut

    Hening menyelimuti ruangan ketika Denver menekan tombol merah di ponsel. Wajah tampan Dokter itu masih serius, tatapannya dalam, tetapi terdapat sedikit kelegaan yang tersirat. Dia berbalik menatap Dewi yang masih terduduk di sofa dengan wajah cemas. Bahkan paras ayunya berubah jadi pucat karena tragedi ini. "Ayo, kita jemput Dirga," kata Denver, sambil berjalan mendekati Dewi. Dewi menatap sang suami dengan mata yang masih basah. Dia mengangguk lemah. Ketika dia hendak berkata untuk menjawab, Denver telah berjongkok di hadapannya. Pria itu menghapus sisa air mata di pipi istrinya dengan jemarinya yang hangat. "Jangan menangis lagi," ujar Denver lembut dan penuh ketenangan.. "Nanti Dirga bisa sedih melihatmu seperti ini." Dewi menunduk, menarik napas dalam, lalu berdiri. Dia menggenggam tangan Denver dengan erat, seakan dia takut terjatuh, karena satu-satunya yang bisa membuatnya tetap berdiri tegak adalah sang suami. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju mobil

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 237 : Dirga Di Mana Kamu Nak?

    Dewi nyaris menjatuhkan ponselnya ketika suara panik dari seberang terdengar lagi. "Dirga ... Dirga menghilang, Bu! Saya sudah mencarinya ke seluruh rumah, tapi tidak ada!" Suara pengasuh terdengar putus asa. Ada isak tangis dan keriuhan di sana. Dewi langsung terduduk. Jantungnya seolah berhenti berdetak sejenak, setelah kesadarannya kembali dia melompat panik dari atas ranjang. Tanpa pikir panjang, dia bangkit, menarik pakaiannya yang berserakan di atas karpet dan meraih tasnya dengan tangan gemetar. Denver yang belum memahami situasi, mengernyit melihat istrinya yang tampak panik. "Dewi, ada apa?" "Sayang ... Dirga hilang! Anak kita," histeris Dewi dengan suara pecah saat mengucapkan itu. Tanpa menunggu jawaban, Dewi langsung berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Denver bergegas menyusul, meraih kunci helikopter dan mengikuti langkah istrinya yang sudah setengah berlari keluar. Wanita itu tidak peduli meskipun kakinya masih lemas, dan jalannya hampir tersandun

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 236 : Pelan-pelan Sayang

    ** Baca setelah berbuka puasa**Dewi berdiri dengan bangga di atas panggung, mengenakan toga kebanggaan universitasnya. Sorak-sorai memenuhi auditorium saat namanya dipanggil sebagai lulusan terbaik. Tangannya sedikit gemetar saat menerima ijazah dari rektor, tetapi senyum di wajahnya tak dapat disembunyikan."Selamat, Dewi. Ini adalah hasil dari kerja keras dan ketekunanmu," ujar rektor dengan bangga."Terima kasih, Pak," jawab Dewi dengan suara bergetar, merasakan momen ini sebagai titik puncak dari perjuangannya selama bertahun-tahun.Dari tempat duduk tamu undangan, Denver menatapnya dengan penuh kebanggaan. Di sisinya, Danis dan Oma Nayla juga bertepuk tangan meriah. Namun, perhatian Dewi sempat tertuju pada sosok yang berdiri tidak jauh dari sana—Darius.Senyum pria itu ramah, tetapi tatapan itu membuat Dewi merasa bersalah mengingat perjuangan Darius. Itu akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan baginya.Saat Dewi turun dari panggung, Darius menghampirinya lebih dulu, sedangk

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 235 : Sesuatu Lebih Penting

    ** Baca setelah berbuka puasa** ^^Satu tahun berlalu.“Sayang, aku belum pakai kemeja!” teriak Denver dari dalam kamar, matanya tetap terpaku pada layar ponsel, sibuk mengetik sesuatu.Dewi, yang baru saja selesai merias wajahnya, mendengkus pelan. Dia masih mengenakan jubah mandi merah muda dan belum sempat berganti pakaian. Dengan langkah cepat, dia menghampiri sang suami yang duduk di tepi ranjang.“Kenapa tidak pakai sendiri?” tanyanya dengan nada sedikit kesal. Belakangan ini, Denver makin manja, membuatnya sering meminta bantuan untuk hal-hal kecil.“Tolong, Sayang. Tanganku sibuk,” jawab Denver, mengedipkan sebelah mata dengan ekspresi menggoda.“Kalau begitu, taruh dulu ponselnya dan pakai sendiri!” gerutu Dewi, meskipun akhirnya tetap berbalik untuk mengambil kemeja yang sudah dia siapkan di gantungan.Akan tetapi, sebelum sempat menjauh, tangan Denver sudah melin

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status