All Chapters of Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Chapter 311 - Chapter 320

322 Chapters

Bab 311 : Malam Membara Antara Kita

“Ahh … Sayang, pelan-pelan!” seru Dewi sambil tertawa kecil, tangannya melingkar erat di pinggang kekar sang suami. Wajahnya dia tempelkan ke punggung Denver, menyembunyikan degup jantung yang terlalu kencang.Denver begitu bersemangat malam ini. Suara motor besar merah burgundy yang dia tunggangi menggema di sepanjang jalan. Bahkan pria itu sempat bersenandung pelan, seolah tidak peduli pada dunia.Satu tangan Denver menahan tangan Dewi yang bersandar tepat di atas perut sixpack-nya, seakan ingin memastikan wanita itu tetap aman di belakangnya.Setelah berhasil membuat Dewi kembali tersenyum dan melepaskan beban hatinya, Denver memutuskan pulang lebih dulu. Dia bahkan menyuruh Ruslan mengantar motor gedenya ke kafe, meninggalkan Maharani dan Darius yang tengah menikmati momen mereka sendiri.“Malam ini kita pulang ke apartemen, Sayang!” teriak Denver, melawan suara bising jalanan.“Eh, kenapa? Nanti Dirga nyariin. Apa dia di sana juga?” balas Dewi, agak berteriak.Akan tetapi, Denver
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

Bab 312 : Makin Tua Makin Jadi

Hari demi hari berlalu ….Pagi ini, Dewi bangun lebih awal dari biasanya. Dia sibuk menyiapkan sarapan untuk suami dan putra kecilnya yang tersayang. Meskipun Denver telah melarangnya, dia tetap ingin memberi yang terbaik.Hari ini adalah hari pertama Dirga masuk sekolah. Bocah itu begitu antusias, bahkan semalam tidur sebelum jam biasanya—membuat Dewi dan Denver lebih cepat pula bermandi peluh tanpa gangguan.“Pagi, Sayang,” sapa Denver yang datang dari belakang dan mengecup pelipis sang istri. Wajahnya terlihat segar, senyum manisnya seperti cokelat hangat yang menenangkan.Meskipun sarapan telah tertata rapi di meja makan, Dewi sudah mengenakan seragam perawat. Rambutnya disanggul kecil, dan ada wangi sabun lembut yang menguar dari kulitnya.Dia membalas Denver dengan kecupan ringan di pipi, sambil memeriksa kancing kemeja sang suami dengan cekatan.Suara cempreng pun terdengar dari arah tangga.“Molning Mama, Papa! Aku mau belangkat sekalang, ah!” seru Dirga penuh semangat. Dengan
last updateLast Updated : 2025-04-17
Read more

Bab 313 : Lelaki Penuh Kejutan

Berbeda dengan Denver yang sedang frustrasi karena menunggu Dewi, justru saat ini Maharani baru saja tiba di depan sebuah rumah minimalis. Dia menoleh ke arah Darius yang turun lalu membuka pintu pagarnya.“Dhava … Ibu harap ini pilihan baik, Sayang,” bisik wanita itu pelan, lalu mengecup kening putra kecilnya.Tidak lama, Darius kembali ke dalam mobil dan menjalankan kendaraan perlahan memasuki garasi. Pria itu tersenyum hangat pada Maharani, meraih satu tangannya dan mengecupnya penuh kasih.“Maaf, aku hanya bisa membelikanmu rumah kecil ini.”Maharani menelan ludah, dadanya sesak oleh haru. Baginya ini sudah sangat bagus, bahkan terlalu indah. Lidahnya terasa kelu—tak tahu harus berkata apa, sebab Darius terlalu baik untuk wanita dari kalangan biasa ini.“Rumah ini akan jadi milikmu, Rani …,” ucap Darius sembari mendekatkan diri. Tangannya yang hangat meraih dagu pujaan hati, lalu mengecupnya lembut dan menyesap penuh cinta.Sejenak, dunia seolah berhenti berputar. Nyaris saja dia t
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Bab 314 : Takdir Menyatukan Kita

Sesampainya di rumah yang baru dibelinya sebulan lalu, Darius tercengang melihat jajaran mobil yang terparkir di halaman. Pintu gerbang rumah itu terbuka lebar, padahal dia sudah menitip pesan pada Astuti agar tidak membukanya untuk siapa pun.Namun fokus Darius segera tertuju pada plat mobil yang sangat dikenalnya. Dengan langkah lebar dan napas yang mulai memburu, dia memasuki rumah—dan…"Rani?" panggil Darius sambil menatap ruang tamu yang dipenuhi beberapa orang. Matanya segera menangkap sosok pria paruh baya yang duduk gagah sembari menggendong Madhava. Sorot matanya mengeras. "Kenapa Om datang ke sini?"Danis menatap Darius tanpa gentar, lalu dengan hati-hati mengembalikan bayi mungil itu ke pelukan Astuti yang duduk di sampingnya dengan tubuh gemetaran."Apa salahnya mengunjungi cucuku, Darius?"Tatapan dua pria berbeda usia itu saling bertemu, sama-sama tajam. Darius lalu merangkul Maharani yang duduk tegang di sofa. Sembari menoleh ke arah Astuti, suaranya berubah dingin."Bu
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Bab 315 : Pria yang Bernasib Serupa

Seketika, Maharani mendorong tubuh Darius hingga punggung pria itu membentur dinding dengan keras, menimbulkan suara nyaring yang merupakan perpaduan antara benturan dan erangan tertahan.Darius meringis. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil memejamkan mata, merasakan nyeri menyebar di sepanjang punggungnya. Tangannya mengepal, bukan hanya karena sakit, melainkan niatnya mencium Maharani baru saja digagalkan dengan cara yang tidak begitu romantis."Darius!"Suara itu menggema dari arah tangga. Darius buru-buru menoleh, dan ekspresi wajahnya langsung berubah. Yang semula kesal langsung tersusun ulang menjadi datar penuh kepura-puraan.Sementara itu Danis sedang berjalan ke arahnya dengan pandangan waspada, seolah-olah sedang mencari jejak ‘kejahatan’ yang baru saja terjadi."Ya, Om? Ada apa?" tanya Darius, berusaha terdengar santai. Namun, garis di antara alisnya tidak mampu berbohong—dia terganggu."Sebaiknya kamu ikut kami menginap di hotel. Jangan di sini!" t
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 316 : Mood Swing Dewi

Darius sudah bersiap mendengar komentar Denver yang selalu saja berlagak seperti juri kompetisi masak. Bahkan raut wajah Denver sangat terlihat serius, seolah sedang menelaah satu per satu cita rasa dari setiap bumbu yang dia kecap. "Gimana? Heh?" Darius menggeram kesal, karena Denver terlalu lama menanggapi. Dia sungguh tidak sabar mendapat pengakuan. Denver mengangkat kedua bahu sambil kembali menyuap sepotong kecil daging. "Not bad. Sedikit asin, tapi masih bisa dimakan." Darius menghela napas panjang. Padahal dia sudah berusaha mati-matian mencontek berbagai resep, bahkan sampai mengamati cara kerja chef restoran bintang lima. Hanya saja, entah kenapa, nalurinya untuk menambahkan garam tetap muncul di saat-saat terakhir. Akan tetapi, melihat bagaimana Denver melahap makanannya cukup membuat Darius lega. Apalagi. ketika dia memandang Maharani yang perlahan mulai makan sambil mengangguk-angguk, disusul Dewi dan Dirga yang tampak menikmati hasil masakannya. "Enak, Om! Asinnya dik
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 317 : Teringat Masa Lalu

"Ada apa, Wi? Kenapa wajahmu tiba-tiba pucat?" tanya Maharani dengan dahi mengernyit, melihat keeceriaan sahabatnya menguap begitu saja.Dewi menarik napas dalam-dalam. Matanya yang sipit kini berkaca-kaca. Dia tidak langsung menjawab, hanya menatap kosong ke arah luar butik. Pemandangan yang barusan dilihatnya masih menancap kuat di benaknya."Tante Lani, tadi Mama lihat olang bajunya sobek-sobek, di ujung sana. Telus Mama nangis," ucap Dirga polos sambil memeluk paha Dewi erat-erat.Dewi spontan berjongkok, merengkuh pipi anak semata wayangnya dengan lembut. Tubuh kecil Dirga segera ditariknya dalam pelukan yang erat, seperti tidak ingin kehilangannya."Aduh ... Mama, aku nggak bisa napas, nih!" keluh Dirga, menepuk-nepuk bahu ibunya pelan. "Mama kenapa? Telepon Papa, deh."Dewi hanya menggeleng pelan, lalu berdiri dan merangkul Maharani dengan satu lengan. "Mungkin aku cuma salah lihat, Rani," gumamnya, suaranya terdengar rap
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 318 : Suamimu Ini Dokter Kandungan, Sayang

Pagi ini Dewi terbangun dan langsung meraba perutnya yang masih rata. Dia menghela napas pelan, merasa tubuhnya lebih mudah lelah dari biasanya. Mood-nya memang berubah, tetapi .. benarkah itu tanda-tanda kehamilan? Bukankah suaminya terlalu cepat menyimpulkan sesuatu?"Apa benar aku hamil?" gumam Dewi lirih, tatapannya kosong menatap langit-langit."Kamu tidak percaya, hmm?" tanya Denver dengan suara seraknya. Meskipun mata pria itu masih terpejam, Denver mendengar dengan jelas gumaman istrinya.Dewi berbalik, menghadap suaminya. Jemari rampingnya menyusuri wajah tampan itu, mengusap lembut dagu yang kini dihiasi janggut halus."Aku suka kamu berjanggut begini, Sayang," ucap Dewi pelan, "kelihatan lebih keren."Mata Denver langsung terbuka. Dia memeluk Dewi, menarik tubuh wanita itu lebih dekat. Pandangannya menatap dalam ke arah sepasang mata hitam yang kini hanya berjarak sejengkal. Lalu, dengan pelan dia mencium leher, dada, dan akhirnya turun ke perut Dewi."Jangan lupa, suamimu i
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 319 : Es Krim Vanila

“Itu … benaran Caca?” tanya Dewi dengan suara lirih. Dia tidak menyangka anak itu sudah sebesar ini, dan, ya, wajahnya jelas mewarisi kecantikan Carissa.Meskipun baru beberapa kali melihat Caca dari kejauhan, tapi Dewi tahu anak itu tidak bersalah. Justru Dewi menyayanginya. Terlebih, Caca hidup sendirian, terlunta-lunta, tanpa keluarga yang bisa melindunginya.Seperti sekarang, Caca sedang duduk sambil makan dengan lahap. Meskipun berkebutuhan khusus, Caca tetap tenang. Makan hingga habis tanpa rewel, hanya saja mata polosnya terus menatap Dewi dalam diam.“Dia tidak mungkin tinggal di hotel terus, ‘kan?” ujar Dewi. “dia butuh lingkungan yang sehat.”Denver mengangguk, meski sebenarnya dia sudah menyiapkan semuanya. Pakaian baru, dan perawat khusus yang akan mendampingi kebutuhan harian Caca.“Malam ini aku akan ke rumah Niang. Bagaimanapun juga, Caca ini cicitnya,” ucap Denver sambil menoleh ke arah Dewi yang berdiri di sampingnya.Dewi mengangguk pelan. Keputusan sang suami sudah
last updateLast Updated : 2025-04-20
Read more

Bab 320 : Cerita Masa Lalu Tentang Kita

“Aw … Sayang, sakit! Kamu lembut ke pasien lain, tapi sama istri kenapa kasar?” keluh Dewi dengan bibir mungil merah mudanya yang merengut manja.Denver terkekeh melihat istrinya yang belakangan lebih sering merajuk. Pria itu meraih dagu Dewi, lalu mengecup bibir sang istri dengan dalam dan lembut.Hari ini, tepat satu minggu mereka menanti untuk melakukan tes darah—untuk tahu apakah Dewi hamil atau tidak.“Jarumnya belum masuk, Sayang. Maaf aku cuma mencubit kamu,” sahut Denver sambil tertawa pelan, jelas lebih menikmati momen menjahili Dewi daripada prosedurnya sendiri.Pria itu pun dengan lembut mengoles alkohol di sekitar kulit lengan istrinya, lantas menusukkan jarum dan mulai mengambil sampel darah.“Seharusnya aku minta Sus Tiwi saja,” gumam Dewi, membuat Denver kembali tergelak.“Pratiwi sibuk. Ada tiga pasien persiapan operasi caesar sore nanti.” Denver memutar sedikit badannya, lalu menuangkan cairan merah ke dalam tabung sampel dan menyerahkannya pada petugas laboratorium.S
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more
PREV
1
...
282930313233
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status