"Ada apa, Wi? Kenapa wajahmu tiba-tiba pucat?" tanya Maharani dengan dahi mengernyit, melihat keeceriaan sahabatnya menguap begitu saja.Dewi menarik napas dalam-dalam. Matanya yang sipit kini berkaca-kaca. Dia tidak langsung menjawab, hanya menatap kosong ke arah luar butik. Pemandangan yang barusan dilihatnya masih menancap kuat di benaknya."Tante Lani, tadi Mama lihat olang bajunya sobek-sobek, di ujung sana. Telus Mama nangis," ucap Dirga polos sambil memeluk paha Dewi erat-erat.Dewi spontan berjongkok, merengkuh pipi anak semata wayangnya dengan lembut. Tubuh kecil Dirga segera ditariknya dalam pelukan yang erat, seperti tidak ingin kehilangannya."Aduh ... Mama, aku nggak bisa napas, nih!" keluh Dirga, menepuk-nepuk bahu ibunya pelan. "Mama kenapa? Telepon Papa, deh."Dewi hanya menggeleng pelan, lalu berdiri dan merangkul Maharani dengan satu lengan. "Mungkin aku cuma salah lihat, Rani," gumamnya, suaranya terdengar rap
Last Updated : 2025-04-20 Read more