Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 291 - Bab 300

315 Bab

Bab 291 : Silakan Saja Marah

Darius melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju Rumah Sakit JB. Dia melangkah mantap melewati setiap lantainya.Setelah Malam kemarin terasa seperti mimpi buruk yang panjang. Kini, dia mendapat kabar membahagiakan yang membawanya ke ruang ICU, tempat Maharani terbaring lemah pascaoperasi darurat.Kondisi wanita itu sempat menurun drastis tadi pagi, membuat para dokter, terutama Denver harus bekerja ekstra demi menstabilkan keadaannya.“Rani,” gumam Darius dengan bibir agak gemetar dan tangan mengeratkan sesuatu dalam jasnya.Dia mendorong pintu perlahan, dan suara monitor detak jantung menyambutnya. Di ranjang putih, tubuh Maharani tampak begitu ringkih. Mata wanita itu terbuka, menatap kosong ke langit-langit ruangan tanpa ekspresi atau senyum. Rambut panjangnya sedikit berantakan, pipinya pucat, dan selang oksigen masih terpasang di hidungnya."Aku datang, Rani."Darius mendekat dan duduk di tepi ranjang. Tangannya merayap pelan menggenggam tangan wanita itu yang terasa ding
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

Bab 292 : Aku Milikmu, Kamu Milikku

Darius berdiri mematung. Detak jantungnya cepat. Dia bagai menanti sesuatu, dan pukulan itu ... tidak pernah datang.Sekarang yang dia rasakan hanyalah tepukan ringan di bahunya. Bukan keras, tetapi setidaknya cukup untuk membuatnya membuka mata dan menatap sosok di depannya. Denver menatap Darius tanpa amarah, hanya ada kelelahan di sana."Kenapa kamu tidak memukul aku?" Darius bertanya dengan suara rendah, masih setengah tak percaya.Denver menghela napas pelans. "Memukulmu bukan menyelesaikan masalah. Aku tidak mau Dewi terluka lagi. Dia sudah cukup menderita karena semua ini."Darius menatap teman sekaligus bosnya itu dalam-dalam. "Mungkin kamu benar. Aku juga sudah meerasa dari awal, seharusnya aku tidak menikah sama Dania. Tapi aku juga tidak menyesal, karena dari semua ini ... aku justru bertemu Maharani."Wajah tampan Denver melunak. Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Aura ketegangan yang sempat menyelimuti kini menghilang sepenuhnya. "Itu artinya, mulai sekarang aku tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

Bab 293 : Tidak Bisa Menjadi Ibu yang Baik

Pagi itu, sinar matahari yang lembut masuk melalui jendela rumah sakit. Udara terasa lebih hangat juga segar, tidak sekelam hari-hari sebelumnya.Dewi berjalan pelan di lorong, membawa kotak makan berisi bubur ayam yang masih mengepul hangat. Langkah wanita itu mantap, meskipun bekas operasi di perutnya masih terasa nyeri sesekali."Terima kasih, ya, Mas," ucap Dewi pada OB yang membantunya membeli bubur."Sama-sama, Bu Dewi. Semoga cepat pulih sepenuhnya," jawab pria itu ramah lalu berbalik.Dia ingin menyntap bubur ayam kesukaannya bersama sahabatnya, sekaligus ingin menghibur Maharani.Sesampainya di kamar Maharani, Dewi mengetuk pintu dengan pelan. Pintu pun terbuka, dan dilihatnya Maharani duduk bersandar di ranjang, wajah manisnya jauh lebih segar dari sebelumnya. Namun, matanya dengan tajam menatap layar ponsel."Rani ... kamu sudah bisa duduk sendiri?" tanya Dewi sambil tersenyum kecil.Maharani menoleh, lalu mengangguk pelan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

Bab 294 : Om Dalius Jahat!!!

Malam ini, cahaya terang dari lampu lorong rumah sakit menyinari langkah pelan Maharani dan Dewi yang menuju ruang NICU.Kursi roda Maharani bergerak perlahan, didorong oleh perawat, sementara Dewi berjalan di sampingnya dengan tas berisi alat pompa ASI yang dibelikan oleh Denver tadi."Tadi siang masih kesusahan, ya?" tanya Dewi sambil tersenyum hangat.Maharani mengangguk. "Iya ... masih terasa nyeri, padahal bayi belum punya gigi, tapi aku mau coba lagi."Dewi menatap wanita di sebelahnya dengan kagum. Maharani mungkin tampak lembut dan rapuh, tetapi Dewi tahu wanita itu menyimpan keteguhan luar biasa."Semangat, Rani. Kamu pasti bisa memberinya ASI." Dewi mengepalkan tangan yang terangkat ke udara.Beberapa menit setelahnya, mereka sudah di dalam ruang NICU, suara mesin-mesin lembut menjadi latar belakang saat Maharani kembali mencoba menyusui bayinya.Dewi sigap membantu menyesuaikan posisi tangan Maharani dan kepala si kecil."Pelan-pelan ... kamu bisa," bisik Dewi, "rasakan dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

Bab 295 : Kabur Dari Penjara

Suasana kamar rawat Maharani yang tadi hangat berubah tegang seketika. Tatapan Dewi membeku, luka tusuk benda tajam di perut sampingnya saja belum mengering dan terasa berdenyut lagi.Sedangkan tangan Maharani refleks meremas selimut saat Darius meletakkan ponselnya dan berkata, "Dania kabur dari kantor polisi. Mereka bilang dia dalam perjalanan ke sini.""Apa?" Maharani langsung menoleh ke arah Darius. Napasnya tersengal, wajahnya pucat pasi. "Dia... ke sini?"Siapa sangka Maharani menyingkap selimut lalu hendak turun dari ranjang.“Kamu mau ke mana?” tanya Darius yang berusaha mencegah sang pujaan hati turun dari ranjang.“Anakku … dia dalam bahaya, Darius!” Maharani terisak. Namun, Darius segera merangkul dan mendekap dengan erat menenangkan wanita itu.Dewi berdiri dari kursinya. "Apa kamu yakin, Dok?""Polisi yang bilang begitu. Tapi dia terluka karena—” Ucapan Darius tertahan dengan rahang mengeras.Ponsel Denver tiba-tiba berbunyi. Pria itu menjawab cepat, mendengarkan penjelasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab 296 : Ingin Dicintai

“Bagaimana kondisi Dania sekarang?” tanya Denver pada Dokter Ket.Saat ini di ruang observasi bedah, Denver berdiri tegak di depan kaca satu arah. Dari balik sana, terlihat Dania terbujur lemah di atas ranjang.Tubuh yang biasanya mengenakan pakaian seksi kini ditutupi baju rumah sakit, kakinya digips dan wajahnya pucat tanpa ekspresi."Trauma tulang belakang. Tapi ini kelumpuhan sementara. Kalau dia mau terapi rutin, kemungkinan bisa pulih. Tapi butuh waktu, sekitar enam sampai satu tahun," jelas Dokter Ket dengan nada hati-hati.Denver mengangguk pelan. "Oke, aku paham, Dok. Terima kasih."Setelah Dokter Ket pergi, Denver berjalan menuju ruang observasi, memeriksa wanita itu. Dia memberi isyarat pada petugas keamanan di depan pintu."Saya Direktur RS JB. Izinkan saya bicara sebentar."Petugas memberi hormat dan membuka pintu. Denver melangkah masuk.Dania yang sedang memandangi langit-langit menoleh, matanya masih menyala penuh benci, meskipun tubuhnya tak berdaya."Seharusnya kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya

Bab 297 : Permintaan Dirgantara

“Apa … menikah se—sekarang?” Suara Maharani tercekat. Ibu muda itu menatap Darius dengan sorot mata yang masih menyimpan kebingungan. Embusan napasnya terasa berat, apalagi saat dia menoleh dan melihat sosok penghulu yang berdiri tak jauh dari mereka. Jujur, hatinya masih belum kembali normal dan pikirannya pun masih kalut setelah apa yang terjadi seminggu lalu. "Aku … tidak bisa," ucap Maharani pelan. Darius bisa menangkap jelas kata-kata itu, dan lagi-lagi meremukkan tulang dadanya. "Maksud kamu?" tanya Darius agak menekan. "Aku belum siap menikah, Dokter Darius. Bahkan sekarang aku masih syok. Seminggu lalu aku melahirkan karena …. Sekarang kamu datang ... bawa penghulu segala," ujar wanita itu dengan suara sedikit bergetar. Penghulu di samping mereka menghela napas panjang. Darius yang sejak tadi memegang kotak perhiasan sebagai maskawin, perlahan melepas genggamannya. Sorot matanya meredup. "Jadi kamu belum percaya padaku?" tanya Darius lirih. Maharani menunduk, lalu men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 298 : Selalu Menggigit

“Ah … Sayang, pelan-pelan,” lenguh Dewi dengan mata yang terpejam.“Tentu, Sayang,” sahut Denver, tidak lepas dari mencumbu setiap jengkal kulit sang istri.Malam itu, selepas pulang dari Ta&Ma dan menemani Dirga tidur, Denver menggandeng tangan Dewi masuk ke kamar mereka.Lampu temaram menyala lembut, aromaterapi lavender menyebar ke seluruh ruangan. Dewi tertawa pelan saat Denver mengunci pintu dan menariknya ke pelukan, lalu membarinkannya perlahan di atas ranjang besar mereka."Kamu tahu, Dirga serius soal minta adik," racau Dewi sambil meremas rambut Denver.Pria itu tertawa kecil. "Anak kita pintar memilih waktu."“Uh … Sayang,” lenguh Dewi, “aku … mau hamil anakmu lagi. Denver.”“Dan aku akan membuat itu jadi nyata.” Denver menyeringai dengan mata dipenuhi kabut gairah.Tanpa banyak bicara, Denver mengangkat tubuh Dewi pelan, mendudukkan wanita itu di atas pahanya yang berotot. Dia mendongak, mengecup dan menghisap ceruk leher mulus yang harum itu, lalu turun ke tulang dada dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 299 : Nasihat Suami Idaman

Napas Dewi tertahan, sebab entah mengapa dia menjadi waspada. Penyerangan minggu lalu di rumah sakit masih terbayang dalam benaknya.Akan tetapi, begitu melihat siapa yang berdiri di ambang pintu, Dewi langsung merasa lega. Namun, tidak pada Denver yang nyaris mengumpat.“Darius?!”Pria itu berdiri dengan tubuh yang tampak rapuh, mata cekung, kantung matanya gelap, rambutnya kusut, dan kemeja biru muda tak rapi seperti biasanya.Darius menatap mereka, lebih tepatnya—tertuju pada Dewi.Refleks, Denver langsung bergerak, maju satu langkah untuk menutupi sebagian tubuh istrinya.“Sayang, kamu sarapan saja. Ajak Dirga. Jangan ke ruang tamu,” bisik Denver lembut dan tegas.Dewi langsung paham. Dia mengangguk dan membungkuk singkat ke arah Darius sebelum mengajak Dirga kembali ke meja makan.Denver menatap Darius dengan alis naik. “Kamu kenapa? Penampilanmu seperti zombie.”Darius mendesah panjang. Dia menghela napas, duduk dengan punggun bersandar lesu pada sofa.“Aku … patah hati. Lagi. P
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-11
Baca selengkapnya

Bab 300 : Kamu dan Bayi Kita

Sudah satu minggu berlalu sejak Darius terakhir kali mempunyai waktu luang untuk sekadar menatap langit pagi. Kesibukan pria itu di rumah sakit benar-benar menyita segalanya—waktu, energi, dan bahkan peluang untuk mengirimi Maharani pesan singkat.Saran-saran dari Denver terasa mustahil dilakukan, apalagi dengan kondisi rumah sakit yang sedang menangani beberapa kasus darurat. Bahkan, beberapa malam dia memilih tidur di rumah sakit daripada pulang ke apartemen kosongnya.Meskipun begitu, tidak peduli sesibuk apa pun, Darius selalu menyempatkan diri menjenguk bayi mereka di NICU. Setiap malam dia datang, meski hanya sepuluh menit, untuk melihat putranya yang makin hari tambah kuat.“Ayah menyayangimu, Nak. Doakan Ayah dan ibumu cepat menikah,” bisik Darius dengan senyum mengembang sembari membayangkan wajah Maharani.Pagi ini, langkah Darius terhenti di depan kaca NICU. Pupil matanya yang lelah sontak melebar saat melihat sosok wanita yang dirindukannya berdiri.Maharani ada di dalam s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
272829303132
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status