“Kita harus ke rumah sakit sekarang!” Dewi memapah tubuh Maharani menuju mobilnya."Aku … tidak mau ke RS JB, Dewi ... tolong, jangan ke sana." Suara Maharani bergetar, tangan lemah itu mencengkeram pergelangan Dewi erat-erat. Wajah ibu hamil pucat dan keringat dingin membasahi pelipisnya.Dewi, yang duduk di jok kemudi dengan tubuh sedikit menunduk, mencoba menenangkan, "Rani, kamu butuh pertolongan medis. Di JB peralatannya lengkap. Aku tidak bisa ambil risiko.""Kalau Dokter Darius atau Dania lihat aku di sana, bagaimana?" lirih Maharani, matanya berkaca-kaca. "Aku takut, Wi."Dewi menggigit bibirnya. Dia menoleh ke arah jalan, lalu kembali ke Maharani. "Aku bakal pastiin tidak ada yang tahu kamu di sana. Aku bakal lindungin kamu, ya?"Dengan ragu, Maharani mengangguk, mencoba percaya sahabatanya.Mobil langsung melaju lebih cepat menuju Rumah Sakit JB. Di tengah perjalanan, Dewi menghubungi Dokter Evi. Suaranya terdengar tegang saat menelepon.“Halo, dok? Ini Dewi. Pasien atas nam
Terakhir Diperbarui : 2025-04-06 Baca selengkapnya