Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 281 - Bab 290

315 Bab

Bab 281 : Kangen Kamu

Matahari pagi baru saja menyelinap masuk melalui celah gorden ketika Maharani perlahan membuka mata. Rasa kantuknya langsung menguap saat merasakan sesuatu yang berat dan hangat melingkari perut buncitnya.Dia membeku, menyadari tangan besar itu milik Darius!Perutnya sedikit menonjol ke kanan, seakan sang bayi merespons sentuhan ayahnya. Maharani terpaku, menikmati gerakan kecil itu di bawah telapak tangan Darius. Bayinya seolah mengerti perhatian ini. Tanpa sadar, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.‘Kamu suka, ya, diperhatiin sama Ayah?’ bisik wanita itu dalam hati, menatap perutnya dengan lembut.Akan tetapi, secepat senyumnya muncul, Maharani meneguhkan hati. Ini semua hanya demi bayinya. Hanya itu, bukan karena yang lain.Saat dia masih terlarut dalam pikiran, tiba-tiba tengkuknya terasa lembab dan hangat. Jantung Maharani mencelos."Pagi," sapa Dokter itu, dengan suara seraknya.Darius mempererat pelukannya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 282 : Memang Enak

Maharani berdiri di dekat jendela, menatap langit yang mulai cerah. Pikiran wanita itu melayang ke berbagai hal yang masih mengganjal di kepalanya.Udara pagi yang seharusnya menenangkan justru terasa menyesakkan. Dia menarik napas dalam, mencoba menormalkan suasana hati.Tiba-tiba, bel kamar berbunyi. Tubuhnya menegang.Siapa yang datang sepagi ini? Dengan hati-hati, dia melangkah ke arah pintu. Namun, sebelum sempat membuka, ponselnya bergetar di atas nakas.Mata Maharani langsung tertuju pada layar. Nama Darius tertera di sana. Dengan sedikit ragu, dia membuka pesan itu.[Sebentar lagi room service mengantar sarapan dan pakaian bersih untukmu. Makanlah yang banyak.]Maharani terdiam. Hatinya menghangat seketika, meskipun sebagian dirinya masih menolak untuk terbawa perasaan. Dia melirik ke arah pintu, lalu perlahan membukanya. Sesuai dengan pesan Darius, seorang petugas hotel berdiri di depan pintu, mendorong troli berisi makanan dan satu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 283 : Sempit, Aku Terjepit

Maharani menggigit bibir, napasnya memburu ketika jemari Darius menyusuri kulitnya. Sensasi itu membakar, membuat Maharani melenguh tanpa sadar.“Ahh … Darius.” Tubuh ibu hamil itu melenting, menanggapi setiap sentuhan yang begitu lihai. Darius tahu cara mempermainkan perasaannya, bagaimana membawa wanita itu hanyut dalam arus yang tak bisa dia kendalikan.Darius menatap Maharani dengan sorot mata penuh kepuasan. "Lihat? Kamu menikmatinya, Rani," bisik Dokter itu, suaranya rendah dan menggoda.Maharani ingin membantah, tetapi sial, tubuhnya sudah lebih dulu menyerah.Darius mulai melucuti dress hamil yang membalut tubuh Maharani, jari-jarinya begitu sabar menyingkirkan tiap helai kain yang menghalangi. Maharani menelan ludah, menyadari bahwa ini bukan pertama kalinya dia berada dalam keadaan polos seperti ini di hadapan Darius.Kali kedua, tetapi sensasinya terasa lebih menggetarkan.Tatapan wan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

Bab 284 : Akan Lebih Sering Mengunjunginya

“Ah … Darius, aku lemas banget,” lenguh Maharani.Tubuh ibu hamil itu meliuk pelan di atas empuknya ranjang. Sentuhan lembut di pinggang membuat matanya terbuka sedikit. Darius masih ada di sana. Pria itu menyeringai kecil, lalu mengecup leher Maharani dengan manja.“Keluarkan suaramu, Rani,” gumam Darius sambil menyapu rambut Maharani dari wajahnya.“Dokter … sudah, ya?” lirih Maharani, meskipun suaranya tidak terdengar meyakinkan.“Tapi kamu tidak nolak juga,” bisik pria itu, tangan besarnya sudah menjelajah pinggang hingga perut buncitnya. “Kamu itu bikin aku candu.”Maharani menggigit bibir. Tubuhnya memang bereaksi, meskipun pikirannya sempat menolak. Namun, saat Darius memperlakukannya selembut itu, dia lupa caranya berkata tidak.Darius menyusup lebih dekat. “Boleh coba yang nyaman buat kamu? Aku penasaran kalau kamu yang ambil alih sedikit.”Maharani mengerutkan kening. “Aku? Tapi Bagaimana caranya?”“Serius?” Darius tertawa pelan. “Bukannya semalam sudah belajar?”“Itu … buka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 285 : Ayo, Kita Menikah

"Kenapa kamu di sini, Darius?" ulang Denver.Meskipun suara Dokter tampan itu terdengar tenang, tetapi sorot matanya tajam. Darius menoleh pelan, wajahnya datar dan tida tergesa menjawab."Minta rekam medis Maharani," ujar Darius singkat."Untuk apa?" tanya Denver lagi, langkahnya makin mendekat.Darius diam. Hanya matanya yang berbicara, ada sedikit rasa bersalah yang coba disembunyikan.Tanpa bicara lagi, Denver menggerakkan dagu, memberi isyarat agar Darius mengikutinya keluar dari ruang arsip. Mereka berjalan tanpa suara, hanya derap langkah dan ketegangan yang mengiringi sampai ke rooftop rumah sakit.Angin sore menyapu wajah tampan mereka, tetapi tidak mampu mendinginkan atmosfer di antara dua pria itu."Jelaskan padaku semua," ujar Denver santai, dengan mata mengamati Darius.Darius menarik napas, bersandar sebentar di pagar pembatas. "Aku butuh data Maharani buat urusan pribadi. Itu saja."Denver tertawa pendek. "Urusan pribadi? Maksudnya … kamu sudah tidur sama dia, ya?"Waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 286 : Mencintai Kamu!

“Apa? Menikah?”Maharani berdiri terpaku di tengah ruangan, jantungnya berdentum kencang. Tatapan matanya masih tertuju pada Darius yang kini berdiri tepat di depannya, senyum pria itu tampak tenang dan tatapannya serius."Rani, ayo kita menikah," ulang pria itu, kali ini sambil mendekat dan meraih pinggangnya dengan lembut.Maharani tersenyum miris dan lidahnya kelu. Semua ini terlalu cepat dan serba mendadak. Rasanya seperti mimpi. Dia menunduk pelan, lalu hendak menggigit bibir bawahnya untuk memastikan semua ini nyata.Akan tetapi, Darius lebih cepat. Dia mengecup bibir wanita itu singkat dengan sapuan lidah yang hangat dan tegas."Setelah kamu lahiran nanti, aku akan nikahin kamu. Aku serius."Ucapan Darius itu sangat sulit ditanggapi, dan ibu hamil ini hanya bisa terdiam. Ada rasa seperti ingin menangis, dan jelas bahagia. Sebab terdapat sesuatu yang menyesakkan di dadanya.Maharani menatap Darius dalam-dalam, lalu memberanikan diri bertanya, "Terus ... Dokter Dania bagaimana?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

Bab 287 : Bodohnya Darius

“Kita harus ke rumah sakit sekarang!” Dewi memapah tubuh Maharani menuju mobilnya."Aku … tidak mau ke RS JB, Dewi ... tolong, jangan ke sana." Suara Maharani bergetar, tangan lemah itu mencengkeram pergelangan Dewi erat-erat. Wajah ibu hamil pucat dan keringat dingin membasahi pelipisnya.Dewi, yang duduk di jok kemudi dengan tubuh sedikit menunduk, mencoba menenangkan, "Rani, kamu butuh pertolongan medis. Di JB peralatannya lengkap. Aku tidak bisa ambil risiko.""Kalau Dokter Darius atau Dania lihat aku di sana, bagaimana?" lirih Maharani, matanya berkaca-kaca. "Aku takut, Wi."Dewi menggigit bibirnya. Dia menoleh ke arah jalan, lalu kembali ke Maharani. "Aku bakal pastiin tidak ada yang tahu kamu di sana. Aku bakal lindungin kamu, ya?"Dengan ragu, Maharani mengangguk, mencoba percaya sahabatanya.Mobil langsung melaju lebih cepat menuju Rumah Sakit JB. Di tengah perjalanan, Dewi menghubungi Dokter Evi. Suaranya terdengar tegang saat menelepon.“Halo, dok? Ini Dewi. Pasien atas nam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 288 : Wanitaku Terluka

“Bagaimana cara kamu lolos dari Dirga? Dia tidak minta hal aneh bukan?” tanya Denver yang fokus mengemudi Audi hitamnya. Dewi menggeleng dan menatap sang suami dengan sorot menggoda. Hari ini dia libur, tetapi ke rumah sakit demi Maharani. “Dia minta es krim sebesar Kiki.” Dewi terkekeh mengingat betapa manisnya wajah Dirgantara pagi ini. Anak itu baru bangun tidur, langsung meraih landak putih peliharaannya. Melihat Dewi dan Denver yang bersiap, Dirga membawa hewan itu dan meminta dibelikan es krim. “Ah, dia memang lucu seperti aku.” Tawa Denver renyah, lalu mengusap kepala Dewi. “Kamu tidak apa masuk sendirian ke dalam? Aku ada meeting di J&B Pharmacy,” ucap Denver dengan nada agak khawatir “Keseharianku memang di rumah sakit. Kenapa tiba-tiba tanya begitu, kamu aneh dokterku.” Dewi tersenyum manis, saat mobil berhenti di lobi dia mengecup bibir Denver, lantas bergegas turun. Setelah Audi hitam Denver menjauh, Dewi lebih dulu membeli bubur ayam di belakang rumah sakit. Dia me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 289 : Tolong Selamatkan Dia!

Suara deru ambulans mengiris udara malam saat Darius duduk di kursi belakang sembari menggenggam tangan Maharani yang dingin. Tubuh wanita itu lemas, wajahnya pucat, dan bibir membiru.Ibu hamil itu bahkan tidak bereaksi ketika dipanggil. Darius menunduk dengan napasnya yang berat."Tolong lebih cepat!" titah Darius ke sopir ambulans. Suaranya terdengar pecah."Sudah maksimal, Pak. 15 menit lagi sampai Rumah Sakit JB," jawab sopir itu.Darius menoleh lagi ke arah Maharani. Monitor di sebelah menunjukkan detak jantung yang lambat. Oksigen dialirkan melalui selang kecil di hidung wanita itu. Darius menggertakkan gigi. Perasaan sebak menggelayut dalam dada.Sesampainya di rumah sakit, beberapa tenaga medis langsung menyambut. "Obat tidur dosis tinggi, lebih dari sepuluh jam. Usia kandungan 28 minggu. Jantung janin sempat melemah," jelas Darius dengan cepat."Bawa ke ruang operasi sekarang!" teriak salah satu perawat senior penanggung jawab IGD. “Hubungi dokter anestesi!”Darius ikut men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-06
Baca selengkapnya

Bab 290 : Mulai Sekaran Aku Ceraikan Kamu

Darius memutar kunci pintu rumah dengan pelan. Hari itu, tubuhnya lelah luar biasa, pikirannya masih dipenuhi bayangan Maharani yang terbaring lemah di ruang ICU, dan bayi mungil mereka yang belum sepenuhnya stabil. Namun, langkahnya terhenti di ambang pintu saat melihat sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.Dania sedang tertawa bersama beberapa temannya. Musik keras berdentum dari speaker, balon-balon berwarna pastel tergantung di langit-langit. Bunga aneka warna berjajar menghiasi meja. Aroma wine dan parfum memenuhi udara.Di dinding ada tulisan besar :Baby ShowerHal yang membuat Darius nyaris tak percaya adalah Dania, dengan perut buncit palsu yang jelas terlihat dari lekuk dress ketatnya."Apa ini?!" Darius bertanya tajam.Tawa langsung menguap. Semua mata menoleh pada pria itu. Dania membalikkan badan dengan wajah yang awalnya terkejut, lalu berubah menjadi kesal.Tentu demi memperlihatkan kehidupannya yang bahagia, dia segera menutup ekspresinya itu denngan senyum b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
272829303132
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status