Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 261 - Bab 270

315 Bab

Bab 261 : Ada Apa Dengan Darius

"Coba, deh, strudel Malang ini." Dewi menyodorkan sekotak strudel yang sudah dipotong rapi."Kata Sus Tiwi, Dokter Darius banyak melamun. Apa kena hipoglikemia? Boleh dicoba makan yang manis-manis."Darius yang sedari tadi tenggelam dalam lamunan akhirnya mengalihkan pandangan ke arah Dewi. Senyum tipis terbit di wajah tampannya, lantas dia meraih garpu dan mencicipi strudel di depannya."Ya, bisa jadi," sahut pria itu, nada suaranya mendadak dingin.Darius mengunyah perlahan, dia tampak sedang memikirkan sesuatu yang memberatkan."Dokter ... ada apa?" tanya Dewi akhirnya.Tadi saat menjalani magang praktisi, dia sempat mendengar kabar bahwa Darius dimarahi oleh suami salah satu pasien karena tidak menjelaskan hasil USG dengan detail.Dewi mengorek informasi dari perawat senior—Pratiwi, lalu segera menghampiri Darius sambil membawa oleh-oleh dari Danis.Darius menghela napas panjang. "Dewi ...," lirihnya.Wanita itu seketika mencondongkan tubuhnya ke depan, jemarinya saling meremas di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 262 : Dilema

“Om … apa aku salah jika menceraikan Dania?” tanya Darius.Pertanyaan itu membuat Danis menghentikan gerakannya. Mata pria paruh baya itu menyipit, napasnya melambat seiring ekspresi serius yang kini menghiasi wajahnya. Dia berdeham pelan, lalu mengusap dada yang mendadak terasa sesak.“Darius … cinta memang penting dalam pernikahan, tapi yang lebih penting lagi adalah tanggung jawab, Nak,” ujar Danis, membetulkan posisi duduknya.Angin senja berembus dingin, membawa keheningan yang menggantung di antara mereka.“Tapi … Om tidak akan melarang. Itu hidupmu, bukan hidupku. Hanya saja, apa pun alasanmu, hadapilah dengan kepala dingin. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari,” lanjutnya sambil menepuk pundak Darius.Darius menunduk, pikirannya berkecamuk. Namun, ketika Danis hendak bangkit, suara Darius kembali terdengar.“Kenapa Om tidak bertanya alasannya? Bagaimana kalau itu karena ada wanita lain?”Danis membeku. Tatapannya berubah tajam, dia menilai kebenaran di balik kata-kata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Bab 263 : Memintanya Lagi

Refleks, Darius mendekat. Matanya menelusuri lekuk tubuh berisi Maharani , jujur saja, menarik minatnya. Gaun tidur satin itu melekat sempurna pada tubuh wanita itu, membentuk siluet yang sulit diabaikan. Maharani bahkan belum menyadari bahwa jarak di antara mereka makin menipis.Darius terpaku ketika wanita itu mengibaskan rambut, membuat aroma sampo yang segar menyergap indra penciumannya. Sesuatu dalam dirinya langsung memberontak, ingin terlepaskan.Hingga saat Maharani berbalik, dia tersentak kaget dan hampir menjatuhkan botol minum dalam genggamannya."Botolku!" pekiknya.Sigap, Darius menangkap botol itu, tetapi akibatnya, jarak mereka tambah dekat. Maharani yang menunduk untuk mengambil botol tak sengaja menabrak bahu kokoh Darius."Eh ... umm, maaf, Dok," ucap wanita itu terbata, buru-buru mengambil botol dari tangan pria itu. Namun, saat dia hendak pergi, Darius menahan pergelangan tangannya.Maharani menatap ke bawah, pada genggaman tangan itu, lalu perlahan mendongak. Waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 264 : Tatapan Hangat Itu Bukan Milikku

"Kita mau ke mana, Dok?" tanya Maharani, menatap Darius dengan wajah penuh kebingungan."Nanti juga kamu tahu," sahut pria itu datar, tangannya tetap fokus menggenggam setir. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, seakan perasaan Maharani tak layak mendapatkan kepastian.Maharani menelan saliva, lalu mengangguk kecil. Dia mengalihkan pandangan ke depan, berharap jalanan bisa mengalihkan ketegangannya. Namun, sia-sia. Justru keinginannya untuk bertanya semakin besar.Sepanjang perjalanan, Maharani berusaha menahan diri. Dia mencoba mengalihkan perhatian dengan menatap layar ponsel, bertukar pesan dengan Astuti dan Dewi. Namun, lamunannya buyar ketika menyadari mobil memasuki basement dan akhirnya berhenti.Dia mengenali tempat ini. Sebuah mal."Kenapa ke sini, Dok? Mau beli sesuatu?" tanyanya ragu, suara lirihnya nyaris tertelan suara mesin mobil yang baru dimatikan.Darius tidak menjawab. Pria itu langsung turun dan berjalan lebih dulu. Tidak ada usaha membukakan pintu, bahkan sekadar men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya

Bab 265 : Menghilang

“Tapi aku—”Ucapan Maharani terpotong ketika Dania menyela dengan nada sinis, “Tidak ada tapi. Cepat masuk! Kalau sampai kamu keguguran, aku juga yang repot!”Maharani menghela napas panjang, menatap Dania dengan ragu, lalu akhirnya naik ke mobil merah itu. Namun, belum sempat mengenakan sabuk pengaman, mobil sudah melaju dengan kencang, membuat tubuhnya terdorong ke belakang.“Hati-hati, Dokter Dania!” seru Maharani, tangannya berpegangan pada dashboard, matanya tajam menatap wanita di sampingnya.“Jangan banyak omong!” bentak Dania. Senyum miring tersungging di wajah wanita itu, kilatan tajam di matanya makin menusuk. “Sudah kubilang, jangan berani jadi pelakor. Kamu pikir bisa merebut Darius dariku?”Maharani bergidik. Ada sesuatu yang membuatnya makin gelisah. Dia menelan ludah, tangannya secara refleks memeluk perut, seolah melindungi bayi yang tengah dikandungnya.Dania melirik sekilas dan tertawa kecil, tetapi tawanya dingin dan tanpa emosi. Mendadak, dia menginjak rem dengan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab 266 : Dekapan Hangatnya

“Rani! Astaga, kamu ke mana saja? Aku mencarimu!”Dewi hampir menerobos masuk ke rumah Maharani begitu pintu dibuka oleh pengasuh. Napasnya masih terengah-engah setelah tergesa dari rumah sakit. Manik hitamnya langsung menangkap sosok Maharani yang berdiri di ambang pintu dengan wajah sembab dan tubuh sedikit gemetar.Tanpa pikir panjang, Dewi meraih wanita itu ke dalam pelukan. Maharani tidak menolak, tubuhnya justru melemas, seolah kehadiran Dewi telah ditunggunya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Dewi seraya mengusap punggung Maharani. “Kenapa mendadak menghilang? Darius panik cari kamu, tahu tidak?”Maharani masih diam. Napas wanita itu tersengal, sementara pikirannya berkecamuk. Hati ibu hamil itu menghangat mendengar Darius mencarinya. Akan tetapi, di saat yang sama, bayangan Dania dan ucapannya yang tajam kembali menghantam pikirannya, mengingatkan betapa berbahaya situasi sekarang.‘Kamu itu cuma penyumbang sel telur, jangan berani mengkhianati kesepakatan kita.’Maharani menggig
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya

Bab  267 : Pagi yang Berbeda

Setelah menenangkan Maharani, Darius membawa wanita itu ke kamarnya. Di atas ranjang yang sama keduanya saling berbaring.Maharani telah terlelap lebih awal. Di sisinya, Darius duduk bersandar di kepala ranjang, matanya tak lepas dari wanita itu.Setiap kali napas Maharani terdengar sedikit berat, dia segera mencondongkan tubuh, memastikan tidak ada yang salah.Darius menghela napas, jemarinya terulur, menyentuh dahi Maharani. Tidak panas. Dia mengangguk kecil, lega.Maharani menggeliat lagi, tangannya tiba-tiba meraih jemari Darius dan menggenggamnya erat. Bibirnya bergerak pelan, seperti menggumamkan sesuatu dalam tidur.Darius tersenyum kecil. “Aku di sini,” bisiknya, meskipun dia tahu Maharani tidak mendengar.Setelah beberapa saat, dia makin mengantuk. Tubuhnya ikut terlelap di sisi Maharani, membiarkan jemari wanita itu tetap melingkari tangannya.Pagi datang perlahan. Cahaya matahari mengintip dari celah tirai, menerpa wajah Maharani yang masih terlelap. Darius sudah bangun leb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 268 : Jangan Hubungi Aku Lagi!

Udara pagi masih dingin, dan tubuh Darius sedikit lelah setelah hampir dua minggu terakhir lebih sering bermalam di rumah Maharani. Dia tahu seharusnya tidak terus-terusan seperti ini, tetapi setiap kali dia pulang, ada rasa khawatir yang mengusik. Dia tidak bisa mengabaikan Maharani, apalagi dalam kondisinya sekarang.Akan tetapi, makin lama, dia sadar bahwa dirinya tak bisa jauh dari wanita itu.Pikiran Darius masih tertuju pada Maharani ketika dia membuka pintu rumahnya dengan langkah malas.Pria itu langsung disambut tatapan sinis Dania yang baru saja bangun. Wanita itu duduk di sofa dengan rambut sedikit berantakan, tetapi sorot matanya tajam.“Kamu pulang juga akhirnya.” Nada bicaranya penuh sindiran. “Kenapa nggak sekalian saja menetap di sana? Sepertinya lebih nyaman, bukan?”Darius menghela napas, memilih untuk tidak menanggapi. Dia melangkah melewati istrinya itu, ingin langsung ke kamar. Namun, Dania tidak tinggal diam.“Kenapa diam?” Dania menyeringai. “Kau tahu, Darius? D
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-27
Baca selengkapnya

Bab 269 : Inikah yang Disebut Melindungi?

Pagi ini, Maharani terbangun oleh suara yang tidak asing di telinganya. Kelopak mata wanita itu mengerjap pelan, menyesuaikan diri dengan sinar mentari yang masuk melalui celah tirai kamar rawat.Aroma nasi tim ayam yang hangat menyelinap ke hidungnya, membangkitkan sedikit selera makan yang akhir-akhir ini berkurang."Tante Lani!" Suara ceria itu membuat Maharani menoleh.Dirga berdiri di sisi ranjang dengan senyum lebar, membawa nampan berisi semangkuk nasi tim ayam yang masih mengepul.Maharani tersenyum lemah. "Dirga ... pagi sekali kamu datang.""Iya dong! Aku sama Mama masak pagi-pagi buat Tante Lani dan adik bayi," kata bocah itu bangga, "aku yang bantu aduk nasinya, lho!"Maharani menatap anak itu dengan perasaan hangat. "Benarkah? Wah, Tante jadi tambah lapar."Dirga mengangguk penuh semangat. "Tante halus makan, ya, bial adik bayi sehat! Kalau nggak, aku nanti sedih ...." Wajahnya berubah sendu.Semalam, saat mengetahui Maharani masuk rumah sakit, Dirga merengek pada Dewi ing
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-28
Baca selengkapnya

Bab 270 : Aku Tahu Rasanya Berjuang Sendirian

Ruang IGD dipenuhi suara dengung alat medis dan langkah para perawat yang sibuk lalu-lalang. Di sudut ruangan, dua pria duduk berseberangan, sama-sama babak belur, sama-sama diam dengan bara api di mata mereka.Darius yang wajahnya lebam dan berdarah sedang mendapat jahitan dari perawat, sementara Denver masih membiarkan luka di keningnya mengucurkan darah.“Seharusnya kamu tidak perlu ikut campur, Dokter Denve!” dengkus Darius.“Harus!” tegas Denver, “hamil bukan tugas wanita, tapi pria juga bertanggung jawab, Darius!”Tatapan mereka saling bertautan, seolah masih ingin melanjutkan perkelahian yang terhenti. Darius mencengkeram erat seprai ranjangnya, rahangnya mengeras setiap kali melihat wajah Denver. Sama halnya dengan Denver hanya mendengkus pelan, sorot matanya penuh ejekan.Pintu IGD mendadak terbuka. Dewi bergegas masuk dan langsung terpaku melihat keadaan sang suami. Mata perempuan itu membulat, napasnya tertahan beberapa detik, lalu menyembur, "Sayang! Apa yang kamu lakukan?!
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status