Share

Bab 265 : Menghilang

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-03-26 13:09:21

“Tapi aku—”

Ucapan Maharani terpotong ketika Dania menyela dengan nada sinis, “Tidak ada tapi. Cepat masuk! Kalau sampai kamu keguguran, aku juga yang repot!”

Maharani menghela napas panjang, menatap Dania dengan ragu, lalu akhirnya naik ke mobil merah itu. Namun, belum sempat mengenakan sabuk pengaman, mobil sudah melaju dengan kencang, membuat tubuhnya terdorong ke belakang.

“Hati-hati, Dokter Dania!” seru Maharani, tangannya berpegangan pada dashboard, matanya tajam menatap wanita di sampingnya.

“Jangan banyak omong!” bentak Dania. Senyum miring tersungging di wajah wanita itu, kilatan tajam di matanya makin menusuk. “Sudah kubilang, jangan berani jadi pelakor. Kamu pikir bisa merebut Darius dariku?”

Maharani bergidik. Ada sesuatu yang membuatnya makin gelisah. Dia menelan ludah, tangannya secara refleks memeluk perut, seolah melindungi bayi yang tengah dikandungnya.

Dania melirik sekilas dan tertawa kecil, tetapi tawanya dingin dan tanpa emosi. Mendadak, dia menginjak rem dengan k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 266 : Dekapan Hangatnya

    “Rani! Astaga, kamu ke mana saja? Aku mencarimu!”Dewi hampir menerobos masuk ke rumah Maharani begitu pintu dibuka oleh pengasuh. Napasnya masih terengah-engah setelah tergesa dari rumah sakit. Manik hitamnya langsung menangkap sosok Maharani yang berdiri di ambang pintu dengan wajah sembab dan tubuh sedikit gemetar.Tanpa pikir panjang, Dewi meraih wanita itu ke dalam pelukan. Maharani tidak menolak, tubuhnya justru melemas, seolah kehadiran Dewi telah ditunggunya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Dewi seraya mengusap punggung Maharani. “Kenapa mendadak menghilang? Darius panik cari kamu, tahu tidak?”Maharani masih diam. Napas wanita itu tersengal, sementara pikirannya berkecamuk. Hati ibu hamil itu menghangat mendengar Darius mencarinya. Akan tetapi, di saat yang sama, bayangan Dania dan ucapannya yang tajam kembali menghantam pikirannya, mengingatkan betapa berbahaya situasi sekarang.‘Kamu itu cuma penyumbang sel telur, jangan berani mengkhianati kesepakatan kita.’Maharani menggig

    Last Updated : 2025-03-26
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab  267 : Pagi yang Berbeda

    Setelah menenangkan Maharani, Darius membawa wanita itu ke kamarnya. Di atas ranjang yang sama keduanya saling berbaring.Maharani telah terlelap lebih awal. Di sisinya, Darius duduk bersandar di kepala ranjang, matanya tak lepas dari wanita itu.Setiap kali napas Maharani terdengar sedikit berat, dia segera mencondongkan tubuh, memastikan tidak ada yang salah.Darius menghela napas, jemarinya terulur, menyentuh dahi Maharani. Tidak panas. Dia mengangguk kecil, lega.Maharani menggeliat lagi, tangannya tiba-tiba meraih jemari Darius dan menggenggamnya erat. Bibirnya bergerak pelan, seperti menggumamkan sesuatu dalam tidur.Darius tersenyum kecil. “Aku di sini,” bisiknya, meskipun dia tahu Maharani tidak mendengar.Setelah beberapa saat, dia makin mengantuk. Tubuhnya ikut terlelap di sisi Maharani, membiarkan jemari wanita itu tetap melingkari tangannya.Pagi datang perlahan. Cahaya matahari mengintip dari celah tirai, menerpa wajah Maharani yang masih terlelap. Darius sudah bangun leb

    Last Updated : 2025-03-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 268 : Jangan Hubungi Aku Lagi!

    Udara pagi masih dingin, dan tubuh Darius sedikit lelah setelah hampir dua minggu terakhir lebih sering bermalam di rumah Maharani. Dia tahu seharusnya tidak terus-terusan seperti ini, tetapi setiap kali dia pulang, ada rasa khawatir yang mengusik. Dia tidak bisa mengabaikan Maharani, apalagi dalam kondisinya sekarang.Akan tetapi, makin lama, dia sadar bahwa dirinya tak bisa jauh dari wanita itu.Pikiran Darius masih tertuju pada Maharani ketika dia membuka pintu rumahnya dengan langkah malas.Pria itu langsung disambut tatapan sinis Dania yang baru saja bangun. Wanita itu duduk di sofa dengan rambut sedikit berantakan, tetapi sorot matanya tajam.“Kamu pulang juga akhirnya.” Nada bicaranya penuh sindiran. “Kenapa nggak sekalian saja menetap di sana? Sepertinya lebih nyaman, bukan?”Darius menghela napas, memilih untuk tidak menanggapi. Dia melangkah melewati istrinya itu, ingin langsung ke kamar. Namun, Dania tidak tinggal diam.“Kenapa diam?” Dania menyeringai. “Kau tahu, Darius? D

    Last Updated : 2025-03-27
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 269 : Inikah yang Disebut Melindungi?

    Pagi ini, Maharani terbangun oleh suara yang tidak asing di telinganya. Kelopak mata wanita itu mengerjap pelan, menyesuaikan diri dengan sinar mentari yang masuk melalui celah tirai kamar rawat.Aroma nasi tim ayam yang hangat menyelinap ke hidungnya, membangkitkan sedikit selera makan yang akhir-akhir ini berkurang."Tante Lani!" Suara ceria itu membuat Maharani menoleh.Dirga berdiri di sisi ranjang dengan senyum lebar, membawa nampan berisi semangkuk nasi tim ayam yang masih mengepul.Maharani tersenyum lemah. "Dirga ... pagi sekali kamu datang.""Iya dong! Aku sama Mama masak pagi-pagi buat Tante Lani dan adik bayi," kata bocah itu bangga, "aku yang bantu aduk nasinya, lho!"Maharani menatap anak itu dengan perasaan hangat. "Benarkah? Wah, Tante jadi tambah lapar."Dirga mengangguk penuh semangat. "Tante halus makan, ya, bial adik bayi sehat! Kalau nggak, aku nanti sedih ...." Wajahnya berubah sendu.Semalam, saat mengetahui Maharani masuk rumah sakit, Dirga merengek pada Dewi ing

    Last Updated : 2025-03-28
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 270 : Aku Tahu Rasanya Berjuang Sendirian

    Ruang IGD dipenuhi suara dengung alat medis dan langkah para perawat yang sibuk lalu-lalang. Di sudut ruangan, dua pria duduk berseberangan, sama-sama babak belur, sama-sama diam dengan bara api di mata mereka.Darius yang wajahnya lebam dan berdarah sedang mendapat jahitan dari perawat, sementara Denver masih membiarkan luka di keningnya mengucurkan darah.“Seharusnya kamu tidak perlu ikut campur, Dokter Denve!” dengkus Darius.“Harus!” tegas Denver, “hamil bukan tugas wanita, tapi pria juga bertanggung jawab, Darius!”Tatapan mereka saling bertautan, seolah masih ingin melanjutkan perkelahian yang terhenti. Darius mencengkeram erat seprai ranjangnya, rahangnya mengeras setiap kali melihat wajah Denver. Sama halnya dengan Denver hanya mendengkus pelan, sorot matanya penuh ejekan.Pintu IGD mendadak terbuka. Dewi bergegas masuk dan langsung terpaku melihat keadaan sang suami. Mata perempuan itu membulat, napasnya tertahan beberapa detik, lalu menyembur, "Sayang! Apa yang kamu lakukan?!

    Last Updated : 2025-03-29
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 271 : Sebatas Kontrak

    “Benarkah Dokter? Kalau begitu … apa ini?” Maharani meraih ponsel dan menggeser layar. Sebelum menunjukkan pada Darius, dia menarik napas panjang lebih dulu. Darius memicingkan mata, menatap layar ponsel Maharani dengan rahang mengeras. Deretan panggilan keluar, serta pesan masuk yang ditunjukkan wanita itu jelas bukan darinya. Dia tahu pasti. Bahkan Darius sadar 100% ponselnya tak pernah mengirim pesan semacam itu, tak ada satu pun panggilan masuk dari Maharani yang diterima. Namun, menanyakan lebih jauh hanya akan memicu perdebatan yang tidak perlu. Dia menarik napas, menekan amarahnya. "Maaf," ucapnya singkat, "aku hanya banyak pikiran karena pekerjaan." Maharani menatap Darius cukup lama sebelum tersenyum kecut. Refleks wanita itu menyentuh perutnya. Bahkan demi jabanh bayi dalam rahimnya pun, Darius enggan meluangkan waktu. Miris. “Rani—” “Tidak apa, Dok. Untung saja di RS ada Dokter Denver, kalau tidak, pasti kamu kehilangan anak ini,” sarkas ibu hamil itu, tangannya merem

    Last Updated : 2025-03-30
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 272 : Ini Milikku, Bukan Kamu

    "Dania!" panggil Darius dengan suara menggelegar.Mata Darius menyorot tajam dan langkahnya lebar memasuki rumah. Embusan napasnya agak memburu, amarah yang sudah dia tekan sejak kemarin kini nyaris meluap.Tidak ada jawaban. Hanya kesunyian yang menyambutnya—seperti biasa. Darius menggeram, kedua tangannya mengepal kuat. Seorang asisten rumah tangga yang tengah menyapu ruang tengah langsung menoleh dengan wajah tegang."Bu Dania masih tidur, Pak," ucapnya pelan.Darius mendengkus kesal. Tanpa menunggu lebih lama, dia melangkah cepat menuju kamar utama. Begitu membuka pintu, dia menemukan Dania masih terbuai dalam mimpinya, berselimut tebal dengan wajah tenang. Seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam hidupnya.Akan tetapi, Darius tidak akan membiarkannya begitu saja.Tanpa ragu, dia merenggut selimut yang menutupi tubuh sang istri. Dania mengerjap kaget, lalu menatapnya dengan kesal."Darius, apa-apaan ini?!" bentak wani

    Last Updated : 2025-04-01
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 273 : Kamu Suka Dokter Darius Kan?

    Suasana ruangan menegang. Dewi menegang, tangannya hendak mencengkeram pergelangan Dania, siap menyeret wanita itu keluar. Namun, suara lembut dan tegas terdengar di belakangnya."Jangan, Wi.  Biarkan … dia masuk."Mata Dewi melebar. Dia menoleh cepat ke arah Maharani, berharap dia hanya salah dengar. Namun, yang dilihatnya justru raut wajah tenang Maharani, seakan kehadiran Dania bukanlah ancaman."Apa maksudmu?" tanya Dewi, suaranya serak, "kenapa kamu biarkan dia bertamu?"Maharani tidak langsung menjawab. dia menghela napas dan melirik Dania, yang kini memasang senyum penuh kemenangan. "Dia sudah di sini. Mengusirnya hanya akan membuat suasana makin buruk."Dewi mengatupkan rahang, jelas tak setuju. Namun, Maharani sudah melangkah ke arah ruang tamu.. Dengan anggun, dia menunjuk sofa yang berada di sudut ruangan. "Silakan duduk, Dokter Dania."Dania tersenyum puas dan melangkah santai ke sofa, lalu duduk dengan penu

    Last Updated : 2025-04-01

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 323 : Nasib Dua Dokter Tampan

    “Kamu kenapa? Ada yang sakit?” tanya Maharani sambil menatap Darius yang sejak tadi hanya bersedekap dada, duduk di pojokan kamar.Setelah Dewi dan Dirgantara dijemput Denver, Maharani langsung menghampiri Darius. Pria itu tidak menyambutnya dengan senyum atau pelukan, melainkan ekspresi super dingin, seperti freezer yang kelupaan ditutup.Apa mungkin Darius kesal karena dia terlalu lama menemani Dewi di kamar? Atau ... ada sesuatu yang tidak dia tahu?“Mulai sekarang jangan makan tempe goreng lagi!” geram Darius tiba-tiba. Nada suaranya seperti menegur pasien bandel.Maharani langsung melongo. Tadi pria ini begitu antusias ketika diberikan tempe goreng hangat. Sekarang mendadak berubah arah.“Kamu sakit perut karena makan tempe goreng?” tanya Maharani curiga. Matanya menyipit, memeriksa wajah calon suaminya dari atas ke bawah.Darius berdecak, lalu menggeleng cepat. “Bukan perut yang sakit, Rani. Tapi hati. Mengerti?!” ucapnya dengan desahan napas berat seperti habis lari maraton.“A

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status