Belum juga Maharani menormalkan irama jantungnya, ketukan di pintu terdengar lagi, lebih kuat. Tubuhnya menegang, jemarinya mencengkeram ujung selimut, untuk melepas keresahan."Si—siapa?" tanyanya, dengan suara bergetar.Tidak ada jawaban. Hanya ketukan yang makin intens. Tangan Maharani makin berkeringat. Dengan langkah ragu dan berat, dia mendekat. Jantungnya berdetak kencang, beradu dengan suara ketukan. Akhirnya, dengan napas tercekat, dia membuka pintu.Mata Maharani melebar. Dua sosok berdiri di hadapannya. Salah satunya adalah pengasuh rumah ini, dan yang lainnya …."Kamu sudah besar, Maharani. Kenapa kekanakan? Bibi bilang kamu tidak makan malam," omel Darius terdengar dingin, bagaikan cambuk yang menghantam.Maharani menelan ludah. "Belum, Dok. Bukan tidak," ujarnya, berusaha mempertahankan keberanian, meskipun suaranya sedikit gemetar.Tanpa membalas, Darius melangkah masuk, membawa paper bag yang menguar
Terakhir Diperbarui : 2025-03-20 Baca selengkapnya