Semua Bab Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver: Bab 251 - Bab 260

315 Bab

Bsb 251 : Aku Bisa ... Aku Kuat

"Makanlah yang benar! Kasihan anak itu," kata Darius yang bicara tanpa menatap Maharani. Saat ini Maharani duduk di tempat tidur, tangannya gemetar saat menyendokkan nasi ke mulutnya. "Iya, Dok. Makasih sudah mau tinggal sebentar di sini." "Bukan masalah," sahut Darius masih sama. Darius ada di sana, menemaninya, dia duduk di kursi di dekat ranjang, tetapi tidak benar-benar memperhatikannya. Pria itu lebih sibuk dengan ponselnya, sesekali mengetik sesuatu dengan ekspresi datar. Baru saja Maharani menelan beberapa suap, dia terperangah dengan kehadiran Dania yang masuk kamar. Wanita itu mengawasi dengan tatapan tajam, seolah memastikan Maharani tidak melewatkan satu butir nasi pun. "Habiskan Ran! Badanmu itu sangat lemah, aku tidak mau anak itu kurang gizi!" ucap wanita itu tajam. "Iya, Dok. Aku pasti habiskan, kok." Mulut Maharani terus mengunyah, meskipun terasa perih. Suasana benar-benar mencekam. Maharani merasa seperti tahanan yang sedang diawasi sipir penjara. Tidak l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-18
Baca selengkapnya

Bab 252 : Fish and Chips

Belum juga Maharani menormalkan irama jantungnya, ketukan di pintu terdengar lagi, lebih kuat. Tubuhnya menegang, jemarinya mencengkeram ujung selimut, untuk melepas keresahan."Si—siapa?" tanyanya, dengan suara bergetar.Tidak ada jawaban. Hanya ketukan yang makin intens. Tangan Maharani makin berkeringat. Dengan langkah ragu dan berat, dia mendekat. Jantungnya berdetak kencang, beradu dengan suara ketukan. Akhirnya, dengan napas tercekat, dia membuka pintu.Mata Maharani melebar. Dua sosok berdiri di hadapannya. Salah satunya adalah pengasuh rumah ini, dan yang lainnya …."Kamu sudah besar, Maharani. Kenapa kekanakan? Bibi bilang kamu tidak makan malam," omel Darius terdengar dingin, bagaikan cambuk yang menghantam.Maharani menelan ludah. "Belum, Dok. Bukan tidak," ujarnya, berusaha mempertahankan keberanian, meskipun suaranya sedikit gemetar.Tanpa membalas, Darius melangkah masuk, membawa paper bag yang menguar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 253 : Perhatian Dua Pria

“Mon ange, kamu kenapa? Pusing? Di mana yang sakit?” tanya Denver bertubi-tubi. Tatapannya menelusuri wajah Dewi, mencari tanda-tanda ketidakberesan.Tanpa ragu, Denver meraih tangan istrinya, menekan pergelangan tangannya dengan jari untuk mengecek denyut nadi. Terasa sedikit meningkat, tetapi tak ada tanda bahaya.“Sayang … aku tidak apa-apa.” Dewi berusaha tersenyum, mencoba menenangkan suaminya yang kini menjadi pusat perhatian di café.“Bajumu basah, Wi. Kamu bisa kedinginan, sebaiknya cepat diganti.” Suara lain menyela. Kali ini bukan Denver, melainkan Darius. Sorot mata pria itu penuh kecemasan, memperhatikan Dewi dengan cara yang membuat udara di sekitar mereka menegang.Dewi menghela napas. Dirinya diperhatikan dua pria tampan, ini seharusnya membuat tersanjung, tetapi yang ada justru perasaan canggung menguasai dirinya. Ada ketakutan kecil di hati jika Denver salah paham.“Aku tidak sengaja menumpahkan air.” Kali ini Dewi menatap suaminya, lalu merangkul lengan kekar itu deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 254 : Merayuku Pagi-pagi

*Baca setelah berbuka puasa*Di dalam ruangan dengan cahaya temaram, Dewi menggigit bibirnya, menahan desahan yang hampir lolos dari bibir. Jemari ramping wanita itu mencengkeram seprai, matanya setengah terpejam. Sesekali, tatapannya jatuh pada sang suami yang sedang memanjakannya tanpa ampun.“Sayang …” Suara Dewi bergetar di antara embusan napas yang berat. Sentuhan Denver membuatnya kehilangan kendali sedikit demi sedikit.Sejak mereka tiba di rumah, Denver tak membuang waktu. Pria itu hanya menyeringai puas saat mendapati Dirga sudah terlelap bersama guling bolanya, lalu tanpa ragu menyeret Dewi ke dalam kamar. Sekarang, di atas ranjang itu, dia benar-benar tak memberinya kesempatan untuk bernapas.“Kamu yang menginginkannya ‘kan?” Suara Denver terdengar parau, begitu rendah di telinganya.Tangan pria itu terus mengeksplorasi tubuh sang istri, menebarkan gelombang panas yang membuat Dewi sulit berpikir jernih.Saat tubuh Dewi bergeser sedikit, Denver segera menahan pinggulnya. Ger
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Bab 255 : Dia Itu Pelakor Rendahan!

Satu bulan telah berlalu."Papa! Papa di mana? Cepetan, Pa!"Suara cempreng itu menggema di sepanjang koridor rumah sakit. Dirga berlari dengan napas tersengal, keringat mengalir di pelipisnya. Tubuh kecilnya gemetar, matanya berkaca-kaca.Tanpa memedulikan pengasuh yang mengejarnya, bocah itu terus mencari sang papa.Denver yang tengah sibuk dengan dokumen segera bangkit begitu mendengar suara putranya. Dia berjalan cepat dan menunduk hingga sejajar dengan Dirga, tangannya terulur menenangkan bocah kecil itu."Tenang, Jagoan. Ada apa?" tanyanya lembut, kedua alisnya bertaut melihat kepanikan di wajah putranya.Dirga masih terengah-engah, tangannya menunjuk ke luar ruangan. "Itu … Mama .…"Jantung Denver berdetak lebih cepat. "Mama kenapa?"Dirga berusaha mengambil napas dalam, lalu berucap, "Mama belatem sama Tante bawel!"Denver seketika berdiri tegak. Matanya langsung menajam. Tanpa banyak bertanya, dia bergegas ke luar ruangan dengan langkah lebar. Dirga yang masih ketakutan digend
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 256 : Tetesan Air

"Kamu gila, Darius! Kamu pengkhianat!" Dania mengamuk. Sepatu hak tinggi melayang ke arah Darius, diikuti tas, lalu benda-benda di atas meja rias berjatuhan satu per satu.Darius tetap diam, tetapi wajah tampannya tegang. Kata-kata Denver tadi masih terngiang di kepala membuatnya mantap membawa Dania pulang. Namun, begitu tiba di rumah, pertengkaran tidak terelakkan.Bahkan para pelayan tidak ada yang berani keluar dari persembunyian mereka."Aku tidak gila, Dania! Justru kamu yang harus bercermin! Apa kamu benar-benar bisa merawat bayi itu dengan baik?" Tatapan Darius mengeras, nada suaranya menggema di ruangan.Dania mendengkus, bertolak pinggang dengan kepala yang menggeleng-geleng."Aku yang akan menjadi ibunya. Bayi itu milikku, Darius! Milikku!" teriaknya histeris. Dania melangkah maju, mendorong Darius hingga membentur dinding.Darius menahan napas. Satu tangannya terangkat, bukan untuk membalas, melainkan mencoba menenangkan. Dengan sigap, dia menangkap Dania dan merangkulnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 257 : Bukan Dewi Tapi Dia

Darius memijat pelipisnya yang mendadak berdenyut usai membaca pesan itu. Napas pria itu tertahan sesaat, lalu menjadi berat. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih. Sesuatu dalam dirinya hampir mendidih, siap meledak."Dokter Darius?" Suara Maharani menyadarkan Darius dari pusaran pikirannya.Darius menoleh sekilas. Wanita itu berdiri dengan mangkuk soto yang masih mengepul di tangannya. Kening Maharani berkerut menatap pria yang kini diam saja dengan kebingungan.Tatapan lembut Maharani menyiratkan keingintahuan dan kekhawatiran yang enggan diungkapkan.Akan tetapi, tanpa sepatah kata pun, Darius berbalik dan melangkah pergi. Maharani refleks mengangkat tangan, ingin menahan, tetapi pergerakannya tertahan di udara.Bibir wanita itu sedikit terbuka, tetapi suaranya tak kunjung keluar. Hanya ada keheningan yang menyayat, diiringi suara pintu yang terbuka.“Dia pergi,” lirihnya.Maharani menghela napas panjang, matanya terarah ke mangkuk soto di tangan. U
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Bab 258 : Godaan Bibir Basah

“Mau ke mana dia?” gumam Darius dari dalam mobilnya. Mata hitamnya mengikuti gerak-gerik seorang wanita yang baru saja membuka pagar. Gerakannya wanita itu tenang, tanpa terburu-buru.Darius menyipitkan mata, memperhatikan bagaimana dia menoleh ke kiri dan kanan, seperti sedang mencari sesuatu. Tanpa sadar, jemarinya yang bertumpu pada setir menggenggam lebih erat.Beberapa saat kemudian, suara dentingan nyaring terdengar. Refleks, Darius menoleh.Gerobak motor bubur ayam berhenti di persimpangan jalan komplek. Tak lama kemudian, wanita itu melangkah ke arah pedagang tersebut. Wajah Maharani tampak cerah dengan senyum yang seketika mengubah aura paginya.Mulut ibu hamil itu bergerak, berbicara dengan si penjual, sementara tangannya sibuk menunjuk beberapa pilihan toping.Darius tersenyum kecil tanpa sadar. “Ya, makanlah yang banyak, Rani. Supaya anakku sehat.”Akan tetapi, senyum tipisnya segera pudar saat melihat Maharani memanggil pengasuh rumah dan mengajaknya makan bersama.Alis Da
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 259 : Dua Pria Dewasa Di antara Dirgantara

“Sial,” gumam Darius, lantas menjauh dari Maharani. Dia memutar tubuhnya dengan cepat, lalu mengusap wajah dengan kasar. Napas pria itu berat, dadanya naik turun menahan frustrasi. Tanpa menoleh lagi pada Maharani, dia melangkah cepat menuju pintu, seolah ingin melarikan diri dari kekacauan yang baru saja terjadi. Sedangkan Maharani terdiam sejenak, hatinya berdentum keras melihat reaksi pria itu. Namun, alih-alih membiarkannya pergi begitu saja, dia segera mengejar dengan langkah tergesa. “Tunggu! Dokter! Tunggu sebentar!” seru ibu hamil itu, matanya membulat saat melihat Darius hendak masuk ke dalam mobil. Darius berhenti, tangannya masih di gagang pintu. Dia menoleh dengan ekspresi yang sulit ditebak, lalu berdeham pelan. “Katakan, ada apa?” Maharani menggigit bibirnya. Ada keberanian yang menggelegak dalam dada, membuatnya bertanya tanpa ragu, “Tadi malam ... bukannya Dokter mau bilang sesuatu? Apa itu?” Sejenak, keheningan menggantung di antara mereka. Maharani menunggu d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Bab 260 : Berjuang Sendirian

Selesai menikmati es krim, Denver yang tidak memiliki jadwal praktik lagi mengajak Dirga ke ruang direktur. Dia melirik sekilas ke arah Darius yang masih duduk dengan ekspresi berpikir dalam."Ayo, Jagoan, main di ruangan Papa," ajak Denver sambil mengulurkan tangannya. Dirga dengan cepat meraih tangan itu, wajahnya berbinar penuh antusias."Papa udah bayal kopi Om Dalius?" tanya bocah itu, kepalanya mendongak menatap Denver dengan harapan yang terpancar jelas di mata karamelnya.Denver terkekeh kecil, lalu mengeluarkan dompet. "Baiklah, kali ini Papa traktir Dokter Darius."Setelah membayar kopi, Denver menoleh ke arah Darius yang masih bergeming, seperti tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Tanpa banyak bicara, dia pun melangkah pergi bersama Dirga.Dirga berjalan riang, sesekali melompat kecil sambil bersenandung. Setiap perawat yang menyapanya dia balas dengan senyum dan lambaian tangan, membuat suasana rumah sakit terasa lebih hangat.Hingga tiba-tiba, langkah anak itu terhenti
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2425262728
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status