Beranda / Romansa / Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver / Bab 314 : Takdir Menyatukan Kita

Share

Bab 314 : Takdir Menyatukan Kita

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-18 23:05:09

Sesampainya di rumah yang baru dibelinya sebulan lalu, Darius tercengang melihat jajaran mobil yang terparkir di halaman. Pintu gerbang rumah itu terbuka lebar, padahal dia sudah menitip pesan pada Astuti agar tidak membukanya untuk siapa pun.

Namun fokus Darius segera tertuju pada plat mobil yang sangat dikenalnya. Dengan langkah lebar dan napas yang mulai memburu, dia memasuki rumah—dan…

"Rani?" panggil Darius sambil menatap ruang tamu yang dipenuhi beberapa orang. Matanya segera menangkap sosok pria paruh baya yang duduk gagah sembari menggendong Madhava. Sorot matanya mengeras. "Kenapa Om datang ke sini?"

Danis menatap Darius tanpa gentar, lalu dengan hati-hati mengembalikan bayi mungil itu ke pelukan Astuti yang duduk di sampingnya dengan tubuh gemetaran.

"Apa salahnya mengunjungi cucuku, Darius?"

Tatapan dua pria berbeda usia itu saling bertemu, sama-sama tajam. Darius lalu merangkul Maharani yang duduk tegang di sofa. Sembari menoleh ke arah Astuti, suaranya berubah dingin.

"Bu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 315 : Pria yang Bernasib Serupa

    Seketika, Maharani mendorong tubuh Darius hingga punggung pria itu membentur dinding dengan keras, menimbulkan suara nyaring yang merupakan perpaduan antara benturan dan erangan tertahan.Darius meringis. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil memejamkan mata, merasakan nyeri menyebar di sepanjang punggungnya. Tangannya mengepal, bukan hanya karena sakit, melainkan niatnya mencium Maharani baru saja digagalkan dengan cara yang tidak begitu romantis."Darius!"Suara itu menggema dari arah tangga. Darius buru-buru menoleh, dan ekspresi wajahnya langsung berubah. Yang semula kesal langsung tersusun ulang menjadi datar penuh kepura-puraan.Sementara itu Danis sedang berjalan ke arahnya dengan pandangan waspada, seolah-olah sedang mencari jejak ‘kejahatan’ yang baru saja terjadi."Ya, Om? Ada apa?" tanya Darius, berusaha terdengar santai. Namun, garis di antara alisnya tidak mampu berbohong—dia terganggu."Sebaiknya kamu ikut kami menginap di hotel. Jangan di sini!" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 316 : Mood Swing Dewi

    Darius sudah bersiap mendengar komentar Denver yang selalu saja berlagak seperti juri kompetisi masak. Bahkan raut wajah Denver sangat terlihat serius, seolah sedang menelaah satu per satu cita rasa dari setiap bumbu yang dia kecap. "Gimana? Heh?" Darius menggeram kesal, karena Denver terlalu lama menanggapi. Dia sungguh tidak sabar mendapat pengakuan. Denver mengangkat kedua bahu sambil kembali menyuap sepotong kecil daging. "Not bad. Sedikit asin, tapi masih bisa dimakan." Darius menghela napas panjang. Padahal dia sudah berusaha mati-matian mencontek berbagai resep, bahkan sampai mengamati cara kerja chef restoran bintang lima. Hanya saja, entah kenapa, nalurinya untuk menambahkan garam tetap muncul di saat-saat terakhir. Akan tetapi, melihat bagaimana Denver melahap makanannya cukup membuat Darius lega. Apalagi. ketika dia memandang Maharani yang perlahan mulai makan sambil mengangguk-angguk, disusul Dewi dan Dirga yang tampak menikmati hasil masakannya. "Enak, Om! Asinnya dik

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 317 : Teringat Masa Lalu

    "Ada apa, Wi? Kenapa wajahmu tiba-tiba pucat?" tanya Maharani dengan dahi mengernyit, melihat keeceriaan sahabatnya menguap begitu saja.Dewi menarik napas dalam-dalam. Matanya yang sipit kini berkaca-kaca. Dia tidak langsung menjawab, hanya menatap kosong ke arah luar butik. Pemandangan yang barusan dilihatnya masih menancap kuat di benaknya."Tante Lani, tadi Mama lihat olang bajunya sobek-sobek, di ujung sana. Telus Mama nangis," ucap Dirga polos sambil memeluk paha Dewi erat-erat.Dewi spontan berjongkok, merengkuh pipi anak semata wayangnya dengan lembut. Tubuh kecil Dirga segera ditariknya dalam pelukan yang erat, seperti tidak ingin kehilangannya."Aduh ... Mama, aku nggak bisa napas, nih!" keluh Dirga, menepuk-nepuk bahu ibunya pelan. "Mama kenapa? Telepon Papa, deh."Dewi hanya menggeleng pelan, lalu berdiri dan merangkul Maharani dengan satu lengan. "Mungkin aku cuma salah lihat, Rani," gumamnya, suaranya terdengar rap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 318 : Suamimu Ini Dokter Kandungan, Sayang

    Pagi ini Dewi terbangun dan langsung meraba perutnya yang masih rata. Dia menghela napas pelan, merasa tubuhnya lebih mudah lelah dari biasanya. Mood-nya memang berubah, tetapi .. benarkah itu tanda-tanda kehamilan? Bukankah suaminya terlalu cepat menyimpulkan sesuatu?"Apa benar aku hamil?" gumam Dewi lirih, tatapannya kosong menatap langit-langit."Kamu tidak percaya, hmm?" tanya Denver dengan suara seraknya. Meskipun mata pria itu masih terpejam, Denver mendengar dengan jelas gumaman istrinya.Dewi berbalik, menghadap suaminya. Jemari rampingnya menyusuri wajah tampan itu, mengusap lembut dagu yang kini dihiasi janggut halus."Aku suka kamu berjanggut begini, Sayang," ucap Dewi pelan, "kelihatan lebih keren."Mata Denver langsung terbuka. Dia memeluk Dewi, menarik tubuh wanita itu lebih dekat. Pandangannya menatap dalam ke arah sepasang mata hitam yang kini hanya berjarak sejengkal. Lalu, dengan pelan dia mencium leher, dada, dan akhirnya turun ke perut Dewi."Jangan lupa, suamimu i

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 319 : Es Krim Vanila

    “Itu … benaran Caca?” tanya Dewi dengan suara lirih. Dia tidak menyangka anak itu sudah sebesar ini, dan, ya, wajahnya jelas mewarisi kecantikan Carissa.Meskipun baru beberapa kali melihat Caca dari kejauhan, tapi Dewi tahu anak itu tidak bersalah. Justru Dewi menyayanginya. Terlebih, Caca hidup sendirian, terlunta-lunta, tanpa keluarga yang bisa melindunginya.Seperti sekarang, Caca sedang duduk sambil makan dengan lahap. Meskipun berkebutuhan khusus, Caca tetap tenang. Makan hingga habis tanpa rewel, hanya saja mata polosnya terus menatap Dewi dalam diam.“Dia tidak mungkin tinggal di hotel terus, ‘kan?” ujar Dewi. “dia butuh lingkungan yang sehat.”Denver mengangguk, meski sebenarnya dia sudah menyiapkan semuanya. Pakaian baru, dan perawat khusus yang akan mendampingi kebutuhan harian Caca.“Malam ini aku akan ke rumah Niang. Bagaimanapun juga, Caca ini cicitnya,” ucap Denver sambil menoleh ke arah Dewi yang berdiri di sampingnya.Dewi mengangguk pelan. Keputusan sang suami sudah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 320 : Cerita Masa Lalu Tentang Kita

    “Aw … Sayang, sakit! Kamu lembut ke pasien lain, tapi sama istri kenapa kasar?” keluh Dewi dengan bibir mungil merah mudanya yang merengut manja.Denver terkekeh melihat istrinya yang belakangan lebih sering merajuk. Pria itu meraih dagu Dewi, lalu mengecup bibir sang istri dengan dalam dan lembut.Hari ini, tepat satu minggu mereka menanti untuk melakukan tes darah—untuk tahu apakah Dewi hamil atau tidak.“Jarumnya belum masuk, Sayang. Maaf aku cuma mencubit kamu,” sahut Denver sambil tertawa pelan, jelas lebih menikmati momen menjahili Dewi daripada prosedurnya sendiri.Pria itu pun dengan lembut mengoles alkohol di sekitar kulit lengan istrinya, lantas menusukkan jarum dan mulai mengambil sampel darah.“Seharusnya aku minta Sus Tiwi saja,” gumam Dewi, membuat Denver kembali tergelak.“Pratiwi sibuk. Ada tiga pasien persiapan operasi caesar sore nanti.” Denver memutar sedikit badannya, lalu menuangkan cairan merah ke dalam tabung sampel dan menyerahkannya pada petugas laboratorium.S

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 321 : Aku Juga Menginginkannya

    “Rani ... kamu di mana?” panggil Darius. Pria itu sudah menekan bel berkali-kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintu pagar.Bahkan Darius mencoba menghubungi Maharani dan Bu Astuti, tetapi tak mendapat balasan. Hingga akhirnya, dia menggunakan kunci cadangan dan masuk ke dalam rumah.Suasana di dalam tampak rapi dan tenang, aroma pengharum kopi menguar dari sudut-sudut ruangan dan memberi kesan hangat yang familiar.“Rani? Sayang?” panggilnya lagi, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang tamu yang tertata apik. Tidak ada satu pun tanda kehadiran manusia.Dia meletakkan kantong makanan yang dibawanya di atas meja makan panjang putih. Matanya sempat tertumbuk pada vas bunga segar yang tertata manis di tengah meja.Bibir Darius tertarik membentuk senyum kecil. Rumah ini terasa jauh lebih hidup sejak ada sentuhan seorang wanita.“Bu? Bu Astuti?” Darius melongok ke taman belakang yang ukurannya tidak terlalu besar. Pandangannya menyapu seluruh sudut. Tetap tidak terlihat siapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 322 : Cemburu Versi Darius

    "Rani … apa yang kamu—"Protes Darius terputus begitu saja saat Maharani menatapnya tajam dan mengangkat telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat tegas agar pria itu diam."Tapi aku—""Jangan berisik, Dok!" tegur Maharani dengan tegas, sambil meraih handuk dan menghela napas panjang.Dia berbalik, mengambil pakaian dengan wajah jengkel, lalu mengenakannya secepat kilat.Beberapa detik kemudian, langkah kecil terdengar mendekat. Seorang anak laki-laki muncul di ambang pintu, membawa aroma tempe goreng yang menguar dari kotak kecil di tangannya."Tante Lani, tempe golengnya masih anget, enak loh dimakan pakai kecap!" celoteh Dirga ceria. Namun, matanya menyapu ke dalam kamar, tidak menemukan keberadaan Maharani."Tante Lani di mana?" tanyanya polos sambil mengetuk pintu, dia tidak berani masuk tanpa izin. Meskipun kakinya terlalu gatal ingin melangkah.Maharani segera melangkah dengan cepat menghampiri Dirga, sambil sibuk mengancingkan kancing baju. Senyum wanita itu dibuat selebar m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21

Bab terbaru

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 332 : Kamu Ibu Yang Luar Biasa

    "Bagaimana keadaan Dewi, Darius?" tanya Dwyne, langsung meraih tangan rekan putranya itu dengan gemetaran.Sejak diberitahu bahwa kondisi Dewi memburuk dan harus segera dilarikan ke ruang operasi, Dwyne bersama Oma Nayla segera bergegas ke rumah sakit. Termasuk Danis yang saat ini sedang dalam perjalanan menuju ibu kota. Sementara itu, Dirga menunggu di rumah, ditemani pengasuh dan Valerie.Di sisi lain, Darius pun menjadi panik setelah mendengar jadwal operasi Dewi dimajukan satu jam. Pria itu baru saja selesai dengan praktiknya. Karena rasa sayang sebagai sepupu, dia langsung mencari tahu informasi tentang kondisi Dewi.Darius baru saja keluar dari ruang tindakan. Dia melihat langsung bagaimana Dewi terbaring di dalam sana."Darius, kenapa kamu diam saja?" ulang Dwyne cemas. Wanita itu mendengkus kecil dan melirik jam tangannya. "Ini sudah lebih dari satu jam, tapi belum ada informasi tentang Dewi. Dia baik-baik saja, bukan?" desaknya.Darius menghela napas. "Aku tidak punya wewenan

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 331 : Kepanikan Sang Dewi

    Rupanya wanita yang mengidam, jika tidak dituruti akan membuat suasana hatinya buruk. Termasuk Dewi, ketika meminta dibelikan martabak telur tepat pada pukul tiga dini hari, itu karena dia melihat postingan di sosial media.Tentunya Denver dan Dirga dibuat kewalahan dengan permintaan itu. Dua lelaki beda usia tersebut lebih sering pergi mencari makanan yang diinginkan ibu hamil. Dirga memang ingin terlibat langsung dan dia akan mengamuk jika Denver mengabaikannya.Meskipun Denver bisa membuat martabak telur spesial di rumah, tetap saja Dewi ingin makanan itu dibeli dari pedagang langsung.Mengidam itu pun terus berlanjut hingga bulan-bulan berikutnya, saat usia kandungan sang Dewi telah membesar dan membuatnya sulit bergerak. Bahkan dia mengajukan cuti lebih awal.“Sayang, kok lama banget? Aku ... aku tegang nunggu kamu,” adu wanita berperut buncit itu dengan suara bergetar.Dia ingin menghampiri Denver yang baru saja masuk ke kamar rawat, tetapi saluran infus di tangan membatasi gera

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 330 : Simbol Cinta Untuk Istri

    Denver merangkul bahu Darius dan menggiringnya keluar dari ruang sidang. Sikapnya mencerminkan kedekatan khas dua lelaki yang sudah seperti saudara. Bahkan postur tubuh mereka yang nyaris sama tinggi membuat keduanya tampak seperti kembar jika dilihat sepintas.Hanya saja, rambut cokelat kehitaman milik Denver tampak kontras dengan rambut Darius yang hitam legam dan selalu tertata rapi.“Lepas, Denver,” gerutu Darius, berusaha menyingkirkan lengan pria itu dari bahunya.“Minum kopi. Aku traktir,” ajak Denver spontan, tahu betul bahwa pikiran sahabatnya itu tengah kusut dan butuh pelarian sejenak.Darius mengangguk kecil dan menghela napas panjang. Setelah berhasil meloloskan diri dari genggaman Denver, dia langsung menuju mobilnya yang terparkir tepat di depan gedung pengadilan.Sementara itu, Denver harus berjalan sedikit lebih lama. Audi hitam miliknya tadi diparkir cukup jauh karena dia datang agak terlamb

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 329 : Gen Denver Memang Kuat

    “Wah … itu adik? Tapi kenapa adiknya kecil banget, Pa?” tanya Dirga sambil menunjuk layar monitor dengan mata membulat penasaran.Dua minggu telah berlalu sejak hari pernikahan Darius dan Maharani. Semua kembali beraktivitas normal.Hari ini, Dewi memutuskan melakukan pemeriksaan kehamilan bersama suaminya di ruang praktik milik Denver. Sebenarnya, ini karena permintaan Dirga yang terus-menerus merengek ingin melihat calon adiknya.“Ya, perkembangan manusia memang dimulai dari yang sangat kecil, Nak. Kalau dijelaskan panjang lebar, kamu pasti bingung,” tutur Denver lembut. Senyumnya merekah melihat Dirga begitu terkesima memandangi layar.Sementara itu, Dewi terus menatap Denver tanpa berkedip. Ada rasa geli dan manis saat melihat pria tampan yang kini jadi suaminya itu serius memeriksanya—sebagai dokter kandungan. Lucu rasanya, diperiksa oleh suami sendiri.“Kenapa kamu lihat aku terus, Mon ange? Jangan goda aku di tempat kerja, hmm,” bisik Denver seraya mengerlingkan sebelah matany

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 328 : Kesal!

    “Sakit, Oma …,” adu Dirga sambil menunjuk kakinya yang tersembunyi di balik celana panjang. Bibir mungilnya maju ke depan, dan manik karamel bergerak gelisah, mencari dua sosok yang sejak tadi dinantikan.“Iya, itu sudah diobati, Sayang. Tidak ada luka apa pun, kan?” sahut Dwyne sembari membelai puncak kepala Dirgantara dengan sentuhan penuh kasih.“Olang itu jalannya sembalang, ah!” Dirga bersedekap dada. Kedua alisnya bertaut, bola matanya menatap tajam ke arah tamu-tamu yang masih ramai di taman, menikmati pesta.Wajah tampan anak itu merengut.Beberapa saat lalu, ketika mengambil makanan di meja, seorang anak kecil menabrak Dirga cukup keras hingga makanannya terjatuh. Beruntung tuksedo mininya tidak kotor, tetapi tubuh kecil Dirga ikut terhuyung dan tersungkur. Anak yang menabraknya pun menangis sehingga mengundang perhatian para tamu.“Dia lebih kecil dari kamu. Jadi … belum tahu cara menghindar,” ujar Dwyne, masih dengan nada lembut. Dalam hati, wanita paruh baya itu ingin sek

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 327 : Cinta Tak Mengenal Jeda

    “Ah … Darius, kamu benar-benar penjahat,” lenguh Maharani, matanya terpejam sesaat, napasnya tersendat di tengah desahan halus. Dia menelan saliva, kini tubuhnya menegang seperti tersentuh listrik halus di bawah kulitnya.Tadi, pria itu membawanya langsung ke kamar hotel usai prosesi pernikahan mereka. Tanpa banyak kata, dengan antusiasme yang membuncah, Darius melucuti kebaya pengantin Maharani. Jemarinya bekerja luwes, sudah hafal setiap lipatan dan kancing, lalu membaringkan sang istri di ranjang pengantin berseprai putih yang bertabur kelopak mawar.Detik ini, mereka telah sama-sama polos, tidak ada lagi batas di antara kain dan kulit.Darius tampak sangat menguasai momen. Namun, di balik geraknya yang percaya diri, ada ketulusan yang menyelinap di setiap kecupan dan belaian.“Penjahat?” bisik Darius sembari menelusuri ceruk leher sang istri dengan ciuman yang membuat bulu kuduk Maharani meremang.“Umm … iya. Kamu menculikku. Pesta kita bahkan belum selesai, Da-Darius …, ah … ini

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 326 : Masih Cemburu?

    Setelah resmi menyandang status duda dan mempertahankan gelar itu selama kurang dari sebulan, akhirnya hari ini Darius melepas masa kesendiriannya dengan mempersunting Maharani.Bunga-bunga bermekaran indah menghiasi pelaminan serta taman. Bahkan pepohonan rindang pun seolah merestui hari penuh cinta ini. Suhu yang sejuk turut mendukung segalanya yang telah dirancang dengan saksama.Saat ini Darius mengenakan jas putih dengan rambut ditata rapi menggunakan pomade. Dia duduk bersama Denver dan Danis sebagai saksi pernikahan, menanti sang mempelai wanita yang belum juga tiba."Santai, Darius. Tenanglah, Maharani sedang bersiap. Kamu jangan bikin malu seperti ini," bisik Denver sambil melirik kaki Darius yang bergerak-gerak gelisah. Kening Darius juga dipenuhi keringat sebesar biji jagung."Aku tidak perlu nasihat. Aku butuh Maharani!" tegas Darius dengan wajah tegang.Denver terkekeh melihat mantan rivalnya panik. Dia pun menggoda lagi dengan suara rendah, "Ah … bagaimana kalau Maharani

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 325 : Hadiah Istimewa

    Hari berikutnya, Darius masih cuti. Dia datang lebih awal ke persidangan kedua Dania. Pria itu duduk menyendiri di bangku tunggu, memandangi sisi kanan dan kiri ruang sidang yang masih sepi. Padahal dia sudah janjian dengan Denver, tetapi pria itu belum tampak.Darius memejamkan mata sambil menyandarkan punggung ke dinding dingin. Dia mencoba membayangkan wajah Maharani agar suasana hatinya lebih tenang, dan berhasil.Bahkan ketika Denver datang bersama Ruslan dan Rudi, Darius menyapa dengan santai. Termasuk saat bertemu Dania di ruang sidang, tatapan tajam sang mantan tidak lagi menggoyahkan hatinya.Sidang pun selesai. Jadwal sidang berikutnya masih menunggu konfirmasi. Hal ini membuat Darius sedikit cemas, lantaran pernikahannya dengan Maharani makin dekat.“Tidak baik melamun,” tegur Denver, melihat Darius tampak berpikir di depan pintu pengadilan.“Ah, bukan melamun. Aku sedang berpikir cari kado untuk anakmu.” Darius m

  • Terjebak Hasrat Terlarang Dokter Denver   Bab 324 : Menguras Tenaga, Emosi, dan Pikiran

    Minggu ini menjadi yang paling berat sepanjang hidup Darius. Bahkan dia sengaja mengajukan cuti dari rumah sakit hanya untuk menyelesaikan segala masalah yang selama ini menggantung.Sekarang, dengan ditemani pengacara serta pamannya yang sangat baik, Darius duduk di ruang sidang yang terasa dingin dan sunyi.Bau kertas tua bercampur aroma pembersih ruangan menyengat di hidung. Suara langkah sepatu para pengacara dan detik jarum jam di dinding terasa memekakkan di tengah ketegangan.Dia menoleh ke samping, menatap kursi kosong di sebelahnya—kursi yang seharusnya diisi oleh Dania. Namun, wanita itu hanya menghadiri sidang melalui layar ponsel, sebab pihak kepolisian tidak mengizinkannya keluar dari sel tahanan karena perilaku buruknya yang makin menjadi.Darius menarik napas panjang, terasa sesak dan perih di dadanya. Ketika hakim memintanya mengucap ikrar talak, sejenak dia terdiam. Ada kilatan ingatan yang muncul—saat pertama kali menggenggam tangan Dania di bawah langit sore, berjan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status