Pagi itu, Naya duduk di meja makan sambil menyeruput secangkir teh hangat. Hanya ada Rini yang menemani, sementara Raka sudah berangkat ke kantor lebih awal. “Nona, semalam tidur di kamar Bapak, ya?” goda Rini sambil mengangkat alis. Naya nyaris menyemburkan teh dari mulutnya. “Hah? Enggak, Mbak. Dia yang tiba-tiba masuk ke kamar aku,” elaknya dengan suara setengah kesal. Rini tertawa kecil. “Tapi, kok ujung-ujungnya malah di kamar Bapak? Aku sempat cek tadi pagi, kamarmu kosong, dan satu guling hilang.” “Ihh, Mbak nih kepo banget!” Naya mendengus sambil merengut, membuat Sasa semakin geli. “Jadi benar, dong? Tinggal bilang aja, ‘Aku yang mau!’ Gengsi banget, sih.” “Ngomong apa sih, Mbak? Orang dia yang maksa! Setiap malam ada aja alasannya gangguin aku. Nyebelin banget, kayak bapaknya.” “Tapi, bapaknya kan nggak nyebelin kalau dinikmati,” Rini menyeringai. “Apaan sih, Mbak!” Naya membalas dengan tatapan tajam, tetapi wajahnya sedikit memerah. Namun, pembicaraan merek
Last Updated : 2024-12-23 Read more