Home / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ibu Muda Anak Mas Duda: Chapter 31 - Chapter 40

130 Chapters

Rahim Yang Terkurung Dosa

Naya duduk di ruang tamu kecil rumah ayahnya, memandangi dinding yang penuh dengan foto keluarga. Foto-foto itu mengingatkannya pada masa-masa saat ia masih bisa tertawa lepas, jauh sebelum utang menjerat mereka. Ia tak menyangka hidupnya akan berputar begitu drastis, hingga ia harus meninggalkan kampung halaman dan menjadi sesuatu yang dulu ia benci. "Kenapa gak sering pulang, Nak?" tanya Heri, ayahnya, dengan suara serak yang membuat dada Naya semakin sesak. "Aku kerja, Yah. Demi kita semua," jawab Naya dengan senyum yang dipaksakan. Ia berusaha menutupi air matanya yang hampir jatuh. "Ayah gak apa-apa tinggal sendirian di sini?" Heri mengangguk sambil tersenyum kecil. "Ayah udah biasa. Lagipula Ayah selalu percaya kamu bakal pulang bawa kebahagiaan buat keluarga ini." Naya menunduk, merasa dadanya semakin sesak. Jika saja ayahnya tahu apa yang telah ia lakukan untuk bertahan hidup, mungkin senyum itu akan menghilang. Ia
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Malam Penuh Keinginan

Dengan ancaman halus yang selalu mengandalkan kelembutan, Raka akhirnya berhasil memaksa Naya meminum segelas susu hangat yang ia siapkan. Namun, alih-alih mengantuk seperti harapannya, Naya justru merasa segar bugar. Wanita muda itu hanya bisa gelisah di tempat tidur. Suara burung hantu di luar rumah menjadi saksi bisu kegundahan hati Naya. Berulang kali ia memutar posisi tidur, tetapi kantuk tak kunjung datang. "Ih, kenapa malam ini aku gak bisa tidur, sih? Pasti ini gara-gara bawaan si jabang bayi ini!" gerutunya sambil memegangi perut yang mulai membesar. Naya menatap sekeliling kamar yang tampak mewah namun penuh kenangan. Ia tahu, kamar ini dulu milik Raka dan disini juga mahkota kegadisan nya hilang. Namun, kini kamar itu diberikan kepadanya. Sementara, Raka sekarang memilih kamar disamping nya, agar lebih mudah mengawasinya. "Aduh, kalau aku ingin sesuatu bagaimana, ya? Masa aku tega bangunin Mbak Rini atau Mbak Yuni? Pasti mereka sudah tidur semua karena seharian beker
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Gengsi Yang Tumbang

Pagi itu, Naya duduk di meja makan sambil menyeruput secangkir teh hangat. Hanya ada Rini yang menemani, sementara Raka sudah berangkat ke kantor lebih awal. “Nona, semalam tidur di kamar Bapak, ya?” goda Rini sambil mengangkat alis. Naya nyaris menyemburkan teh dari mulutnya. “Hah? Enggak, Mbak. Dia yang tiba-tiba masuk ke kamar aku,” elaknya dengan suara setengah kesal. Rini tertawa kecil. “Tapi, kok ujung-ujungnya malah di kamar Bapak? Aku sempat cek tadi pagi, kamarmu kosong, dan satu guling hilang.” “Ihh, Mbak nih kepo banget!” Naya mendengus sambil merengut, membuat Sasa semakin geli. “Jadi benar, dong? Tinggal bilang aja, ‘Aku yang mau!’ Gengsi banget, sih.” “Ngomong apa sih, Mbak? Orang dia yang maksa! Setiap malam ada aja alasannya gangguin aku. Nyebelin banget, kayak bapaknya.” “Tapi, bapaknya kan nggak nyebelin kalau dinikmati,” Rini menyeringai. “Apaan sih, Mbak!” Naya membalas dengan tatapan tajam, tetapi wajahnya sedikit memerah. Namun, pembicaraan merek
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bisik Rasa Di Balik Senyap

Malam semakin larut, tapi pikiran Naya tidak bisa tenang. Setelah kejadian tadi, ia memutar ulang setiap detik di kepalanya. Ciuman Raka di keningnya terasa begitu lembut, namun ada sesuatu di balik tatapannya yang membuat Naya resah. Ia meraih bantal di tempat tidur dan memeluknya erat. Pikirannya melayang pada berbagai kejadian antara dirinya dan Raka. Ada kalanya Raka terlihat begitu dingin, namun sering juga ia menunjukkan perhatian yang membuat hati Naya bergetar. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka perlahan. Raka muncul dengan ekspresi santai, mengenakan kaus oblong putih dan celana panjang. “Kamu belum tidur?” tanyanya sambil bersandar di kusen pintu. Naya terkejut, namun berusaha menyembunyikan kegugupannya. “Belum, Mas. Lagi nggak ngantuk.” Raka tersenyum tipis. Ia melangkah masuk dan duduk di ujung tempat tidur, membuat Naya merasa jantungnya seperti akan meledak. “Pikirkan apa sampai nggak bisa tidur?”
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Di Tengah Malam Mencari Mangga Muda

Ngidam Mangga Malam itu angin berhembus lembut, membuat tirai jendela kamar Naya berkibar perlahan. Jam menunjukkan pukul dua dini hari, tetapi mata Naya masih terbuka lebar. Ia gelisah, bolak-balik di atas tempat tidur sambil memeluk perutnya yang terasa aneh. Sebuah pikiran terlintas—dan tiba-tiba rasa itu semakin kuat. Ia ingin makan mangga. Bukan sembarang mangga, tetapi mangga muda yang segar, dicocol dengan sambal rujak pedas. Bayangannya begitu jelas hingga membuat air liurnya nyaris menetes. “Duh, gimana ini?” gumam Naya sambil memegang perutnya. Ia mencoba mengabaikannya, tetapi rasa ngidam itu terlalu kuat. Akhirnya, dengan langkah ragu, ia keluar dari kamar menuju dapur. Namun setelah mencari-cari di kulkas, ia tidak menemukan apa yang diinginkan. Mangga terakhir sudah diolah menjadi sambal siang tadi. Naya memegang kepalanya, bingung harus bagaimana. Lalu, tanpa pikir panjang, ia berjalan menuju k
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Keputusan Di Pagi Hari

Naya merasakan tubuhnya semakin berat karena setiap bulan janin akan tumbuh dan berkembang semakin besar. Kehamilannya memang membawa perubahan besar, terutama pada nafsu makannya yang tak terkontrol. Ia merasa lapar meski baru saja makan, dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman dengan tubuhnya yang semakin membesar. Namun, setiap kali Raka melihatnya, ia selalu memberi pujian yang membuat Naya merasa lebih baik. "Menurutku wanita yang gemuk karena masa kehamilan itu terlihat sangat cantik!" ucap Ethan dengan senyum lembut, memeluk Teta dari belakang, tangannya mengusap perlahan perut Teta yang mulai membesar. Ia mencium pelipisnya penuh kasih sayang. Ethan tahu betul, Teta sering merasa cemas dengan perubahan tubuhnya, dan ia berusaha menenangkan kekhawatirannya. Naya memandang ke arah cermin dengan tatapan kosong, menghela napas. "Jangan cuma gombal, aku tahu kok kamu cuma hanya menyenangkan ku saja," katanya, matanya tidak
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bersama Dalam Ketakutan

Setelah beberapa hari berlalu, Naya mulai merasa lebih nyaman dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Meskipun terkadang masih ada rasa cemas yang datang menghampiri, Raka selalu berhasil menenangkannya dengan kata-kata dan perhatiannya yang tulus. Kehadiran Raka di sisi Naya, baik di saat senang maupun saat cemas, memberi rasa aman yang tak ternilai. Pagi itu, Naya memutuskan untuk keluar dari rumah sejenak, berjalan-jalan di sekitar halaman rumah untuk menikmati udara segar. Raka, yang selalu peduli dengan kesehatannya, ikut menemaninya, meskipun Naya sempat berusaha menolak. "Kenapa kamu nggak bisa biarkan aku berjalan sendiri, Raka?" Naya menatap Raka dengan senyum kecil, berusaha tegas meskipun hatinya merasa senang dengan perhatian yang diberikan. "Karena aku ingin memastikan kamu baik-baik saja," jawab Raka sambil tersenyum. "Aku nggak akan jauh, aku hanya ingin kamu merasa nyaman." Mereka berjalan bersama di se
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Persimpangan Cinta dan Bahaya

Hari itu Rak sangat antusias. Ia mengajak Naya ke rumah sakit untuk melakukan USG, sebuah pembahasan yang sempat mencuat di kantor tadi pagi. Wajahnya berseri-seri, seperti anak kecil yang akan mendapatkan hadiah besar.Kini, mereka duduk di depan monitor, memperhatikan gambar janin yang tampil dalam bentuk 2D, hitam putih tanpa warna. Naya memiringkan kepala, mencoba memahami bentuk di layar tersebut.“Kok gak ada warnanya, Dok? Emangnya nanti dia lahir kayak film lama, hitam putih begitu?” Naya bergumam sambil menunjuk layar, membuat dokter dan Raka tersenyum kecut.“USG 3D atau 4D memang baru bisa dilakukan di usia kandungan yang lebih lanjut, Bu,” dokter perempuan itu menjelaskan sambil tetap tersenyum ramah. “Saat ini, kita baru bisa melihat bentuk dasar janin.”Naya mengangguk, lalu dengan nada usil berkata, “Terus, dia bakal punya rambut yang tebal kayak Raka gak, Dok? Soalnya Raka itu unik banget, ada tahi lalat di leher kayak peta pulau k
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Tembakan Terakhir

"Ke mana sebenarnya dia? Ini sudah jauh melewati jam makan siangku!" gumam Raka dengan nada kesal sambil melirik arlojinya yang sudah menunjuk ke angka dua.Ia melangkah mondar-mandir di ruang kerjanya, berulang kali memeriksa ponselnya. Pesan-pesan yang ia kirimkan tak juga mendapatkan balasan, dan panggilannya terus menerus dialihkan ke kotak suara."Naya pergi ke mana? Supirnya juga tak bisa dihubungi. Bukankah tadi mereka bilang sudah berangkat sejak pagi?"Raka merasakan gelombang emosi yang bercampur aduk. Awalnya ia hanya kesal karena perutnya mulai keroncongan, tetapi pikirannya mulai dirundung rasa cemas. Naya, wanita kesayangan yang sedang hamil anak nya, tak biasanya terlambat atau tak memberi kabar seperti ini."Astaga! Kalau terjadi sesuatu pada mereka—" Raka menghentikan langkahnya, menggertakkan rahangnya dengan panik. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja, tetapi pikirannya terus dihantui bayangan bu
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Dalam Luka menantikan kehidupan

Usai tragedi memilukan itu, Naya dan Raka dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi yang sama-sama memprihatinkan. Raka berjuang di meja operasi, melawan maut akibat luka yang mengancam nyawanya, sementara Naya dirawat intensif dengan jiwa yang rapuh, tenggelam dalam bayang-bayang trauma yang menghantam tanpa ampun. Mereka terpisah di ruangan berbeda, masing-masing menghadapi luka yang tak terlihat dan tak terjamah. Naya, yang terpuruk dalam keputusasaan, ditemani oleh beberapa pengurus rumah tangga setianya: Rini, Yuni, dan Melisa, yang tak henti-hentinya menangis melihat kondisinya. Sementara itu, Raka, yang terbaring lemah dengan punggung yang terluka, dijaga dengan penuh kesetiaan oleh Roy, sang sekretaris, yang tak mampu menyembunyikan kesedihan di matanya. "Mbak, coba temui sekretaris Roy! Kita juga perlu tau apa yang terjadi sebenarnya!" seru Rini dengan suara gemetar, air matanya tak kunjung berhenti mengalir. Hatinya perih melihat
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more
PREV
123456
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status