Home / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Ibu Muda Anak Mas Duda: Chapter 51 - Chapter 60

130 Chapters

Di Antara Cinta dan Dendam

Naya yang melihat perubahan yang terjadi pada kak Tommy membuat nya haru. "Kak, terima kasih ya. Aku janji akan menggunakan uang ini sebaik-baiknya," ujar Naya sambil menyimpan uang itu di saku. Ia tersenyum, meski dalam hatinya terbersit rasa bersalah karena Raka masih saja datang ke rumah nya secara diam-diam. "Iya. Jangan sampai habis, buat hal yang enggak perlu, ya jangan dibeli. Kalau ada apa-apa, bilang abang," balas Tommy tanpa menoleh, sibuk menghabiskan makanannya. Naya hanya mengangguk. Dalam hati, ia merasa beruntung saat ini memiliki abang seperti Tommy, meskipun kadang keras kepala dan suka memaksakan kehendaknya. Ia sadar semua itu dilakukan untuk melindunginya. Namun, pikiran Naya tak bisa sepenuhnya tenang. Wajah Raka yang penuh luka tadi malam terus terbayang. Bagaimanapun juga, Raka adalah ayah dari anaknya. Meski kebenciannya pada keluarga pria itu sulit dihilangkan, cinta yang ia
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Rahasia Di Balik Pelukan Raka

Dipagi hari pukul 04:30, Raka mendapati notifikasi dari ayahnya. Seperti biasa, pria tua itu sudah mengirim pesan sejak subuh—pesan yang membuat Raka malas untuk membacanya.[Sore ini pukul 15:00 ada pertemuan penting dengan keluarga Marina. Jangan coba-coba membantah jika kau tidak ingin Naya dan anak nya mati ditangan ku seperti ayah nya waktu itu.][Pastikan kau membawa anak perempuanmu. Hanya dia yang kubutuhkan. Tidak ada alasan.]Raka menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam sebelum melemparkan benda itu ke ujung pintu. Namun, kemarahannya belum surut. Televisi di dingin menjadi korban berikutnya, pecah parah di lantai. Pikirannya penuh amarah dan kebencian yang tak lagi bisa ia tahan." Andai Ayahku mati sejak dulu hidupku pasti akan terasa damai tidak berada selalu di genggaman tangannya yang sesuka hati memerintah sesuai keinginan hatinya!" geramnya, suaranya rendah namun penuh emosi.Ia melangkah mondar-mandir, pi
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Jejak Rindu di Balik Larangan

"Ahahaha! Rasanya puas sekali melihat wajah Pria tua yang sombong itu menahan malu! Aku yakin, setelah kejadian ini, dia pasti langsung membatalkan perjodohan ini jaman sekarang masih saja melakukan perjodohan. Sungguh hari yang luar biasa!" Raka berhasil membuat ayahnya kehilangan muka di depan teman bisnisnya. Terlebih lagi, ekspresi terkejut Maria tadi benar-benar menjadi momen yang paling memuaskan baginya. Ia menikmati setiap detik kekacauan yang ia ciptakan, menghancurkan rencana indah yang telah disusun dengan begitu rapi oleh sang ayah. Sementara itu, Agara hanya bisa merasakan kekecewaan mendalam. Pertemuan yang ia harapkan berjalan sempurna justru berakhir berantakan, semua berkat ulah putranya yang tak kenal ampun. Raka menatap lembut bayinya yang terlelap dalam pangkuannya. Dengan hati yang berat, ia tahu bahwa saatnya telah tiba untuk mengembalikan bayi itu kepada ibunya. "Jagoan, ayah sangat bangga sekali padamu, Nak. Kamu d
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Cinta dalam Jerat Ambisi

Roy duduk di dalam mobil, memperhatikan pria yang baru saja keluar dari rumah sederhana itu. Gerak-geriknya seperti diikuti oleh sorotan kamera tersembunyi. Ketika Raka itu melangkah keluar dengan wajah ceria sambil bersiul, Roy hanya mendecakkan lidah sambil melempar tatapan haru dan penuh bahagia melihat bos nya bahagia. Di saat yang sama, Raka melangkah santai menuju mobilnya. Senyumnya tersungging samar ketika mengingat kembali kejadian di dalam rumah tadi. Ia memejamkan mata sejenak, teringat bagaimana sentuhan lembut itu begitu menenangkan. "Sial," gumamnya sambil tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepala. "Aku bisa gila kalau terus begini." "Jalankan mobilnya," perintah Raka dengan nada rendah namun tegas. "Baik, Tuan," sahut Roy cepat, tanpa menoleh ke belakang. Setibanya di rumah, suasana berubah tegang. Di ruang tamu, sang ayah, Pak Agara, duduk dengan
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Rindu yang Tertahan

Sudah 5 hari berlalu, Naya merasakan waktu begitu cepat. Namun, di sisi lain, hari-hari terasa panjang dan berat sejak ia hidup sendiri merawat bayinya. Dalam sunyi, ia sering kali memandangi anaknya yang sedang tertidur, menyimpan rindu akan pria yang pernah ia cintai. Namun rindu itu ia kubur dalam-dalam, karena kini, hanya dirinya yang harus berdiri tegak sebagai ibu sekaligus ayah. Malam itu, tangisan Naya, bayinya yang berusia sepuluh hari, memecah keheningan kamar sederhana mereka. Naya yang baru saja selesai mencuci baju buru-buru menghampiri anaknya. Wajah Gio terlihat memerah, badannya hangat saat disentuh. "Gio, kenapa, Nak? Jangan nangis, ya. Ibu di sini," bisik Naya dengan suara bergetar. Tangisan itu tak kunjung reda. Panik mulai menyerang, apalagi saat ia menyadari badan Gio terasa lebih panas daripada biasanya. Kecemasan semakin menjadi ketika ia melihat bercak-bercak merah di badan anak nya, Gabagen. "Ya Tu
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Antara Rindu dan Amarah

Pagi itu, Naya masih dibayangi rasa bersalah atas sikapnya kepada putranya kemarin. Perkataan yang meluncur tanpa pikir panjang, karena lelah dan frustrasi, telah menyakiti hati anak kecil itu. Sejak bangun pagi, dia bertekad untuk memperbaiki semuanya, menjadi ibu yang lebih sabar dan lembut, seperti seharusnya. Dia mendekati putranya yang tengah bermain di atas kasur dengan senyum hangat. "Sayang Ibu, tunggu di sini ya. Ibu mau masak nasi dulu," ujarnya lembut, sambil mengelus rambut si kecil yang mulai tertawa mendengar suara ibunya. Naya memastikan anaknya aman sebelum meninggalkannya. Ia menyusun bantal di sekeliling tubuh mungil itu, seperti pagar kecil yang akan melindunginya. Tak lupa, ia menyalakan musik kesukaan anaknya, sebuah lagu anak-anak sholawatan, yang sudah ia putar melalui ponselnya yang ditaruh di atas meja agar anaknya anteng. "Main yang manis ya, anak sholeh. Ibu cuma sebentar, kok," tambah Naya, mencium k
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Rahasia di Balik Jendela

Malam hari di rumah kecil itu, suara angin berdesir melalui celah-celah jendela. Jika mengira Naya masih menyimpan amarah, maka itu salah besar. Raka adalah pria yang tahu cara meluluhkan hati wanita nya, terutama hati wanita seperti Naya yang perlu perhatian. Meski Naya dikenal keras kepala, di hadapan Raka, ia sering kehilangan pertahanannya. “Mas, jangan kebiasaan lewat jendela terus. Kalau tetangga tiba-tiba lewat dan melihat kamu, gimana coba?” Disangka nya kamu itu maling nanti!" Tegur Naya dengan nada setengah berbisik. Raka terkekeh kecil. “Biar saja. Kali ini, aku akan berani hadapi mereka dan aku akan bilang kesemua orang kamu itu calon istri ku!” Naya menyipitkan matanya, tidak percaya sepenuhnya pada kepercayaan diri Raka yang sering berubah-ubah itu. “Serius nih?” tanyanya ragu. Raka menghela napas panjang, lalu mengangkat bahu. “Ya… sedikit yakin aku begini juga dem
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Di Balik Kotak Plastik

"Di Antara Batas"Roy tidak pernah membayangkan hidupnya yang penuh aturan akan terganggu oleh sosok Melisa. Kehadiran perempuan itu bagai badai kecil yang perlahan meruntuhkan dinding-dinding dingin dalam dirinya.Hari itu, keduanya tengah berbagi tawa di bawah langit senja. Roy sengaja membawa Melisa ke sebuah villa kecil di atas bukit, jauh dari hiruk pikuk kota. Suasananya begitu tenang, hanya ada suara angin yang bermain dengan dedaunan."Kau senang di sini?" tanya Roy, suaranya tenang namun penuh perhatian.Melisa mengangguk dengan senyum mengembang. "Aku merasa seperti hidup dalam mimpi. Semua ini... sempurna."Roy mengamati Melisa dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia adalah pria yang dikenal tegas, penuh kendali, tetapi di hadapan Melisa, kendali itu perlahan memudar.Namun, di dalam hatinya, Melisa bergulat dengan perasaan yang sulit ia kendalikan. “Aku takut...” pikirnya. “Takut terlalu jauh, takut aku salah mengarti
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Kemenangan ditangan RaKa

Pagi yang Menegangkan: Duel Tanpa Batas Langit pagi mengintip dari celah jendela kamar, menyinari wajah Raka yang masih tergolek di ranjang bersama Naya dan bayi mereka, Gio. Malam tadi, Raka terpaksa menginap karena kelelahan setelah seharian bekerja, ditambah rengekan Gio yang tidak mau ditinggal tidur di boks barunya. Akhirnya, bayi kecil itu tidur di antara mereka, sementara Raka dan Nay sibuk bercanda hingga larut malam. Ketika matahari mulai naik, Raka terbangun lebih dulu. Ia tersenyum melihat Gio yang sudah bangun, sibuk memainkan jemarinya sendiri. Raka mengangkat bayinya dengan lembut, mengayun-ayunkan tubuh kecil itu sambil bergumam, “Lihat ini, anak ganteng ayah. Kamu ini perpaduan sempurna! Besar nanti pasti jadi kebanggaan keluarga.” Namun, momen manis itu buyar ketika Naya menggeliat, membuka matanya, lalu mendapati Raka masih di kamar. Matanya membesar. “Mas! Kamu belum pulang juga? Kalau Kak Tommy tahu, gim
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Kerinduan

"Kembali ke Rumah Raka" Setelah memenangkan pertandingan game, dengan senang hati Raka berhasil membawa kekasihnya, Naya, untuk mengunjungi rumahnya. “Aku gak sabar ketemu Chelly. Apa kabar ya si Rini sama Mbak Yuni?” gumam Naya di perjalanan. “Mereka bahkan memaksaku untuk membawamu pulang karena mereka terlalu rindu,” balas Raka sambil tersenyum. “Tapi, bagaimana kalau ayah kamu tahu aku ada di sana?” Naya bertanya dengan nada khawatir. “Dia sedang di sedang berada di Amerika. Kamu aman, jangan khawatir,” jawab Raka meyakinkan. Naya menarik napas lega. Kenangan buruk tentang ayah Raka masih membekas di hatinya, terutama tragedi yang menimpa keluarganya. Meski ada keinginan untuk membalas dendam, dia tahu kekuasaan pria itu terlalu besar untuk dilawan. Sesampainya di r
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status