Sementara itu, Yuni mendekati Raka dengan langkah ragu, namun sorot matanya penuh keberanian. "Pak, Anda melupakan seseorang yang sangat berharga lho!" katanya pelan, namun cukup menusuk. Rini, yang biasanya ceroboh, kini hanya bisa menatap dengan ekspresi sedih. Ia tak menyangka tuannya akan bertindak seperti ini. "Pak, masa yang ketembak punggung bisa bikin otak konslet? Jangan lupakan nona dong! Bahkan anak kalian sebentar lagi lahir!" katanya tanpa filter, suaranya bergetar antara emosi dan keprihatinan. Raka mendesah berat, menatap Yani dan Sasa dengan mata yang tampak letih, namun penuh tekad. "Maafkan saya... Saya harus melakukan ini. Saya gak melupakan nya, tidak terjadi apa-apa pada ingatan saya. Tapi, saya tidak punya pilihan lain." Yuni mengernyit, bingung sekaligus curiga. "Pak, maksud Anda apa? Kenapa Anda berpura-pura seperti ini?" Rak
Terakhir Diperbarui : 2024-12-27 Baca selengkapnya