Home / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / "Kesalahpahaman yang Menghancurkan"

Share

"Kesalahpahaman yang Menghancurkan"

Author: Ocki yunita
last update Last Updated: 2024-12-30 14:01:22

"Peresetan!"

Raka menggerutu saat mendekati sebuah rumah megah yang berada di desa terpencil. Rumah itu tempat untuk menyembunyikan Naya dari Pak Agara Ayah Tuan Raka, yang ingin membunuh Naya. Ia berharap Naya masih berada di rumah itu, tetapi rumah itu kosong. Pikirannya sudah mulai gila, ia tidak bisa berpikir jernih ke mana Naya pergi.

“Apa, Roy tahu sesuatu. Aku akan nelponnya!” gumam Raka menahan amarah.

Sementara itu, di sebuah alun-alun di desa itu, suasana sangat indah namanya. Taman Cinta Rindu itu menjadi saksi kesedihan seorang wanita hamil yang tengah duduk di sebuah ayunan. Air matanya mengalir tanpa henti, membuat hidungnya berwarna merah muda karena terlalu lama menangis.

Roy, yang duduk di sampingnya, mencoba menenangkan wanita itu.

Sepertinya Nona sekarang mulai mencintai Tuan Raka sehingga Nona cemburu saat melihat Melisa bersama Tuan Raka," ungkap Roy sambil tersenyum tipi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Lahirlah Sebuah Janji

    Di usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan kesembilan, Naya benar-benar merasakan betapa beratnya menjadi calon ibu. Perutnya yang semakin besar membuatnya tidak diizinkan melakukan aktivitas apa pun, bahkan Rak, Bos nya dan juga ayah dari anak di dalam perutnya, memutuskan untuk bekerja dari rumah agar selalu siap siaga. Kantor kini sepenuhnya dipimpin oleh Chan, sahabat sekaligus kepercayaannya. “Duh, ini perut kapan mulai kempesnya? Rasanya kayak bawa bola dunia ke mana-mana!” keluh Naya sambil mengelus perutnya yang terasa penuh sesak. Raka tertawa kecil mendengar orang yang ia cintai mengomel. rumah Raka yang berada di desa terpencil kini sudah tidak mereka tempati lagi, kini mereka kembali di yang berada di kota lagi. karena Ayah Raka sedang menjalankan bisnis di negara Australia, dan Raka memutuskan untuk menetap di rumah utama bersama Naya. Meski sang ibu bersedia merawat anak perempuannya semata wayang tetap

    Last Updated : 2024-12-31
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Malam Yang Menguji Cinta Dan Ketabahan

    Ketika Malam Menguji Malam itu sunyi, namun rumah besar Raka dan Naya terasa riuh oleh tangisan bayi mereka yang baru lahir. Raka, seorang pria muda dengan rambut acak-acakan dan kantong mata yang menghitam, berusaha menenangkan bayinya yang menangis di gendongannya. "Mas, popoknya habis lagi! Tolong ambilkan di lemari!" teriak Naya dari kamar, terdengar lelah. Raka menghela napas panjang. Baru beberapa jam sejak mereka tidur, dan ini sudah kali keempat mereka terbangun. Ia berjalan ke lemari, mencari popok sambil menguap. Ketika kembali, ia menemukan Naya sudah tertidur pulas dengan selimut menutupi wajahnya. "Sayang, kamu tidur aja, biar aku yang urus," gumam Raka, meski tidak mendapat jawaban dari Naya yang terlihat sangat lelah sekali. Dia mengganti popok bayinya dengan gerakan kikuk. "Nak, kamu tahu nggak? Papa dulu nggak pernah kepikiran bakal jadi begini. Tapi kamu ini spe

    Last Updated : 2025-01-01
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Melawan Takdir Dan Mempertahankan Cinta

    Di pagi yang cerah namun terasa berat bagi Raka. Setelah pertemuan semalam yang penuh dengan ketegangan, ia tahu dirinya harus menghadapi ayahnya—seorang pria yang hati nya sekeras batu yang selalu memegang kendali penuh atas keluarganya. "Mas, aku merasa cemas..." bisik Naya dengan suara gemetar, tangannya memegang lengan Raka erat. Ketakutannya sejak semalam belum juga reda. Raka menghela napas dalam, mencoba menenangkan Naya. "Semua akan baik-baik saja. Percaya sama aku, ya? Kamu jaga anak kita. Aku akan segera kembali." Naya mengangguk ragu, sementara Raka mengecup keningnya lembut. Ia kemudian mengusap kepala anak mereka dengan penuh kasih. Di sudut ruangan, Rini dan Yuni memperhatikan dengan cemas, tak berani berkata apa-apa, hanya bisa mencoba menenangkan Naya yang terlihat rapuh. **** Di kediaman mewah sang ayah, Raka berdiri dengan tegap, menatap pria yang dulu ia hormati namun kini h

    Last Updated : 2025-01-02
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pertaruhan Terakhir

    Pemuda itu berdiri di depan pintu dengan wajah garang dan tubuh kekar. Tatapan matanya penuh amarah, tatonya terlihat jelas di kedua lengannya. Naya terpaku di tempat, tubuhnya menegang melihat pria itu. "Kak Tommy?" Naya bergumam dengan wajah penuh kebingungan. Raka segera maju ke depan, melindungi Naya di belakang tubuhnya. "Siapa kamu? Apa urusanmu datang ke sini dan membuat keributan?" tanyanya tegas, sorot matanya tak kalah tajam. Tommy, pria muda dengan gaya yang terkesan seperti preman jalanan, menatap Raka dengan pandangan merendahkan. "Aku Tommy, kakaknya! Dan aku datang untuk meminta penjelasan darinya!" katanya sambil menunjuk Naya dengan kasar. "Kak Tommy, tenang," Naya akhirnya bersuara, suaranya bergetar. "Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah aku sudah menjelaskan semuanya sebelumnya?" "Menjelaskan?" Tommy men

    Last Updated : 2025-01-02
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Di Antara Cinta dan Dendam

    Naya yang melihat perubahan yang terjadi pada kak Tommy membuat nya haru. "Kak, terima kasih ya. Aku janji akan menggunakan uang ini sebaik-baiknya," ujar Naya sambil menyimpan uang itu di saku. Ia tersenyum, meski dalam hatinya terbersit rasa bersalah karena Raka masih saja datang ke rumah nya secara diam-diam. "Iya. Jangan sampai habis, buat hal yang enggak perlu, ya jangan dibeli. Kalau ada apa-apa, bilang abang," balas Tommy tanpa menoleh, sibuk menghabiskan makanannya. Naya hanya mengangguk. Dalam hati, ia merasa beruntung saat ini memiliki abang seperti Tommy, meskipun kadang keras kepala dan suka memaksakan kehendaknya. Ia sadar semua itu dilakukan untuk melindunginya. Namun, pikiran Naya tak bisa sepenuhnya tenang. Wajah Raka yang penuh luka tadi malam terus terbayang. Bagaimanapun juga, Raka adalah ayah dari anaknya. Meski kebenciannya pada keluarga pria itu sulit dihilangkan, cinta yang ia

    Last Updated : 2025-01-03
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Rahasia Di Balik Pelukan Raka

    Dipagi hari pukul 04:30, Raka mendapati notifikasi dari ayahnya. Seperti biasa, pria tua itu sudah mengirim pesan sejak subuh—pesan yang membuat Raka malas untuk membacanya.[Sore ini pukul 15:00 ada pertemuan penting dengan keluarga Marina. Jangan coba-coba membantah jika kau tidak ingin Naya dan anak nya mati ditangan ku seperti ayah nya waktu itu.][Pastikan kau membawa anak perempuanmu. Hanya dia yang kubutuhkan. Tidak ada alasan.]Raka menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam sebelum melemparkan benda itu ke ujung pintu. Namun, kemarahannya belum surut. Televisi di dingin menjadi korban berikutnya, pecah parah di lantai. Pikirannya penuh amarah dan kebencian yang tak lagi bisa ia tahan." Andai Ayahku mati sejak dulu hidupku pasti akan terasa damai tidak berada selalu di genggaman tangannya yang sesuka hati memerintah sesuai keinginan hatinya!" geramnya, suaranya rendah namun penuh emosi.Ia melangkah mondar-mandir, pi

    Last Updated : 2025-01-04
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Jejak Rindu di Balik Larangan

    "Ahahaha! Rasanya puas sekali melihat wajah Pria tua yang sombong itu menahan malu! Aku yakin, setelah kejadian ini, dia pasti langsung membatalkan perjodohan ini jaman sekarang masih saja melakukan perjodohan. Sungguh hari yang luar biasa!" Raka berhasil membuat ayahnya kehilangan muka di depan teman bisnisnya. Terlebih lagi, ekspresi terkejut Maria tadi benar-benar menjadi momen yang paling memuaskan baginya. Ia menikmati setiap detik kekacauan yang ia ciptakan, menghancurkan rencana indah yang telah disusun dengan begitu rapi oleh sang ayah. Sementara itu, Agara hanya bisa merasakan kekecewaan mendalam. Pertemuan yang ia harapkan berjalan sempurna justru berakhir berantakan, semua berkat ulah putranya yang tak kenal ampun. Raka menatap lembut bayinya yang terlelap dalam pangkuannya. Dengan hati yang berat, ia tahu bahwa saatnya telah tiba untuk mengembalikan bayi itu kepada ibunya. "Jagoan, ayah sangat bangga sekali padamu, Nak. Kamu d

    Last Updated : 2025-01-05
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cinta dalam Jerat Ambisi

    Roy duduk di dalam mobil, memperhatikan pria yang baru saja keluar dari rumah sederhana itu. Gerak-geriknya seperti diikuti oleh sorotan kamera tersembunyi. Ketika Raka itu melangkah keluar dengan wajah ceria sambil bersiul, Roy hanya mendecakkan lidah sambil melempar tatapan haru dan penuh bahagia melihat bos nya bahagia. Di saat yang sama, Raka melangkah santai menuju mobilnya. Senyumnya tersungging samar ketika mengingat kembali kejadian di dalam rumah tadi. Ia memejamkan mata sejenak, teringat bagaimana sentuhan lembut itu begitu menenangkan. "Sial," gumamnya sambil tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepala. "Aku bisa gila kalau terus begini." "Jalankan mobilnya," perintah Raka dengan nada rendah namun tegas. "Baik, Tuan," sahut Roy cepat, tanpa menoleh ke belakang. Setibanya di rumah, suasana berubah tegang. Di ruang tamu, sang ayah, Pak Agara, duduk dengan

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Doa dan Harapan

    Naya tersenyum sambil mengamati bayi kecil yang tertidur dalam pelukan Maria. "Aku senang bisa jadi bagian dari perjalanan ini, Kak. Tapi sekarang, aku rasa sudah waktunya aku pulang ke rumah. Aku juga kangen anak-anakku." Maria tersenyum lembut. "Iya, Nay. Terima kasih sudah banyak membantu kami. Anak-anakmu pasti sudah menunggu." Tak lama kemudian, suara klakson terdengar dari luar rumah. Raka, suami Naya, datang menjemputnya. Naya berpamitan dan memberikan kecupan sayang pada bayi Maria sebelum akhirnya beranjak pergi bersama suaminya. Setelah Naya pulang, Tommy menatap Maria yang tengah menimang bayinya. "Kita harus segera mencari nama yang bagus untuk anak kita. Aku ingin sesuatu yang punya makna mendalam." Maria mengangguk setuju. "Aku juga berpikir begitu. Bagaimana kalau Adrian? Nama itu berarti kuat dan pemberani." Tommy tersenyum. "Aku suka. Adrian, anak kita yang kuat

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Kembali Ke rumah

    Hari itu, matahari bersinar lembut, menandai awal babak baru dalam kehidupan Maria dan Tommy. Setelah beberapa hari di klinik, bidan Desi akhirnya mengizinkan Maria pulang bersama bayinya. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka saat mengemasi barang-barang yang telah menemani hari-hari pertama mereka sebagai orang tua.Tommy dengan penuh perhatian menuntun Maria keluar dari ruangan, sementara Naya sibuk menggendong si kecil dengan penuh kasih sayang. "Aduh, Kak, aku nggak rela lepasin ponakanku ini. Gemes banget!" katanya dengan nada bercanda.Maria tertawa lemah. "Hush, nanti dia jadi manja kalau kamu terus gendongin."Tommy tersenyum melihat interaksi mereka. "Yuk, kita pulang. Si kecil pasti lebih nyaman di rumah."Setibanya di rumah, suasana begitu hangat. Ruang tamu telah didekorasi sederhana dengan balon-balon berwarna pastel dan tulisan 'Selamat Datang, Baby!' yang dibuat oleh Naya dan beberapa anggota keluarga lainnya. Maria terharu melih

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Junior Baru

    Hadiah Terindah Mobil melaju kencang menembus keheningan malam. Tommy menggenggam erat tangan Maria, mencoba memberikan ketenangan di tengah kepanikan yang melanda. Napas Maria semakin memburu, setiap kontraksi yang datang membuatnya semakin sulit menahan rasa sakit. Setibanya di klinik, bidan Desi dan timnya sudah bersiap. Maria segera dibawa ke ruang bersalin, sementara Tommy tetap berada di sisinya, tidak melepaskan genggaman tangannya sedetik pun. "Kamu pasti bisa, Sayang. Aku di sini," bisik Tommy dengan suara bergetar. Maria mengangguk lemah, matanya berkaca-kaca. Ini adalah momen yang ia nantikan sekaligus takuti. Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, ia berjuang melahirkan buah cinta mereka. Waktu seakan berjalan begitu lambat. Hingga akhirnya, tangisan nyaring seorang bayi pecah di ruangan itu. Tommy menahan napas, matanya langsung tertuju pada sosok kecil yang kini bera

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Mendekati Persalinan

    Beberapa bulan telah berlalu. Hari-hari terus berjalan, mendekatkan Maria pada masa persalinannya. Tommy pun untuk sementara menghentikan pekerjaannya di kebun demi merawat sang istri. Dengan penuh kasih sayang, ia memastikan Maria tidak perlu bersusah payah melakukan apa pun. Bahkan, ia melarangnya bergerak terlalu banyak agar tetap beristirahat. Beruntung, Naya adik perempuan Tommy turun tangan mengurus pekerjaan rumah, memastikan segala sesuatunya tetap berjalan dengan baik. Maria merasa tubuhnya gerah, sesuatu yang biasa dialami oleh wanita yang tengah hamil tua. Ingin menyegarkan diri, ia pun memutuskan untuk mandi. Namun, saat hendak masuk ke kamar mandi, Tommy segera menahannya. "Maria, jangan mandi sendiri. Aku khawatir kamu terpeleset," ujar Tommy dengan nada cemas. Maria tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, Tom. Aku hanya ingin segar kembali."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Pengalaman Pertama di Sawah

    Setelah beberapa hari Tomi pulang dari rumah sakit, Naya dan Raka memutuskan untuk membantu mengurus sawah yang disewa Tomi. Karena Tomi masih dalam masa pemulihan, mereka ingin memastikan bahwa pekerjaan di sawah tetap berjalan lancar. Di rumah, Naya sedang menyiapkan sarapan di dapur, sementara Raka duduk di meja makan sambil membaca berita di ponselnya. Naya menoleh ke arah suaminya. "Mas, gimana kalau kita bantu Mas Tomi urus sawahnya dulu? Dia kan masih belum sepenuhnya pulih." Raka meletakkan ponselnya dan menatap Naya dengan ragu. "Bantu di sawah? Aku nggak pernah turun ke sawah sebelumnya, Nay. Takutnya malah nggak bisa ngapa-ngapain." Naya terkekeh. "Nggak ada salahnya coba, kan? Lagi pula, Mas Tomi juga kerja sendiri di sana. Kalau kita bantu sedikit aja, pasti bakal meringankan bebannya." Raka menghela napas dan tersenyum kecil. "Ya udah, aku ikut. Tapi jangan harap aku bakal jago langsung, ya."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pulang ke Rumah, Kembali ke Hangatnya Keluarga

    Setelah lima hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Tomi diperbolehkan pulang oleh dokter. Kabar ini membuat Maria, istrinya, merasa lega dan bahagia. Sebagai langkah selanjutnya, ia segera menghubungi adik iparnya, Naya, untuk datang ke rumah sakit dan membantu mereka pulang ke rumah. Dokter tersenyum dan berkata, "Bu Maria, setelah lima hari menjalani perawatan, kondisi Pak Tomi sudah cukup stabil. Kami sudah memeriksa hasil lab dan tidak ada yang mengkhawatirkan. Jadi, hari ini beliau sudah boleh pulang." Maria menghela napas lega, lalu berkata, "Benar, Dok? Syukurlah… Saya sangat lega mendengarnya. Apa ada pantangan khusus untuk Tomi di rumah?" Dokter mengangguk dan menjelaskan, "Ya, pastikan beliau banyak beristirahat dan jangan terlalu lelah. Makan makanan bergizi dan jangan lupa kontrol sesuai jadwal. Jika ada keluhan seperti pusing atau nyeri yang tidak biasa, segera kembali ke rumah sakit."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cahaya Harapan di Ujung Pemulihan

    Langkah Kecil Menuju KesembuhanTommy mulai menjalani hari-hari pemulihannya di rumah sakit dengan lebih tenang. Meski rasa sakit masih sesekali menusuk, kehadiran Maria, Raka, dan Naya memberinya kekuatan. Pagi itu, dokter melakukan pemeriksaan rutin untuk mengecek perkembangan lukanya.“Kondisi luka operasimu membaik, tapi kau masih perlu istirahat cukup sebelum bisa dipulangkan,” ujar dokter sambil mencatat di clipboard-nya. “Jangan banyak bergerak dulu, biarkan tubuhmu benar-benar pulih.”Tommy hanya bisa mengangguk pasrah, meskipun dalam hatinya ia sangat ingin segera pulang. Rumah sakit bukan tempat yang nyaman baginya, dan ia lebih suka berada di rumah bersama Maria.Maria, yang duduk di samping tempat tidurnya, tersenyum lembut. “Kamu dengar kan, Mas? Jangan keras kepala lagi. Kita tunggu sampai dokter bilang kamu boleh pulang.”Tommy menatap istrinya dengan sedikit merajuk. “Tapi aku sudah bosan di sini. Tidur di rumah sakit itu

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Dalam Hangatnya Kasih di Tengah Rasa Sakit

    Pukul 01.00 malam, Tommy terbangun setelah menjalani operasi. Rasa sakit masih menjalar di sekujur tubuhnya, dan pandangannya terasa berat akibat sisa efek obat bius. Dengan perlahan, ia menoleh ke samping dan melihat istrinya, Maria, yang sedang duduk di kursi dekat tempat tidurnya. Maria, yang tengah hamil besar, tampak tertidur dalam posisi duduk. Wajahnya terlihat lelah, namun tetap memancarkan ketulusan. Dengan gerakan pelan, Tommy mengangkat tangannya dan membelai lembut wajah serta rambut Maria. Sentuhan itu membuat Maria terbangun. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menyadari bahwa Tommy telah sadar. Maria tersenyum lega. "Mas Tommy… kamu sudah sadar?" Tommy dengan suara lemah menjawab, "Iya… aku sudah sadar." Ia mencoba tersenyum. "Kau belum tidur?" Maria menghela napas. "Aku takut kalau tertidur dan kamu butuh sesuatu." Tommy menatap Maria penuh kasih

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Menanti Dalam Harapan

    Maria dan Naya duduk gelisah di depan ruang operasi, menanti kabar dari dokter yang tengah berjuang menyelamatkan Tommy kakak Naya sekaligus suami Maria. Waktu terasa berjalan begitu lambat, setiap detik penuh dengan kecemasan. Percakapan di Ruang Operasi Dokter melirik monitor detak jantung pasien, lalu menoleh ke perawat. "Tekanan darah pasien bagaimana?" Perawat pertama menjawab cepat, "Masih stabil, Dok. Tapi detaknya sempat melemah beberapa menit lalu." Dokter mengangguk, matanya tetap fokus. "Kita harus bergerak cepat. Siapkan klem, saya akan menutup pendarahannya." Perawat kedua dengan sigap mengulurkan alat. "Baik, Dok." Dokter mulai bekerja dengan hati-hati. "Oke, bagus. Sekarang kita lakukan jahitan terakhir. Pastikan infus tetap mengalir dengan lancar."

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status