Beranda / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Cahaya Harapan di Ujung Pemulihan

Share

Cahaya Harapan di Ujung Pemulihan

Penulis: Ocki yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 17:12:26

Langkah Kecil Menuju Kesembuhan

Tommy mulai menjalani hari-hari pemulihannya di rumah sakit dengan lebih tenang. Meski rasa sakit masih sesekali menusuk, kehadiran Maria, Raka, dan Naya memberinya kekuatan. Pagi itu, dokter melakukan pemeriksaan rutin untuk mengecek perkembangan lukanya.

“Kondisi luka operasimu membaik, tapi kau masih perlu istirahat cukup sebelum bisa dipulangkan,” ujar dokter sambil mencatat di clipboard-nya. “Jangan banyak bergerak dulu, biarkan tubuhmu benar-benar pulih.”

Tommy hanya bisa mengangguk pasrah, meskipun dalam hatinya ia sangat ingin segera pulang. Rumah sakit bukan tempat yang nyaman baginya, dan ia lebih suka berada di rumah bersama Maria.

Maria, yang duduk di samping tempat tidurnya, tersenyum lembut. “Kamu dengar kan, Mas? Jangan keras kepala lagi. Kita tunggu sampai dokter bilang kamu boleh pulang.”

Tommy menatap istrinya dengan sedikit merajuk. “Tapi aku sudah bosan di sini. Tidur di rumah sakit itu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Perjanjian Malam Itu

    "Ya Tuhan, Semoga bukan om-om botak yang bau rokok dan perutnya maju tiga langkah." Naya Savira kini berdiri di depan pintu sebuah kamar hotel mewah. Tangannya gemetar saat akan mengetuk. Di kepalanya hanya ada satu tujuan: melunasi utang ayahnya yang sudah menumpuk bertahun-tahun.Meski apa yang dilakukannya salah, gadis itu tetap berdoa untuk kelancaran malam pertamanya. "Tenang, Nay. Kerja sekali seperti ini untuk terakhir kali seumur hidup. Ini pasti mudah," bisiknya pada diri sendiri. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membuka pintu. Namun, bukannya kegelapan seperti dugaannya, ruangan itu langsung menyala terang setelah seseorang menyalakan lampu. Di hadapannya berdiri seorang pria dengan postur tinggi, wajah tegas, dan sorot mata tajam. Ia sama sekali tidak seperti yang Naya bayangkan—tampan dan berkelas. "Eh ... selamat malam, Mas." Naya mencoba bersikap santai, meski canggung. "Mau langsung dilayani, atau ngobrol dulu? Biar santai, soalnya ini pertama kalinya saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pacar Pura-Pura

    Tapi siapa sangka permainan ini jadi ke mana-mana?"Semua laki-laki sama saja!" keluh Naya yang kini berdiri di depan cermin, memandang refleksinya dalam gaun cantik yang menonjolkan kecantikannya. Ia tahu dirinya menarik, namun ada perasaan malu yang menggerogoti jiwanya ketika harus menggunakan penampilan itu untuk tujuan seperti ini. "Tunggu di luar, Naya!" suara Raka terdengar di luar kamar, memecah lamunannya. "Saya... eh, tunggu sebentar, Pak!" Naya menggerakkan jari telunjuknya, sedikit bingung dengan suasana yang terasa canggung. "Berbalik, maksud saya..." "Sudah! Jangan lama-lama!" Raka terdengar kesal. "Jadi, kita nggak akan... seperti yang Bapak harapkan?" tanya Naya dengan nada genit namun polos. "Kamu pikir saya butuh itu?" jawab Raka sinis. "Yang saya butuhkan adalah kamu datang bersama saya, dan berpura-pura jadi pacar di depan orang tua saya. Mengerti?" "Ini lelucon apa lagi, Pak?" tanya Naya bingung, meski ia tahu tidak ada gunanya protes. "Jika kamu ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Wanita Genit

    Pagi itu, Naya Savira memutuskan untuk sarapan di warung Bu Tatik yang kebetulan dekat rumahnya. Tempat ini sudah lama menjadi pilihan langganan ayahnya, tempat mereka sering mampir meski dalam keadaan keuangan yang tak selalu stabil."Eh, Naya! “Mau ngelunasin hutang yang menumpuk apa, Nak?” tanya pemilik warung dengan sinis, sambil memandang Naya yang sedang menyusun uang di meja.Seketika, wajah Naya berubah mendung. " Ya, Saya kesini ingin bayar hutang, Bu! Ini uang hasil kerja keras saya, dan juga buat ayah kalau nanti makan di sini!" kata Naya, dengan nada sedikit geram, menunjukkan beberapa lembar uang."Uang hasil kerja keras? Kerja keras dari mana? Nanti kalau sudah sukses, bilang saja," cibir pemilik warung itu."Nanti kalau saya punya suami orang kaya, saya borong warung ibu kalau bisa ya aku beli tanah ples warung ibu biar gak bisa jualan lagi," jawab Naya sambil setengah bercanda, menyembunyikan rasa kesalnya.Pemilik warung hanya mencibir, tapi Naya tetap melanjutkan mak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Tingkah Lucu

    Malam harinya, Naya sudah berhasil menidurkan Chelly dengan tenang. Namun, Yuni, ketua pelayan di rumah itu, bertanya-tanya soal Raka yang belum pulang."Pak Raka belum pulang juga ya?" tanya Naya."Mungkin dia mabuk, ya?" tanya Yuni sambil tertawa."Nggak tahu, Mbak," jawab Naya, "Tapi Bapak agak aneh malam ini."Beberapa saat kemudian, Raka pulang dengan bau alkohol yang menyengat. Naya segera mendekat untuk membantunya, tapi Raka malah muntah di tubuh Naya."TOLONG MBAK YUNI, BANTU AKU!" teriak Naya.Para pelayan segera datang membantu, namun Raka tetap tidak sadarkan diri.Setelah dibawa ke kamar, Naya membantu merawat Raka yang masih mabuk, menggantikan pakaiannya dengan hati-hati. Dalam kegelisahannya, Raka tiba-tiba memanggil nama lain, "Maria… Maria…"Naya terkejut. "Siapa itu?" pikirnya, bingung dengan apa yang baru saja didengarnya.***Pagi harinya, Raka terbangun dengan sakit kepala parah akibat mabuk semalam. Ia meminta bantuan kepada Yuni, yang mengatakan bahwa Naya yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Sambutan Istimewa

    Jinak?Dikata hewan?Tapi, Naya menahan diri dan berusaha tersenyum.Bahkan malam harinya, Naya berusaha mempersiapkan dirinya. Ia tahu, pekerjaan ini bukan hanya tentang mengasuh anak. Ia harus belajar melayani seorang pria yang jelas berbeda dunia dengannya.Ketika Raka tiba di rumah, Naya menyambutnya dengan senyum terpaksa. "Selamat malam, Pak. Mau langsung makan atau mandi dulu?"Raka menatapnya, menilai ekspresinya yang jelas menunjukkan rasa muak. "Senyum itu perlu dilatih. Kalau kamu mau jadi istri saya untuk setahun, setidaknya belajar cara menyenangkan suami."Naya tertawa kering. "Oh, Bapak mau makan, atau mandi dulu? Kalau perlu, saya siapkan air mendidih buat mandi sekalian."Mbak Yuni yang mendengar percakapan itu hanya bisa menggeleng pelan. "Naya, jaga ucapanmu.""Santai, Mbak. Saya cuma bercanda. Tapi, seriusan deh, ini tuh misi hidup dan mati saya," balas Naya dengan nada sok santai.Raka melewati mereka tanpa komentar lebih lanjut, tetapi ada senyum kecil di wajahny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Antara Tugas dan Hati

    Tak terasa, cahaya pagi mulai menerangi ruangan melalui celah jendela. Naya terbangun dengan tubuh yang sedikit lelah. Mungkin karena pekerjaan barunya, ia merasa lebih capek dibanding sebelumnya ketika hanya mengurus Chelly?Dengan hati-hati, Naya mendekati box bayi, di mana Chelly masih tidur nyenyak. "Cantik banget, pasti kayak ibunya," gumam Naya sambil tersenyum.Setelah itu, Naya pergi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia melangkah kembali menuju box bayi untuk memastikan Chelly masih tidur."Mumpung masih tidur, aku ke kamar Raka dulu," pikir Naya.Di kamar Raka, ia mulai membereskan semuanya, menyiapkan pakaian kerja Raka, serta kebutuhan lainnya."Pa-pagi, Pak!" Naya merasa gugup melihat Raka yang keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, hanya mengenakan handuk."Pagi," jawab Raka singkat."Baju sudah saya siapkan di ruang ganti, Pak!" Naya melapor."Hmm," jawab Raka sambil melewati Naya. Tiba-tiba, ia berhenti. "Oh ya, jangan lupa tugas kamu, bawakan saya makan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Degupan Aneh

    Naya terkesiap. Ia memalingkan wajah saat Raka turun ke dalam bak. "Pak, saya tidak bisa—""Sabuni saya sampai bersih," perintah Raka tegas.Hah?Sepertinya, ia salah sangka!Meski demikian, tangan Naya gemetar saat mencoba menuruti perintah itu. Suasana sunyi di antara mereka hanya diisi suara air yang bergerak.Satu hal yang pasti.Setelah kejadian malam itu, keesokan harinya Naya lebih berhati-hati. Bahkan saat dia hendak mengantar makanan, Mbak Yuni memperhatikan dua kotak bekal yang dibawa Naya."Kenapa dua, Naya?" tanya Mbak Yuni."Satu buat saya, Mbak," jawab Naya sambil berlalu, menyembunyikan niat sebenarnya: kotak satunya untuk Endra.***Untuk kedua kalinya, Naya Savira memasuki kantor mewah milik Raka Wijaya. Kali ini, ia tidak langsung menuju ruang kerja majikannya, melainkan ke ruang istirahat karyawan, tempat Endra, bodyguard setia Raka, sedang bersantai.“Kak Endra, ini bekal makan siang untukmu. Jangan lupa makan, ya,” kata Naya sambil menyerahkan kotak makan.Endra

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Peran Ambigu

    Naya Savira melirik jam dinding di ruang gym mewah milik Raka Wijaya.Sudah hampir setengah jam mereka berdua berkutat dengan alat latihan.Keringat membasahi tubuh keduanya, tapi suasana terasa semakin panas bukan karena olahraga, melainkan jarak di antara mereka yang kian menipis. "Pegang yang erat, Naya," kata Raka dengan suara tenang, meskipun napasnya sedikit tersengal. "Iya, Pak," jawab Naya, tapi pikirannya mulai kacau. Dada Raka yang berotot dan berkilat karena keringat terlalu dekat. Ia berusaha mengalihkan pandangan, tapi setiap gerakan membuat situasi semakin canggung. Namun, alat olahraga yang mereka gunakan mendadak macet. Untuk membenahinya, Raka harus membungkuk, membuat posisinya semakin mendekati Naya. Tiba-tiba, Naya merasa ada beban ringan di pundaknya. "Pak, jangan bersandar di saya!" protes Naya dengan nada tertahan. "Sebentar saja, Naya. Saya hanya butuh istirahat sebentar," ujar Raka sambil menutup matanya sejenak. Naya mencoba tenang, tapi perasaannya cam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cahaya Harapan di Ujung Pemulihan

    Langkah Kecil Menuju KesembuhanTommy mulai menjalani hari-hari pemulihannya di rumah sakit dengan lebih tenang. Meski rasa sakit masih sesekali menusuk, kehadiran Maria, Raka, dan Naya memberinya kekuatan. Pagi itu, dokter melakukan pemeriksaan rutin untuk mengecek perkembangan lukanya.“Kondisi luka operasimu membaik, tapi kau masih perlu istirahat cukup sebelum bisa dipulangkan,” ujar dokter sambil mencatat di clipboard-nya. “Jangan banyak bergerak dulu, biarkan tubuhmu benar-benar pulih.”Tommy hanya bisa mengangguk pasrah, meskipun dalam hatinya ia sangat ingin segera pulang. Rumah sakit bukan tempat yang nyaman baginya, dan ia lebih suka berada di rumah bersama Maria.Maria, yang duduk di samping tempat tidurnya, tersenyum lembut. “Kamu dengar kan, Mas? Jangan keras kepala lagi. Kita tunggu sampai dokter bilang kamu boleh pulang.”Tommy menatap istrinya dengan sedikit merajuk. “Tapi aku sudah bosan di sini. Tidur di rumah sakit itu

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Dalam Hangatnya Kasih di Tengah Rasa Sakit

    Pukul 01.00 malam, Tommy terbangun setelah menjalani operasi. Rasa sakit masih menjalar di sekujur tubuhnya, dan pandangannya terasa berat akibat sisa efek obat bius. Dengan perlahan, ia menoleh ke samping dan melihat istrinya, Maria, yang sedang duduk di kursi dekat tempat tidurnya. Maria, yang tengah hamil besar, tampak tertidur dalam posisi duduk. Wajahnya terlihat lelah, namun tetap memancarkan ketulusan. Dengan gerakan pelan, Tommy mengangkat tangannya dan membelai lembut wajah serta rambut Maria. Sentuhan itu membuat Maria terbangun. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menyadari bahwa Tommy telah sadar. Maria tersenyum lega. "Mas Tommy… kamu sudah sadar?" Tommy dengan suara lemah menjawab, "Iya… aku sudah sadar." Ia mencoba tersenyum. "Kau belum tidur?" Maria menghela napas. "Aku takut kalau tertidur dan kamu butuh sesuatu." Tommy menatap Maria penuh kasih

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Menanti Dalam Harapan

    Maria dan Naya duduk gelisah di depan ruang operasi, menanti kabar dari dokter yang tengah berjuang menyelamatkan Tommy kakak Naya sekaligus suami Maria. Waktu terasa berjalan begitu lambat, setiap detik penuh dengan kecemasan. Percakapan di Ruang Operasi Dokter melirik monitor detak jantung pasien, lalu menoleh ke perawat. "Tekanan darah pasien bagaimana?" Perawat pertama menjawab cepat, "Masih stabil, Dok. Tapi detaknya sempat melemah beberapa menit lalu." Dokter mengangguk, matanya tetap fokus. "Kita harus bergerak cepat. Siapkan klem, saya akan menutup pendarahannya." Perawat kedua dengan sigap mengulurkan alat. "Baik, Dok." Dokter mulai bekerja dengan hati-hati. "Oke, bagus. Sekarang kita lakukan jahitan terakhir. Pastikan infus tetap mengalir dengan lancar."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Restu yang Tak Pernah Datang

    Raka tiba di rumah orang tua Maria dan segera memarkirkan mobilnya di halaman. Rumah itu berdiri megah, tak kalah mewah dari kediaman Raka sendiri. (Raka turun dari mobil dan berjalan menuju gerbang, di mana seorang penjaga rumah berdiri tegap.) Penjaga menyapa dengan sopan, "Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Raka mengangguk dan menjawab, "Siang. Saya Raka, teman Maria. Apa Pak Samuel ada di rumah?" Penjaga tampak berpikir sejenak sebelum berkata, "Oh, Tuan Raka. Sebentar, saya pastikan dulu." Ia mengambil radio komunikasi, berbicara sebentar, lalu kembali ke Raka dengan anggukan ramah, "Silakan masuk, Tuan. Pak Samuel sedang di ruang tamu dan sudah diberi tahu tentang kedatangan Anda." Raka tersenyum tipis dan melangkah masuk, mengamati kemegahan rumah itu sambil bersiap bertemu dengan ayah Maria. Raka melangkah masuk k

  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Amarah di Ujung Malam

    Doa di Ujung Harapan Mobil melaju kencang menuju rumah sakit, menerobos malam yang sunyi. Maria menggenggam tangan Tommy yang terkulai lemah di pangkuannya. Setiap detik terasa begitu menyesakkan. Naya duduk di sampingnya, mencoba menenangkan Maria meskipun hatinya sendiri penuh kecemasan. Begitu mereka tiba di rumah sakit, Raka langsung berlari ke dalam. "Tolong! Kami butuh bantuan! Ada pasien darurat!" suaranya menggema di lorong rumah sakit. Beberapa perawat segera berlari dengan tandu. Maria dan Naya membantu menurunkan Tommy dari mobil, sementara Raka mengangkat tubuhnya dengan hati-hati ke atas tandu. "Pasien mengalami cedera berat dan demam tinggi," ujar Raka dengan nada cemas. Perawat mengangguk. "Kami akan membawanya ke ruang gawat darurat. Keluarga bisa menunggu di luar." Maria hendak mengikuti mereka, tetapi langkahnya tertahan ketika seorang dokter me

  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Di Ujung Ketakutan

    Setelah kembali dari berobat di tempat Bidan Desi, Tommy dan Maria akhirnya pulang ke rumah. Meskipun kakinya patah akibat pengeroyokan yang dilakukan oleh bodyguard suruhan ayah Maria, Tommy tetap bersikeras untuk tidak dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di rumah, Tommy mengambil kue ulang tahun yang telah ia beli untuk Maria. Untungnya, masih ada bagian kue yang tidak rusak dan layak dimakan. Dengan tangan yang gemetar karena menahan rasa sakit, Tommy menancapkan sebuah lilin di atas kue itu dan menyalakannya. Senyum kecil terukir di wajahnya saat ia mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk istrinya, meski tubuhnya penuh luka dan rasa sakit yang menusuk. Tommy menarik napas dalam-dalam, menahan rasa sakit di tubuhnya. Dengan suara pelan namun penuh ketulusan, ia mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk Maria. "Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday, dear Maria...

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Hadiah Ulang Tahun yang Pahit

    Di sore harinya, sepulang dari sawah, Tommy mampir ke sebuah toko roti di desa. Ia menatap deretan kue yang dipajang di etalase kaca, mencari sesuatu yang sederhana tetapi istimewa untuk istrinya. "Mas, ada kue ulang tahun yang ukurannya kecil tapi cantik?" tanyanya kepada penjaga toko. Penjaga toko tersenyum dan mengeluarkan sebuah kue tart mungil dengan hiasan krim lembut dan taburan cokelat di atasnya. "Yang ini cocok untuk kejutan kecil, Mas," katanya. Tommy mengangguk puas. "Saya ambil yang ini. Tolong tuliskan ‘Selamat Ulang Tahun, Maria’ di atasnya, ya." Setelah membayar, ia membawa kue itu pulang dengan hati penuh semangat. Bayangan wajah bahagia Maria saat melihat kejutan kecilnya membuat langkah Tommy terasa lebih ringan. Tommy baru saja keluar dari toko roti dengan hati penuh semangat, membawa kue ulang tahun kecil yang sudah dihias cantik untuk Maria. Senyum tipis meng

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cinta dalam Sederhana

    Satu bulan telah berlalu sejak pengeroyokan yang menimpa Tommy. Peristiwa itu terjadi atas perintah ayah Maria, yang tidak pernah merestui pernikahan putrinya dengan seorang kuli. Baginya, Tommy bukanlah pria yang selevel dengan keluarga kaya seperti mereka. Maria, yang kini tengah mengandung anak mereka, melarang Tommy keluar rumah demi keselamatannya. Ia takut kejadian pengeroyokan itu terulang, apalagi jika anak buah ayahnya masih mengincar suaminya. Demi menjaga kedamaian rumah tangganya dan menghindari konflik lebih lanjut, Tommy memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai kuli bangunan dan beralih profesi menjadi petani. Dalam hitungan minggu, mereka akan menyambut kelahiran buah hati mereka. Tommy semakin protektif terhadap Maria, terkadang terkesan keras kepala, tetapi semua itu ia lakukan demi kebaikan istrinya dan bayi yang dikandungnya. Kini, Tommy menggarap lahan sawah milik seorang dermawan di desa mereka. Ia

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Suami Penuh Luka, Istri Penuh Air Mata

    Malam Penuh Luka Tommy jarang bekerja hingga larut malam, apalagi dengan terburu-buru. Malam ini, Maria tak bisa tidur. Ia mondar-mandir di ruang tamu, matanya terus melirik jam dinding. "Kenapa belum pulang juga, sih? Biasanya kalau telat dikit aja langsung kasih kabar. Kok sekarang enggak?" gerutunya dalam hati. Begitu suara deru motor Ninja terdengar dari halaman, Maria segera berlari ke pintu. Ia mengenali suara itu dengan baik. Dengan penuh semangat, ia membuka pintu, siap menyambut suaminya. "Mas—" Kata-katanya terhenti begitu melihat kondisi Tommy. Napasnya tercekat, wajahnya langsung pucat. "Maria...." suara Tommy lemah, tapi ia masih berusaha tersenyum sambil menenteng tas kertas di tangannya. Mata Maria membesar. Tommy penuh luka. Wajahnya lebam, ada goresan dan darah segar menetes hingga membasahi bajunya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status