Beranda / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Antara Rindu dan Amarah

Share

Antara Rindu dan Amarah

Penulis: Ocki yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 19:36:24

Pagi itu, Naya masih dibayangi rasa bersalah atas sikapnya kepada putranya kemarin. Perkataan yang meluncur tanpa pikir panjang, karena lelah dan frustrasi, telah menyakiti hati anak kecil itu. Sejak bangun pagi, dia bertekad untuk memperbaiki semuanya, menjadi ibu yang lebih sabar dan lembut, seperti seharusnya.

Dia mendekati putranya yang tengah bermain di atas kasur dengan senyum hangat. "Sayang Ibu, tunggu di sini ya. Ibu mau masak nasi dulu," ujarnya lembut, sambil mengelus rambut si kecil yang mulai tertawa mendengar suara ibunya.

Naya memastikan anaknya aman sebelum meninggalkannya. Ia menyusun bantal di sekeliling tubuh mungil itu, seperti pagar kecil yang akan melindunginya. Tak lupa, ia menyalakan musik kesukaan anaknya, sebuah lagu anak-anak sholawatan, yang sudah ia putar melalui ponselnya yang ditaruh di atas meja agar anaknya anteng.

"Main yang manis ya, anak sholeh. Ibu cuma sebentar, kok," tambah Naya, mencium k
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Rahasia di Balik Jendela

    Malam hari di rumah kecil itu, suara angin berdesir melalui celah-celah jendela. Jika mengira Naya masih menyimpan amarah, maka itu salah besar. Raka adalah pria yang tahu cara meluluhkan hati wanita nya, terutama hati wanita seperti Naya yang perlu perhatian. Meski Naya dikenal keras kepala, di hadapan Raka, ia sering kehilangan pertahanannya. “Mas, jangan kebiasaan lewat jendela terus. Kalau tetangga tiba-tiba lewat dan melihat kamu, gimana coba?” Disangka nya kamu itu maling nanti!" Tegur Naya dengan nada setengah berbisik. Raka terkekeh kecil. “Biar saja. Kali ini, aku akan berani hadapi mereka dan aku akan bilang kesemua orang kamu itu calon istri ku!” Naya menyipitkan matanya, tidak percaya sepenuhnya pada kepercayaan diri Raka yang sering berubah-ubah itu. “Serius nih?” tanyanya ragu. Raka menghela napas panjang, lalu mengangkat bahu. “Ya… sedikit yakin aku begini juga dem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Di Balik Kotak Plastik

    "Di Antara Batas"Roy tidak pernah membayangkan hidupnya yang penuh aturan akan terganggu oleh sosok Melisa. Kehadiran perempuan itu bagai badai kecil yang perlahan meruntuhkan dinding-dinding dingin dalam dirinya.Hari itu, keduanya tengah berbagi tawa di bawah langit senja. Roy sengaja membawa Melisa ke sebuah villa kecil di atas bukit, jauh dari hiruk pikuk kota. Suasananya begitu tenang, hanya ada suara angin yang bermain dengan dedaunan."Kau senang di sini?" tanya Roy, suaranya tenang namun penuh perhatian.Melisa mengangguk dengan senyum mengembang. "Aku merasa seperti hidup dalam mimpi. Semua ini... sempurna."Roy mengamati Melisa dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia adalah pria yang dikenal tegas, penuh kendali, tetapi di hadapan Melisa, kendali itu perlahan memudar.Namun, di dalam hatinya, Melisa bergulat dengan perasaan yang sulit ia kendalikan. “Aku takut...” pikirnya. “Takut terlalu jauh, takut aku salah mengarti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Kemenangan ditangan RaKa

    Pagi yang Menegangkan: Duel Tanpa Batas Langit pagi mengintip dari celah jendela kamar, menyinari wajah Raka yang masih tergolek di ranjang bersama Naya dan bayi mereka, Gio. Malam tadi, Raka terpaksa menginap karena kelelahan setelah seharian bekerja, ditambah rengekan Gio yang tidak mau ditinggal tidur di boks barunya. Akhirnya, bayi kecil itu tidur di antara mereka, sementara Raka dan Nay sibuk bercanda hingga larut malam. Ketika matahari mulai naik, Raka terbangun lebih dulu. Ia tersenyum melihat Gio yang sudah bangun, sibuk memainkan jemarinya sendiri. Raka mengangkat bayinya dengan lembut, mengayun-ayunkan tubuh kecil itu sambil bergumam, “Lihat ini, anak ganteng ayah. Kamu ini perpaduan sempurna! Besar nanti pasti jadi kebanggaan keluarga.” Namun, momen manis itu buyar ketika Naya menggeliat, membuka matanya, lalu mendapati Raka masih di kamar. Matanya membesar. “Mas! Kamu belum pulang juga? Kalau Kak Tommy tahu, gim

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Kerinduan

    "Kembali ke Rumah Raka" Setelah memenangkan pertandingan game, dengan senang hati Raka berhasil membawa kekasihnya, Naya, untuk mengunjungi rumahnya. “Aku gak sabar ketemu Chelly. Apa kabar ya si Rini sama Mbak Yuni?” gumam Naya di perjalanan. “Mereka bahkan memaksaku untuk membawamu pulang karena mereka terlalu rindu,” balas Raka sambil tersenyum. “Tapi, bagaimana kalau ayah kamu tahu aku ada di sana?” Naya bertanya dengan nada khawatir. “Dia sedang di sedang berada di Amerika. Kamu aman, jangan khawatir,” jawab Raka meyakinkan. Naya menarik napas lega. Kenangan buruk tentang ayah Raka masih membekas di hatinya, terutama tragedi yang menimpa keluarganya. Meski ada keinginan untuk membalas dendam, dia tahu kekuasaan pria itu terlalu besar untuk dilawan. Sesampainya di r

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Ketegaran dalam Sepi

    Sudah hampir tiga bulan Raka tidak menunjukkan batang hidungnya di rumah Naya. Tak ada kabar, tak ada pesan, seakan dunia telah menelannya. Karina merasa resah, hatinya diliputi keraguan. Apakah ini akhir hubungan mereka? Atau ada rahasia yang Raka sembunyikan darinya? "Gio, ayahmu entah ke mana lagi. Ya sudahlah, mungkin memang benar kata Paman Tommy, kita lupakan saja!" gumam Naya pada putranya yang baru berusia enam bulan. Anaknya tumbuh sehat, dengan wajah tampan yang memikat. Setiap orang yang melihatnya pasti memuji. Naya sering berpikir, mungkin inilah satu-satunya anugerah terbesar yang Raka tinggalkan untuknya. "Nay, aku berangkat kerja dulu!" terdengar suara Tommy, kakak Naya, dari ruang depan. Naya menatap kakaknya dengan sedikit heran. "Kak, kenapa belakangan ini jam kerjanya jadi malam terus? Kerja apa sih sebenarnya?" "

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Menghadiri Pertungan Kekasi Nya

    Namun, ada dorongan yang tak dapat Naya abaikan. Perasaan dan pikirannya bercampur aduk, hingga ia merasa dihadapkan pada keputusan sulit."Baiklah, mungkin inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku bukan lagi perempuan yang lemah. Kalau dia ingin pamer malam ini, aku akan ada di sana, bukan sebagai korban, tetapi sebagai diriku yang baru," gumam Naya dengan nada mantap meski hatinya tetap bergolak.Ia memutuskan untuk menitipkan Gio pada orang yang dipercayainya, agar ia bisa menghadiri acara tersebut tanpa beban.Dengan langkah cepat, Naya berjalan menuju rumah tetangganya. Di tangannya tergenggam botol susu kecil yang ia siapkan untuk Gio."Bu Rina, maaf mengganggu. Gio boleh saya titip sebentar? Ada urusan yang harus saya selesaikan malam ini," ujar Nayaa dengan nada lembut.Rina, seorang perempuan paruh baya yang sudah lama mengidamkan anak, tersenyum lebar. "Tentu saja, Naya. Gio selalu jadi anak kesayangan di sini. Tapi, kamu m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pertunangan Tanpa Cinta

    Perjamuan LukaRaka meminta asisten pribadinya, Roy, untuk menjaga Naya agar terhindar dari ancaman yang mungkin datang dari ayah Raka, pria yang penuh ambisi dan tipu daya.“Lihat gadis itu,” bisik Raka kepada Roy sambil menunjuk Naya yang berdiri di sudut ruangan, tampak canggung. “Pastikan dia aman. Jangan biarkan ayahku mendekatinya. Kau mengerti?”“Baik, Tuan,” jawab Roy dengan mantap.Sementara itu, seorang wanita bernama Naya, kekasih Raka yang selalu ada dihati nya, berjalan anggun memasuki aula. Semua mata tertuju padanya, termasuk Sekretaris Roy, yang menyapanya dengan nada ramah.“Nay, untuk apa kau di sini?” tanya Raka dengan nada ramah.“Aku diundang oleh calon penganti wanita. Atau kau pikir aku tak pantas hadir?” Naya membalas dengan tatapan tajam.Roy terkesiap, namun segera membalas, “Bahkan kau lebih sempurna dari pengantin yang sebenarnya.”Naya tersenyum kecil, menahan tawa. “Ah, pujian yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Berziarah Ke Makam

    Bayangan di Makam Ayah"Ayah... apa kabar? Naya kangen banget sama Ayah..." suara Naya terdengar serak, hampir seperti bisikan yang terbawa angin.Tangannya gemetar saat merapikan bunga yang ia bawa. Mawar putih itu kini ia tata dengan hati-hati di atas makam yang sudah mulai ditumbuhi rumput liar. Pandangannya kabur oleh air mata yang terus menggenang, namun ia tak ingin menangis. Tidak di sini. Tidak di depan makam ayahnya.Sudah lama Naya tidak berkunjung ke tempat ini. Rasanya seperti kembali ke pelukan seseorang yang paling ia rindukan. Ayah selalu menjadi satu-satunya tempat ia merasa benar-benar aman, satu-satunya orang yang mencintainya tanpa syarat. Tapi sekarang, rasa aman itu tinggal kenangan. Yang tersisa hanyalah sunyi.Di belakangnya, Tommy, kakaknya, berdiri memegang Gio yang mulai gelisah dalam gendongannya. Anak kecil itu menggeliat, mencoba meraih wajah Tommy sambil merengek kecil."Naya, udah cukup. Panas, kasihan Gio,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Demi Adik

    Maria terduduk lemas di lantai ruangan kecil yang gelap. Dinding beton yang dingin seolah menghimpitnya dari segala arah. Tubuhnya yang berbalut gaun putih mahal tampak kontras dengan kondisi kumuh tempat itu. Air matanya sudah bercucuran sejak beberapa jam lalu, namun tangisannya tak kunjung mengundang simpati. “Bawa aku pulang... Aku mohon, aku tidak pantas berada di sini,” suaranya parau memecah kesunyian, namun hanya ditanggapi dengan tawa sinis dari sudut ruangan. Tommy, pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, duduk santai sambil merokok. Ia memperhatikan Maria yang terus mengiba seperti seorang hakim yang memutuskan hukuman bagi terdakwa. “Bawa pulang? Hah! Lucu sekali. Apa kamu pikir dunia ini akan berputar sesuai keinginanmu, Nona Besar?” katanya sambil menghembuskan asap rokok ke udara. Maria menatapnya dengan penuh kebencian, namun ia terlalu takut untuk berkata lebih. Seluruh tubuhnya gemetar, bukan hanya karena di

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Di Balik Gaun Pengantin

    "Jadi ini pilihanmu, Raja kamu pilih wanita miskin itu? Kau benar-benar memilih menghancurkan nama keluarga demi perempuan itu? Aku tahu kau sengaja membuat kegaduhan ini untuk mencoreng reputasi kita!" suara Agara menggelegar, memecah hening di ruang belakang gedung resepsi. Raka menatap ayahnya tajam. "Ayah selalu bicara tentang reputasi, tapi pernahkah Ayah memikirkan perasaan aku? Aku sudah bertahan selama ini, memenuhi permintaan Ayah untuk menikah dengan Maria, padahal hati aku nggak pernah ada di sana. Sekarang aku nggak akan pura-pura lagi!" seru Raks, suaranya bergetar penuh emosi. "Kau pikir hidup ini hanya soal cinta? Jangan bodoh, Raja hanya karena cinta! Kau anak satu-satunya, penerus keluarga. Semua ini demi masa depanmu!" Agara mendekat dengan langkah tegas, namun Raka tak bergeming. "Masa depan apa, Ayah? Masa depan yang diatur sepenuhnya oleh Ayah? Aku bukan anak kecil lagi yang harus sering diatur oleh mu, Ayah! Aku ingi

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pernikahan yang Hilang di Tangan Takdir

    Pernikahan yang Gagal Total Pagi itu, udara cerah di langit kota mengiringi persiapan pesta pernikahan mewah. Rencana pernikahan ini sudah disusun selama berbulan-bulan, memastikan semuanya berjalan sempurna. Namun, siapa sangka, hari yang seharusnya menjadi momen terindah justru berubah menjadi mimpi buruk. Di atas motor batangan yang terparkir di pinggir jalan sepi, seorang perempuan bergaun pengantin duduk dengan tangan yang terikat. Raut wajahnya menunjukkan campuran amarah, ketakutan, dan frustasi. Di depannya, seorang pria berkaus hitam lusuh tengah menatapnya dengan santai, seolah semua ini hanyalah permainan baginya. “Cepet turun!” bentak pria itu. “Enggak mau! Lepasin aku!” balas perempuan itu, sambil mencoba melepaskan tali yang mengikat tangannya. “Kenapa? Gaunmu nyangkut apa? Buruan turun dari motor gue, atau gue seret!” ancam pria itu sambil terkekeh kecil.

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pernikahan yang Tertunda

    Hari yang Sempurna Berubah Petaka Pagi itu, Maria tampak sibuk berdandan di sebuah kamar rias mewah. Segala sesuatu di ruangan itu memancarkan kemewahan: cermin besar berbingkai emas, lampu-lampu kristal menggantung, dan rak penuh peralatan kosmetik dari merek-merek ternama. Di tengah ruangan, Maria duduk anggun di kursi rias, dikelilingi oleh energi yang sibuk dan mendesak. Maria selalu menginginkan yang terbaik—tidak ada kata "biasa" dalam hidupnya. Dari kecil, semua hal yang ia miliki selalu wah, dan kini, di hari pernikahannya, ia ingin memastikan semua mata tertuju hanya padanya bak seorang Ratu. “Ihh, kayaknya warna bibir ku terlihat pucat, deh? Kelihatan kayak orang sakit, terus ini bayangan hidung ketipisan. Kenapa alis ku ini warna hitam kan aku ingin nya warna coklat! Katanya MUA profesional, mahal pula!” gerutunya sambil melirik hasil kerja MUA-nya yang tampak kewalahan. MUA itu, seorang wanita cantik dengan sik

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Kesepakatan di Ujung Amarah

    Titik Balik di Hari Pernikahan Pagi itu, Tommy mengesampingkan segala urusan pekerjaannya. Dengan amarah yang menggelegak, ia menyalakan motornya dan melaju menuju kediaman Raka. Tekadnya sudah bulat—ia ingin menuntut keadilan untuk adiknya tercinta, Naya, yang selama ini terpaksa menanggung cinta bertepuk sebelah tangan pada pria itu. Sesampainya di depan gerbang megah kediaman Raka, Tommy berteriak keras tanpa peduli lingkungan sekitar. “ETHAN! KELUAR LO, DASAR BRENGSEK, BAJING*N!” Kegaduhan itu membuat beberapa orang keluar dari rumah, termasuk Yuni dan Rini, dua pelayan Raka yang saat itu sudah mengenakan kebaya rapi. Mereka hendak pergi ke gedung pernikahan, tetapi terpaksa berhenti melihat kekacauan di depan mata. “Itu kakaknya nona Naya, kan?” bisik Rini pada Yuni. “Iya! Tapi kok berani-beraninya dia datang ke sini? Kita harus apa, nih?” Yuni balas bertanya, bingung melihat suasana semak

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pernikahan Tanpa Cinta

    Hari yang Tidak Ditunggu Raka Selama dua minggu terakhir, Raka berusaha keras menahan diri untuk tidak mencari Naya. Larangan keras dari kakaknya, Naya, membuat hubungan mereka semakin sulit. Namun, rasa rindunya pada Naya tidak kunjung surut, meskipun ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan berbagai cara. Tanpa kehadiran Naya di sisinya, Raka memutuskan untuk fokus memulihkan kesehatannya. Ia tahu bahwa ia harus kuat, karena hanya dengan kekuatan itu ia bisa melawan perjodohan dengan Maria, wanita yang sama sekali tidak ia cintai. Kini, waktu berjalan tanpa kompromi, dan dua minggu pun berlalu. Hari yang ditakuti Raka akhirnya tiba — hari pernikahannya. Namun, tidak ada kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar nya, ditemani Roy, sekretarisnya yang setia. “Tuan Raka, Anda terlihat luar biasa hari ini,” ujar Roy sambil tersenyum, mencoba menyu

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cinta Yang Dirindukan

    Villa Raka: Menanti Tamu yang Tak Kunjung Datang Di villa mewahnya, Raka masih menunggu dengan harap-harap cemas. Ia berharap Naya, wanita yang sudah lama menghilang dari hidupnya, akan datang. Namun, Roy, sekretaris pribadinya, yang ia utus untuk menjemput Naya, ternyata kembali dengan tangan hampa. "Tuan, makan dulu. Tidak baik membiarkan perut kosong terlalu lama. Kalau tidak, nanti malah masuk rumah sakit," ujar Yuni, pelayan setianya, sambil menyodorkan sepiring makanan. "Makan saja, Tuan. Jangan sampai nanti kami harus menyuapi Anda di ranjang rumah sakit," tambah Rini, pelayan lainnya, sambil tertawa kecil. Raka mendengus kesal. "Kalian berdua ini mau aku sehat atau mau aku mati? Bicara seenaknya saja!" Namun, ia tidak benar-benar marah. Sudah biasa baginya menghadapi tingkah konyol para pelayannya itu setiap hari. Tepat saat suasana menjadi sedikit canggung, pintu villa t

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Larangan Keras Yang Menyakitkan

    Larut di Antara Pilihan Naya turun dari mobil dengan hati-hati, menggendong Gio yang sudah terlelap setelah diberi susu. Roy, sekretaris yang mengantarnya, melambaikan tangan sebelum mobil melaju pergi. "Terima kasih, Roy." "Sama-sama, Nona. Hati-hati." Naya melangkah masuk ke rumah dengan perlahan, berharap tidak membangunkan kakaknya, Tommy karena dia tadi pergi tanpa berpamitan dengan kakak nya. . Lampu rumah sudah padam, menandakan Tommy kemungkinan besar sudah tidur di dalam kamar. Ia menarik napas lega dan bergegas menuju kamarnya. Namun, nasib tidak berpihak pada nya malam itu. Klik! Lampu ruang tamu tiba-tiba menyala, memperlihatkan sosok Tommy yang duduk di sofa dengan ekspresi tajam. "Dari mana aja lu malam-malam bawa Gio keluar gak kasian sama anak lu?" tanyanya langsung. "Jangan bilang lu abis ketemu sama... dia." Naya terdiam, rasa bersalah menyelimuti

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Sakit Karena Terhalang Restu

    Tempat Peristirahatan RakaRoy tiba di sebuah lokasi tersembunyi jauh dari ibu kota, tempat di mana Raka, majikannya, bersembunyi dari tunangan nya dan orang tua nya. Namun, ia terkejut mendapati Bos kecil, Gio, sedang bermain riang di sofa bersama dua pembantu nya, Rini dan Yuni."Bagaimana Gio bisa ada di sini?" tanya Roy, bingung."Ah, payah sekali kamu, Sekretaris Roy," sindir Rinj sambil terkekeh. "Kami saja bisa membawa Gio dan Nona Naya ke sini dengan mudah. Kau kalah telak, bahkan oleh strategi sederhana kami!""Hah, cuma modal foto dan rayuan, kau tetap kalah. Sekarang kami jadi pahlawan!" timpal Yuni sambil menepuk bahu Roy dengan bangga.Roy menghela napas panjang, merasa usahanya sia-sia. "Astaga, manusia memang makhluk yang tak bisa diremehkan," gumamnya sambil melangkah menuju kamar Raka.Saat membuka pintu sedikit, Roy mengintip ke dalam. Di sana, Naya, wanita yang selama ini ingin dihindari Raka, justru tengah dud

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status