Beranda / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Bersama Dalam Ketakutan

Share

Bersama Dalam Ketakutan

Penulis: Ocki yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 12:32:19

Setelah beberapa hari berlalu, Naya mulai merasa lebih nyaman dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Meskipun terkadang masih ada rasa cemas yang datang menghampiri, Raka selalu berhasil menenangkannya dengan kata-kata dan perhatiannya yang tulus. Kehadiran Raka di sisi Naya, baik di saat senang maupun saat cemas, memberi rasa aman yang tak ternilai.

Pagi itu, Naya memutuskan untuk keluar dari rumah sejenak, berjalan-jalan di sekitar halaman rumah untuk menikmati udara segar. Raka, yang selalu peduli dengan kesehatannya, ikut menemaninya, meskipun Naya sempat berusaha menolak.

"Kenapa kamu nggak bisa biarkan aku berjalan sendiri, Raka?" Naya menatap Raka dengan senyum kecil, berusaha tegas meskipun hatinya merasa senang dengan perhatian yang diberikan.

"Karena aku ingin memastikan kamu baik-baik saja," jawab Raka sambil tersenyum. "Aku nggak akan jauh, aku hanya ingin kamu merasa nyaman."

Mereka berjalan bersama di se
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Persimpangan Cinta dan Bahaya

    Hari itu Rak sangat antusias. Ia mengajak Naya ke rumah sakit untuk melakukan USG, sebuah pembahasan yang sempat mencuat di kantor tadi pagi. Wajahnya berseri-seri, seperti anak kecil yang akan mendapatkan hadiah besar.Kini, mereka duduk di depan monitor, memperhatikan gambar janin yang tampil dalam bentuk 2D, hitam putih tanpa warna. Naya memiringkan kepala, mencoba memahami bentuk di layar tersebut.“Kok gak ada warnanya, Dok? Emangnya nanti dia lahir kayak film lama, hitam putih begitu?” Naya bergumam sambil menunjuk layar, membuat dokter dan Raka tersenyum kecut.“USG 3D atau 4D memang baru bisa dilakukan di usia kandungan yang lebih lanjut, Bu,” dokter perempuan itu menjelaskan sambil tetap tersenyum ramah. “Saat ini, kita baru bisa melihat bentuk dasar janin.”Naya mengangguk, lalu dengan nada usil berkata, “Terus, dia bakal punya rambut yang tebal kayak Raka gak, Dok? Soalnya Raka itu unik banget, ada tahi lalat di leher kayak peta pulau k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Tembakan Terakhir

    "Ke mana sebenarnya dia? Ini sudah jauh melewati jam makan siangku!" gumam Raka dengan nada kesal sambil melirik arlojinya yang sudah menunjuk ke angka dua.Ia melangkah mondar-mandir di ruang kerjanya, berulang kali memeriksa ponselnya. Pesan-pesan yang ia kirimkan tak juga mendapatkan balasan, dan panggilannya terus menerus dialihkan ke kotak suara."Naya pergi ke mana? Supirnya juga tak bisa dihubungi. Bukankah tadi mereka bilang sudah berangkat sejak pagi?"Raka merasakan gelombang emosi yang bercampur aduk. Awalnya ia hanya kesal karena perutnya mulai keroncongan, tetapi pikirannya mulai dirundung rasa cemas. Naya, wanita kesayangan yang sedang hamil anak nya, tak biasanya terlambat atau tak memberi kabar seperti ini."Astaga! Kalau terjadi sesuatu pada mereka—" Raka menghentikan langkahnya, menggertakkan rahangnya dengan panik. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semuanya baik-baik saja, tetapi pikirannya terus dihantui bayangan bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Dalam Luka menantikan kehidupan

    Usai tragedi memilukan itu, Naya dan Raka dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi yang sama-sama memprihatinkan. Raka berjuang di meja operasi, melawan maut akibat luka yang mengancam nyawanya, sementara Naya dirawat intensif dengan jiwa yang rapuh, tenggelam dalam bayang-bayang trauma yang menghantam tanpa ampun. Mereka terpisah di ruangan berbeda, masing-masing menghadapi luka yang tak terlihat dan tak terjamah. Naya, yang terpuruk dalam keputusasaan, ditemani oleh beberapa pengurus rumah tangga setianya: Rini, Yuni, dan Melisa, yang tak henti-hentinya menangis melihat kondisinya. Sementara itu, Raka, yang terbaring lemah dengan punggung yang terluka, dijaga dengan penuh kesetiaan oleh Roy, sang sekretaris, yang tak mampu menyembunyikan kesedihan di matanya. "Mbak, coba temui sekretaris Roy! Kita juga perlu tau apa yang terjadi sebenarnya!" seru Rini dengan suara gemetar, air matanya tak kunjung berhenti mengalir. Hatinya perih melihat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cinta Yang Terlupakan

    Di ruang tunggu rumah sakit yang penuh ketegangan, Naya duduk gelisah sambil meremas-remas ujung bajunya, sementara Roy berdiri di dekatnya dengan ekspresi waspada. Hati mereka penuh kecamuk, menanti hasil pemeriksaan dokter yang terasa seperti sebuah vonis yang menentukan segalanya. Semua penghuni rumah sudah berdatangan, wajah-wajah mereka mencerminkan harapan dan kecemasan yang sama. Namun, Roy sengaja merahasiakan kabar ini dari keluarga Raka. Bukan karena ia tidak peduli, tetapi karena ia tahu kehadiran mereka hanya akan menjadi api yang menyulut percikan konflik, sesuatu yang tidak mampu ditanggung oleh Naya, yang sudah terlalu rapuh dalam kondisinya saat ini. “Dok, bagaimana keadaannya sekarang?” suara Naya bergetar saat ia mendekati dokter yang baru saja keluar dari ruang perawatan Raka. "Pasien sudah sadar dari komanya, namun sebenarnya..." dokter itu terhenti, wajahnya tampak ragu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pengorbanan dalam Dusta

    Sementara itu, Yuni mendekati Raka dengan langkah ragu, namun sorot matanya penuh keberanian. "Pak, Anda melupakan seseorang yang sangat berharga lho!" katanya pelan, namun cukup menusuk. Rini, yang biasanya ceroboh, kini hanya bisa menatap dengan ekspresi sedih. Ia tak menyangka tuannya akan bertindak seperti ini. "Pak, masa yang ketembak punggung bisa bikin otak konslet? Jangan lupakan nona dong! Bahkan anak kalian sebentar lagi lahir!" katanya tanpa filter, suaranya bergetar antara emosi dan keprihatinan. Raka mendesah berat, menatap Yani dan Sasa dengan mata yang tampak letih, namun penuh tekad. "Maafkan saya... Saya harus melakukan ini. Saya gak melupakan nya, tidak terjadi apa-apa pada ingatan saya. Tapi, saya tidak punya pilihan lain." Yuni mengernyit, bingung sekaligus curiga. "Pak, maksud Anda apa? Kenapa Anda berpura-pura seperti ini?" Rak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Perpisahan Demi Keselamatan

    Pengorbanan yang Tersembunyi Pagi itu, Naya duduk di tempat tidurnya dengan pandangan kosong. Kata-kata Raka yang dingin masih terus terngiang di telinganya, membuat dadanya sesak. Dia menggenggam perutnya, mencoba mencari ketenangan dari anak yang sedang dikandungnya. Yuni masuk perlahan ke dalam kamar, membawa nampan berisi makanan. “Nona Naya, Anda harus makan. Demi bayi Anda,” katanya lembut, meski matanya menunjukkan rasa bersalah yang mendalam. Naya menatap Yuni dengan air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. “Yuni, kenapa dia berubah seperti ini? Apa aku melakukan kesalahan?” Yuni terdiam, hatinya terasa tercabik mendengar pertanyaan itu. Namun, dia tahu tidak bisa mengatakan kebenaran. Dia hanya menunduk dan berkata, “Mungkin Pak Raka hanya butuh waktu. Jangan terlalu memikirkan hal itu sekarang, Nona. Fokuslah pada kesehatan Anda.” Sementara itu, Roy berdiri di luar pintu kamar, menunggu Yuni ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Rangkaian Keputusan

    "Kenapa tempatnya begitu jauh sekali?" Naya, perempuan yang tengah hamil besar, menatap Roy dengan sorot mata penuh tanda tanya. Di hadapannya berdiri sebuah rumah mewah di tengah desa yang terpencil, jauh dari hiruk-pikuk kota. Rumah itu tampak megah dengan arsitektur klasik yang serupa dengan rumah besar Raka di kota, namun suasana di sekitarnya terasa lebih sunyi dan damai. "Ini adalah rumah pribadi milik Tuan Raka. Dulu, beliau sering tinggal di sini bersama mendiang istrinya saat liburan ke desa ini. Tempat ini penuh kenangan baginya, tetapi sekarang saya rasa ini tempat yang tepat untuk Anda beristirahat," jelas Roy sambil membuka pintu utama yang berukir indah. "Karena demi keselamatan Nona dan untuk menghindari ancaman dari Tuan Agara ayah nya tuan Raka, jadi saya membawa Anda ke sini. Mbak Yuni dan Mbak Rini akan menemani Anda selama tinggal di sini, setidaknya sampai persalinan tiba," tambahnya dengan nada penu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Rindu Yang Menyembuhkan

    Sudah lima hari Raka tampak gelisah, wajahnya kusut seperti tak bisa menemukan jalan keluar. Terkadang terdengar erangan kesal keluar dari bibirnya, memecah keheningan di rumah besar itu. Melisa, perempuan muda yang menjaganya, tak pernah lelah mencoba menenangkan. Namun, segala usahanya seolah sia-sia. Ethan tak kunjung tenang. Emosinya semakin menjadi-jadim "Minggir kau jangan menghalangi jalan ku!" bentak Raka, melepaskan tangan Melisa yang mencoba meraih lengannya. “Tuan, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Melisa lirih, tetapi Raka tak memedulikannya. Melisa tahu, majikannya itu seperti kesetanan. Pikirannya dipenuhi satu hal—rindu yang membuncah kepada seseorang, tetapi keadaan memaksanya untuk tetap tinggal di rumah. Namun, hari ini, kesabarannya habis. Ia tidak bisa lagi menahan kerinduan itu. Raka ingin menemui Naya, perempuan yang kini tengah mengandung anaknya. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Demi Adik

    Maria terduduk lemas di lantai ruangan kecil yang gelap. Dinding beton yang dingin seolah menghimpitnya dari segala arah. Tubuhnya yang berbalut gaun putih mahal tampak kontras dengan kondisi kumuh tempat itu. Air matanya sudah bercucuran sejak beberapa jam lalu, namun tangisannya tak kunjung mengundang simpati. “Bawa aku pulang... Aku mohon, aku tidak pantas berada di sini,” suaranya parau memecah kesunyian, namun hanya ditanggapi dengan tawa sinis dari sudut ruangan. Tommy, pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, duduk santai sambil merokok. Ia memperhatikan Maria yang terus mengiba seperti seorang hakim yang memutuskan hukuman bagi terdakwa. “Bawa pulang? Hah! Lucu sekali. Apa kamu pikir dunia ini akan berputar sesuai keinginanmu, Nona Besar?” katanya sambil menghembuskan asap rokok ke udara. Maria menatapnya dengan penuh kebencian, namun ia terlalu takut untuk berkata lebih. Seluruh tubuhnya gemetar, bukan hanya karena di

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Di Balik Gaun Pengantin

    "Jadi ini pilihanmu, Raja kamu pilih wanita miskin itu? Kau benar-benar memilih menghancurkan nama keluarga demi perempuan itu? Aku tahu kau sengaja membuat kegaduhan ini untuk mencoreng reputasi kita!" suara Agara menggelegar, memecah hening di ruang belakang gedung resepsi. Raka menatap ayahnya tajam. "Ayah selalu bicara tentang reputasi, tapi pernahkah Ayah memikirkan perasaan aku? Aku sudah bertahan selama ini, memenuhi permintaan Ayah untuk menikah dengan Maria, padahal hati aku nggak pernah ada di sana. Sekarang aku nggak akan pura-pura lagi!" seru Raks, suaranya bergetar penuh emosi. "Kau pikir hidup ini hanya soal cinta? Jangan bodoh, Raja hanya karena cinta! Kau anak satu-satunya, penerus keluarga. Semua ini demi masa depanmu!" Agara mendekat dengan langkah tegas, namun Raka tak bergeming. "Masa depan apa, Ayah? Masa depan yang diatur sepenuhnya oleh Ayah? Aku bukan anak kecil lagi yang harus sering diatur oleh mu, Ayah! Aku ingi

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pernikahan yang Hilang di Tangan Takdir

    Pernikahan yang Gagal Total Pagi itu, udara cerah di langit kota mengiringi persiapan pesta pernikahan mewah. Rencana pernikahan ini sudah disusun selama berbulan-bulan, memastikan semuanya berjalan sempurna. Namun, siapa sangka, hari yang seharusnya menjadi momen terindah justru berubah menjadi mimpi buruk. Di atas motor batangan yang terparkir di pinggir jalan sepi, seorang perempuan bergaun pengantin duduk dengan tangan yang terikat. Raut wajahnya menunjukkan campuran amarah, ketakutan, dan frustasi. Di depannya, seorang pria berkaus hitam lusuh tengah menatapnya dengan santai, seolah semua ini hanyalah permainan baginya. “Cepet turun!” bentak pria itu. “Enggak mau! Lepasin aku!” balas perempuan itu, sambil mencoba melepaskan tali yang mengikat tangannya. “Kenapa? Gaunmu nyangkut apa? Buruan turun dari motor gue, atau gue seret!” ancam pria itu sambil terkekeh kecil.

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pernikahan yang Tertunda

    Hari yang Sempurna Berubah Petaka Pagi itu, Maria tampak sibuk berdandan di sebuah kamar rias mewah. Segala sesuatu di ruangan itu memancarkan kemewahan: cermin besar berbingkai emas, lampu-lampu kristal menggantung, dan rak penuh peralatan kosmetik dari merek-merek ternama. Di tengah ruangan, Maria duduk anggun di kursi rias, dikelilingi oleh energi yang sibuk dan mendesak. Maria selalu menginginkan yang terbaik—tidak ada kata "biasa" dalam hidupnya. Dari kecil, semua hal yang ia miliki selalu wah, dan kini, di hari pernikahannya, ia ingin memastikan semua mata tertuju hanya padanya bak seorang Ratu. “Ihh, kayaknya warna bibir ku terlihat pucat, deh? Kelihatan kayak orang sakit, terus ini bayangan hidung ketipisan. Kenapa alis ku ini warna hitam kan aku ingin nya warna coklat! Katanya MUA profesional, mahal pula!” gerutunya sambil melirik hasil kerja MUA-nya yang tampak kewalahan. MUA itu, seorang wanita cantik dengan sik

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Kesepakatan di Ujung Amarah

    Titik Balik di Hari Pernikahan Pagi itu, Tommy mengesampingkan segala urusan pekerjaannya. Dengan amarah yang menggelegak, ia menyalakan motornya dan melaju menuju kediaman Raka. Tekadnya sudah bulat—ia ingin menuntut keadilan untuk adiknya tercinta, Naya, yang selama ini terpaksa menanggung cinta bertepuk sebelah tangan pada pria itu. Sesampainya di depan gerbang megah kediaman Raka, Tommy berteriak keras tanpa peduli lingkungan sekitar. “ETHAN! KELUAR LO, DASAR BRENGSEK, BAJING*N!” Kegaduhan itu membuat beberapa orang keluar dari rumah, termasuk Yuni dan Rini, dua pelayan Raka yang saat itu sudah mengenakan kebaya rapi. Mereka hendak pergi ke gedung pernikahan, tetapi terpaksa berhenti melihat kekacauan di depan mata. “Itu kakaknya nona Naya, kan?” bisik Rini pada Yuni. “Iya! Tapi kok berani-beraninya dia datang ke sini? Kita harus apa, nih?” Yuni balas bertanya, bingung melihat suasana semak

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pernikahan Tanpa Cinta

    Hari yang Tidak Ditunggu Raka Selama dua minggu terakhir, Raka berusaha keras menahan diri untuk tidak mencari Naya. Larangan keras dari kakaknya, Naya, membuat hubungan mereka semakin sulit. Namun, rasa rindunya pada Naya tidak kunjung surut, meskipun ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan berbagai cara. Tanpa kehadiran Naya di sisinya, Raka memutuskan untuk fokus memulihkan kesehatannya. Ia tahu bahwa ia harus kuat, karena hanya dengan kekuatan itu ia bisa melawan perjodohan dengan Maria, wanita yang sama sekali tidak ia cintai. Kini, waktu berjalan tanpa kompromi, dan dua minggu pun berlalu. Hari yang ditakuti Raka akhirnya tiba — hari pernikahannya. Namun, tidak ada kebahagiaan yang terpancar di wajahnya. Ia hanya berdiri di depan pintu kamar nya, ditemani Roy, sekretarisnya yang setia. “Tuan Raka, Anda terlihat luar biasa hari ini,” ujar Roy sambil tersenyum, mencoba menyu

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Cinta Yang Dirindukan

    Villa Raka: Menanti Tamu yang Tak Kunjung Datang Di villa mewahnya, Raka masih menunggu dengan harap-harap cemas. Ia berharap Naya, wanita yang sudah lama menghilang dari hidupnya, akan datang. Namun, Roy, sekretaris pribadinya, yang ia utus untuk menjemput Naya, ternyata kembali dengan tangan hampa. "Tuan, makan dulu. Tidak baik membiarkan perut kosong terlalu lama. Kalau tidak, nanti malah masuk rumah sakit," ujar Yuni, pelayan setianya, sambil menyodorkan sepiring makanan. "Makan saja, Tuan. Jangan sampai nanti kami harus menyuapi Anda di ranjang rumah sakit," tambah Rini, pelayan lainnya, sambil tertawa kecil. Raka mendengus kesal. "Kalian berdua ini mau aku sehat atau mau aku mati? Bicara seenaknya saja!" Namun, ia tidak benar-benar marah. Sudah biasa baginya menghadapi tingkah konyol para pelayannya itu setiap hari. Tepat saat suasana menjadi sedikit canggung, pintu villa t

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Larangan Keras Yang Menyakitkan

    Larut di Antara Pilihan Naya turun dari mobil dengan hati-hati, menggendong Gio yang sudah terlelap setelah diberi susu. Roy, sekretaris yang mengantarnya, melambaikan tangan sebelum mobil melaju pergi. "Terima kasih, Roy." "Sama-sama, Nona. Hati-hati." Naya melangkah masuk ke rumah dengan perlahan, berharap tidak membangunkan kakaknya, Tommy karena dia tadi pergi tanpa berpamitan dengan kakak nya. . Lampu rumah sudah padam, menandakan Tommy kemungkinan besar sudah tidur di dalam kamar. Ia menarik napas lega dan bergegas menuju kamarnya. Namun, nasib tidak berpihak pada nya malam itu. Klik! Lampu ruang tamu tiba-tiba menyala, memperlihatkan sosok Tommy yang duduk di sofa dengan ekspresi tajam. "Dari mana aja lu malam-malam bawa Gio keluar gak kasian sama anak lu?" tanyanya langsung. "Jangan bilang lu abis ketemu sama... dia." Naya terdiam, rasa bersalah menyelimuti

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Sakit Karena Terhalang Restu

    Tempat Peristirahatan RakaRoy tiba di sebuah lokasi tersembunyi jauh dari ibu kota, tempat di mana Raka, majikannya, bersembunyi dari tunangan nya dan orang tua nya. Namun, ia terkejut mendapati Bos kecil, Gio, sedang bermain riang di sofa bersama dua pembantu nya, Rini dan Yuni."Bagaimana Gio bisa ada di sini?" tanya Roy, bingung."Ah, payah sekali kamu, Sekretaris Roy," sindir Rinj sambil terkekeh. "Kami saja bisa membawa Gio dan Nona Naya ke sini dengan mudah. Kau kalah telak, bahkan oleh strategi sederhana kami!""Hah, cuma modal foto dan rayuan, kau tetap kalah. Sekarang kami jadi pahlawan!" timpal Yuni sambil menepuk bahu Roy dengan bangga.Roy menghela napas panjang, merasa usahanya sia-sia. "Astaga, manusia memang makhluk yang tak bisa diremehkan," gumamnya sambil melangkah menuju kamar Raka.Saat membuka pintu sedikit, Roy mengintip ke dalam. Di sana, Naya, wanita yang selama ini ingin dihindari Raka, justru tengah dud

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status