Semua Bab Jebakan Cinta Sang Pewaris : Bab 151 - Bab 160

190 Bab

Chapter 151

"Ini juga?" Aldrich bertanya seraya mengangkat sebungkus wagyu beef slice dari rak pendingin yang berembun. Plastik bening membungkus potongan daging yang tersusun rapi, memperlihatkan warna merah segarnya dengan marbling lemak putih yang menggoda.Valerie melirik sebentar, lalu mengangguk. "Ambil saja, kita bisa buat yakiniku atau mungkin steak nanti."Mereka berada di bagian produk segar sebuah swalayan mewah, tempat deretan daging premium tersusun dengan pencahayaan yang menonjolkan kualitasnya. Biasanya, kulkas di mansion Aldrich selalu diisi oleh kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas persediaan bahan makanan. Namun, setelah pulang kerja tadi, Valerie bersikeras ingin berbelanja sendiri.Aldrich, tentu saja, menuruti keinginannya dengan senang hati."Kau benar-benar ingin memasak untukku, huh?" Aldrich tersenyum kecil, melangkah mendekati Valerie yang tengah memilih sayuran.Valerie meraih satu ikat asparagus hijau, menggenggamnya sejenak untuk memastikan kesegarannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Chapter 152

Setibanya di mansion, Aldrich membawa masuk kantong-kantong belanjaan ke dapur, sementara Valerie melepaskan sepatu hak tingginya, merasa lebih santai setelah seharian bekerja. Mansion itu terasa hangat dan nyaman, dengan pencahayaan yang redup dan aroma samar kayu manis dari lilin aroma terapi yang selalu menyala di sudut ruang tamu.“Rasanya lebih nyaman dibanding kantor,” gumam Valerie seraya meregangkan lengannya.Aldrich yang baru saja masuk dari dapur menatapnya dengan senyum geli. “Jangan terlalu betah. Bisa-bisa kau enggan pulang ke apartemenmu.”“Meskipun aku menyukai itu.”Valerie mendengus, melangkah ke dapur di mana kantong-kantong belanjaan masih tertata di meja marmer. Dia menggulung lengan blazer-nya, lalu mulai mengeluarkan bahan-bahan yang mereka beli satu per satu.Aldrich melipat tangannya, bersandar di ambang pintu dapur, mengamati Valerie yang terlihat serius menyusun daging, sayuran, dan keju ke dalam kulkas.“Padahal nona besar kita ini jarang sekali memasak. T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Chapter 153

“Aldrich, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.”Valerie baru saja selesai mandi, tubuhnya masih terasa hangat dari uap air. Ia mengenakan piyama satin berwarna hitam dengan potongan dada rendah, dihiasi renda halus yang membingkai lekuk tubuhnya dengan anggun. Bahan kain yang lembut membalut kulitnya, membiarkan sebagian bahunya terekspos dengan elegan. Rambutnya yang masih setengah basah menjuntai ke samping, meneteskan sisa air yang menggelitik leher jenjangnya.Ia berjalan mendekati sofa di mana Aldrich duduk, masih mengenakan pakaian kantor yang tampak sedikit kusut setelah seharian bekerja. Di pangkuannya, laptop terbuka dengan grafik-grafik keuangan yang terus bergerak. Matanya terpaku pada layar, alisnya sedikit berkerut tanda tengah berpikir keras.Namun, saat Valerie semakin dekat, Aldrich akhirnya mendongak. Pandangannya langsung tertuju pada sosok wanita itu, dan seketika senyuman miring terukir di wajahnya.“Wow, kau tak sedang menggodaku, kan?” tanyanya dengan nada m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

Chapter 154

“Jadi, apa rencanamu?” tanya Aldrich, suaranya terdengar tenang, tetapi ada ketegangan terselubung di matanya.Valerie menghela napas panjang sebelum menggeleng. "Aku belum tahu.”Aldrich menutup matanya sejenak, lalu menatap Valerie lekat-lekat. “Aku yang akan mengurusnya.”Mata Valerie langsung berbinar, sorotnya penuh harapan. “Kau serius?”Aldrich mengangguk. “Setelah mendengar rencana mereka, aku tahu mereka ingin menjebakmu dengan beberapa foto. Tapi…” Ia menatap Valerie lebih dalam, seakan mencari sesuatu di matanya. “Apa kau benar-benar pernah berfoto mesra dengan Charlos?”Jantungnya berdegup lebih cepat. Sebenarnya, ia tak yakin ingin mendengar jawabannya. Namun, ia tetap bertanya—seolah ingin memastikan sesuatu.Valerie mendengus sambil melotot. “Aku bukan orang mesum. Tentu saja tidak!” jawabnya tegas.Sudut bibir Aldrich berkedut, menahan senyum kemenangan yang hampir saja terbit. Dadanya terasa lebih ringan, tetapi ia tak ingin menunjukkan perasaannya terlalu jelas.“Su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Chapter 155

"Uh…" Valerie membuka mulut, tetapi tidak ada kata yang keluar. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, tetapi detik berikutnya, Aldrich sudah berjalan mendekat."Sedang menungguku?" suara Aldrich terdengar dalam dan serak, sedikit bergetar di udara.Valerie menelan ludah. "A-aku… aku… tidak," sahutnya tergagap, membuat Aldrich langsung menyipitkan mata.Pria itu menyeringai kecil, lalu bersandar di sisi ranjang dengan tangan terlipat di dada. "Kenapa kau gugup?" tanyanya dengan nada penuh selidik."A-aku tidak gugup!" Valerie cepat-cepat menyangkal, tetapi wajahnya mulai memanas.Aldrich mengangkat alis, lalu mengulurkan tangan, menyentuh dagu Valerie dengan ujung jarinya. Sentuhan ringan itu cukup untuk membuat tubuh Valerie menegang."Hmm… kau terlihat seperti seseorang yang sedang menyembunyikan sesuatu." Suara Aldrich semakin dalam, penuh nada godaan.Valerie semakin panik. "Aku—aku hanya… lelah!" katanya buru-buru, lalu menarik selimut, mencoba menyembunyikan wajahnya yang pasti su
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Chapter 156

Valerie menahan napasnya. Napas Aldrich begitu dekat, menyapu lembut permukaan kulitnya, membuat dadanya naik turun tidak teratur.“Kau mengganggu tidurku,” suara Aldrich terdengar serak, nyaris seperti gumaman.Valerie refleks mengulum bibirnya. “M—maaf, aku tidak bermaksud...”Dia berusaha menarik tangannya, tetapi cengkeraman Aldrich tetap erat, menahan pergelangan tangannya dengan mudah. Mata pria itu masih menatapnya, tajam dan dalam, seolah bisa membaca isi hatinya.Detik berikutnya, tanpa peringatan, Aldrich membalikkan tubuhnya, membuat Valerie terkesiap saat kini dirinya berada di bawah pria itu.“A—Aldrich... apa yang kau lakukan?” tanyanya tergagap, jantungnya berpacu cepat.Aldrich tidak menjawab. Tatapannya turun ke bibir Valerie, sebelum kembali menatap matanya dengan intensitas yang membuat tubuh Valerie menegang.Valerie kembali mengulum bibirnya, berusaha menenangkan diri. “Dengar... aku tidak berniat melakukannya denganmu malam ini,” katanya terbata.Senyuman miring
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Chapter 157

“Huh!”Valerie berpegangan pada tepian bathtub, mencoba menenangkan detak jantungnya yang menggila. Begitu Aldrich melangkah keluar, ia buru-buru mengunci pintu kamar mandi, seolah itu bisa menghentikan efek pria itu terhadapnya. Tapi percuma. Wajahnya masih terasa panas, pipinya memerah seperti habis terbakar.“Aku bisa gila jika begini terus,” gumamnya sambil memukul dadanya pelan, seolah itu bisa menenangkan debaran yang tak terkendali.Akhir-akhir ini, ia seakan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Pesona Aldrich bukan hanya mengetuk, tapi mendobrak masuk ke dalam hatinya, mengacaukan segalanya.Valerie menghela napas dalam, lalu perlahan menenggelamkan tubuhnya ke dalam air hangat. Namun, bukannya menenangkan, pikirannya malah melayang ke sosok Aldrich. Cara pria itu menatapnya, suara seraknya yang dalam, dan bagaimana jari-jari pria itu sempat menyentuh dagunya, meninggalkan sensasi panas yang masih tertinggal.Valerie menggigit bibirnya. Sial. Dia bahkan masih bisa membaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Chapter 158

Valerie merasakan sentuhan ringan di bahunya, begitu halus namun menciptakan sensasi panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Aldrich tidak terburu-buru. Jemarinya yang besar dan hangat bergerak perlahan, menelusuri bahu telanjang Valerie dengan kelembutan yang membuat napasnya tercekat.“Apa kau selalu seharum ini setelah mandi?” suara Aldrich berbisik di dekat telinganya, begitu rendah dan berat hingga membuat tengkuk Valerie meremang.Lalu, sebelum ia sempat berpikir, Aldrich menundukkan kepalanya. Valerie bisa merasakan deru napas pria itu di kulitnya. Aldrich menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam, seakan tengah menikmati wangi sabun yang masih melekat di kulit Valerie.Membuat Valerie menegang. Jari-jarinya mencengkeram erat handuk di tangannya, mencoba mencari pegangan untuk tetap berdiri tegak."A—Aldrich..." suaranya hampir tidak terdengar, setengah tercekat antara gugup dan sesuatu yang lebih dalam yang bahkan tidak berani ia akui.Tapi Aldrich tidak menjawab. Ia hanya terse
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-01
Baca selengkapnya

Chapter 159

Pagi itu, Valerie duduk di meja kerjanya dengan kepala yang terasa penuh. Ia menyesap kopinya perlahan, berusaha mengusir sisa panas yang masih mengendap dalam tubuh dan pikirannya. Namun, tidak peduli seberapa keras ia mencoba fokus pada pekerjaannya, bayangan Aldrich terus menghantuinya.Ciumannya. Tatapannya. Suaranya yang dalam saat mengucapkan kata-kata penuh godaan.“Hah....”Valerie menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan dirinya. Ia tidak boleh terbawa suasana. Ia harus tetap profesional di kantor.Tapi suasana kantor pagi ini terasa sedikit berbeda.Beberapa rekan kerja yang biasanya ramah tampak berbisik-bisik sambil meliriknya. Beberapa bahkan menatapnya dengan tatapan sinis.Valerie mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang aneh.Hingga akhirnya, Lara, menghampirinya dengan ekspresi canggung.“Kau sudah dengar?” tanyanya pelan.Valerie mengerutkan kening. “Dengar apa?”Lara menggigit bibirnya, tampak ragu sebelum akhirnya berbisik, “Ada gosip yang beredar tent
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

Chapter 160

“Mau ke mana?” suara Aldrich terdengar tenang, tetapi sorot matanya penuh perhatian.Valerie menghela napas panjang, lalu menggeleng lemah. Di mata Aldrich, wanita itu tampak rapuh, meskipun sebelumnya mereka sudah menduga rencana Charlos hari ini.Dengan gerakan lembut, Aldrich mengangkat tangannya, membelai bahu Valerie. Sudut bibirnya tertarik tipis, membentuk senyuman yang seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.Valerie menatapnya, hatinya berdesir. Ingin rasanya ia membiarkan dirinya larut dalam pelukan Aldrich, merasakan kehangatan yang pria itu tawarkan. Namun, ia menahan diri.“Tidak perlu dipikirkan. Biar aku yang urus. Ayo kembali,” kata Aldrich mantap.Valerie mengangguk pelan, lalu berjalan berdampingan dengannya. Saat melewati Alicia, wanita itu menatapnya tajam, bibirnya melengkung penuh penghinaan.“Dasar wanita murahan,” gumamnya, cukup lantang untuk didengar.Langkah Valerie terhenti seketika. Namun sebelum ia sempat bereaksi, Aldrich sudah lebih dulu berbalik, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status