Share

Chapter 159

last update Last Updated: 2025-03-02 23:14:58

Pagi itu, Valerie duduk di meja kerjanya dengan kepala yang terasa penuh.

Ia menyesap kopinya perlahan, berusaha mengusir sisa panas yang masih mengendap dalam tubuh dan pikirannya. Namun, tidak peduli seberapa keras ia mencoba fokus pada pekerjaannya, bayangan Aldrich terus menghantuinya.

Ciumannya. Tatapannya. Suaranya yang dalam saat mengucapkan kata-kata penuh godaan.

“Hah....”

Valerie menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan dirinya. Ia tidak boleh terbawa suasana. Ia harus tetap profesional di kantor.

Tapi suasana kantor pagi ini terasa sedikit berbeda.

Beberapa rekan kerja yang biasanya ramah tampak berbisik-bisik sambil meliriknya. Beberapa bahkan menatapnya dengan tatapan sinis.

Valerie mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang aneh.

Hingga akhirnya, Lara, menghampirinya dengan ekspresi canggung.

“Kau sudah dengar?” tanyanya pelan.

Valerie mengerutkan kening. “Dengar apa?”

Lara menggigit bibirnya, tampak ragu sebelum akhirnya berbisik, “Ada gosip yang beredar tent
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 160

    “Mau ke mana?” suara Aldrich terdengar tenang, tetapi sorot matanya penuh perhatian.Valerie menghela napas panjang, lalu menggeleng lemah. Di mata Aldrich, wanita itu tampak rapuh, meskipun sebelumnya mereka sudah menduga rencana Charlos hari ini.Dengan gerakan lembut, Aldrich mengangkat tangannya, membelai bahu Valerie. Sudut bibirnya tertarik tipis, membentuk senyuman yang seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.Valerie menatapnya, hatinya berdesir. Ingin rasanya ia membiarkan dirinya larut dalam pelukan Aldrich, merasakan kehangatan yang pria itu tawarkan. Namun, ia menahan diri.“Tidak perlu dipikirkan. Biar aku yang urus. Ayo kembali,” kata Aldrich mantap.Valerie mengangguk pelan, lalu berjalan berdampingan dengannya. Saat melewati Alicia, wanita itu menatapnya tajam, bibirnya melengkung penuh penghinaan.“Dasar wanita murahan,” gumamnya, cukup lantang untuk didengar.Langkah Valerie terhenti seketika. Namun sebelum ia sempat bereaksi, Aldrich sudah lebih dulu berbalik, m

    Last Updated : 2025-03-03
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 161

    Valerie menelan ludah, suaranya nyaris berbisik saat bertanya, “Kau lihat videonya?”Aldrich mengembuskan napas panjang sebelum menipiskan bibirnya. Tatapannya tak lepas dari Valerie, seolah memastikan wanita itu tidak goyah. “Ya, aku melihatnya.” Dia berhenti sejenak, lalu mengangkat bahu dengan ekspresi acuh. “Dan kau tahu? Tubuh pria dalam video itu sangat menyedihkan. Sama sekali tidak menarik. Itu jelas editan murahan.”Valerie yang awalnya tegang tak bisa menahan diri untuk terkekeh kecil. “Kau...” ia memukul ringan dada Aldrich, tapi wajahnya kini lebih rileks.Namun, momen itu tak berlangsung lama. Getaran ponsel di meja kerja Aldrich memecah keheningan. Nama Henry terpampang di layar, membuat Aldrich langsung mengangkatnya tanpa ragu.“Bicara,” perintahnya tegas.Suara Henry terdengar di seberang, tajam dan penuh kepastian. “Tuan, semua berita dan foto editan telah berhasil dihapus dari sebagian besar platform. Kami juga telah melacak IP pengirim anonim yang menyebarkannya

    Last Updated : 2025-03-03
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 162

    Valerie menatap bakinya yang sudah hampir penuh. Nasi putih mengepul di sisi kiri, bersebelahan dengan ayam panggang berbalut saus madu yang mengilap. Ada juga tumis sayuran segar yang berwarna cerah, tahu goreng keemasan, dan sup bening yang masih mengepulkan uap.“Ah, Bibi, ini sudah terlalu banyak,” ujar Valerie dengan canggung.Sejak video dan foto editan tentang dirinya tersebar pagi ini, suasana di kantor berubah. Tatapan penuh bisik-bisik dan gumaman halus mengikutinya ke mana pun ia pergi. Beberapa orang terang-terangan menghindarinya, sementara yang lain menatapnya seakan-akan ia adalah sosok yang harus dikasihani—atau justru dijauhi.Namun, Bi Asih berbeda. Wanita paruh baya yang bekerja di katering kantor itu justru memperlakukannya lebih hangat dari biasanya.“Jangan sungkan. Kau butuh makan yang banyak,” kata Bi Asih sambil tersenyum lembut. “Kalau kurang, kau bisa tambah lagi. Mau coba ini juga?” tangannya menunjuk ke arah akar lotus yang tersaji di dalam nampan kecil.

    Last Updated : 2025-03-04
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 163

    Alicia menelan ludah, tapi entah mendapat keberanian dari mana, dia tetap mendongakkan dagunya. Meski wajahnya sedikit pucat, bibirnya masih melengkung sinis.“Pak Aldrich benar-benar membela dia?” Alicia tertawa kecil, meski terdengar dipaksakan. “Apa karena dia tidur denganmu juga? Atau Bapak juga tertipu dengan wajah polosnya?”Kantin kembali dipenuhi gumaman tertahan. Beberapa orang bahkan saling bertukar pandang, tidak percaya Alicia benar-benar berani mengatakan itu di depan Aldrich.Mata Aldrich semakin menggelap. Rahangnya mengatup keras, tapi ia tetap berdiri tegak, menatap Alicia seolah gadis itu bukan siapa-siapa.“Ulangi,” ucapnya rendah.Alicia menggigit bibirnya, tapi masih mencoba mempertahankan sikap. “Kenapa? Bapak tak mau mengakuinya? Dia wanita murahan! Bahkan sebelum video itu beredar, semua orang tahu bagaimana dia mendekati pria kaya demi keuntungan pribadi.”Aldrich mendekat satu langkah, membuat Alicia refleks mundur.“Kau ingin bicara soal harga diri, Alicia?

    Last Updated : 2025-03-04
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 164

    Ruangan kantin masih dipenuhi bisikan ketika Aldrich kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih santai, tetapi tetap menusuk.“Oh, hampir lupa,” ucapnya sambil melirik ke arah tiga teman Alicia yang tadi ikut menghina Valerie. Tatapan matanya tajam, seperti elang yang baru saja menemukan mangsanya.Ketiga wanita itu menegang seketika. Salah satunya mencoba mengalihkan pandangan, seolah berharap Aldrich akan melewatkan mereka. Namun, sia-sia.“Aku juga tidak bisa membiarkan orang-orang yang suka menyebarkan fitnah dan menjatuhkan orang lain tetap bekerja di perusahaanku,” lanjut Aldrich, suaranya semakin menekan. “Jadi, kalian bertiga—” Ia menggerakkan jarinya, menunjuk satu per satu. “—juga dipecat. Hari ini juga.”Ketiga wanita itu terkejut. Salah satu dari mereka mencoba membela diri. “Tapi Pak Aldrich, kami tidak melakukan apa-apa! Itu semua ide Alicia!”“Oh? Jadi kalian hanya pengikut buta?” Aldrich menatap mereka dengan senyum dingin. “Lebih buruk lagi. Perusahaan ini t

    Last Updated : 2025-03-05
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 165

    Kabar bahwa Valerie adalah tunangan Aldrich sekaligus pewaris tunggal EliteCrop yang tengah belajar mandiri menyebar seperti api di antara para karyawan. Bisikan demi bisikan terdengar di berbagai sudut kantor, mulai dari kantin, ruang kerja, hingga lorong-lorong yang biasanya dipenuhi obrolan ringan.“Jadi, selama ini dia bukan sekadar sekretaris biasa?” bisik salah satu karyawan dengan ekspresi tak percaya.“Astaga, pantas saja Pak Aldrich begitu melindunginya. Aku kira dia hanya favorit atasan, ternyata…”“EliteCrop itu perusahaan teknologi besar, kan? Berarti dia lebih dari sekadar pewaris—dia bisa saja punya kuasa lebih besar dari Pak Aldrich suatu hari nanti!”Mereka yang sebelumnya memandang rendah Valerie kini mulai merasa canggung. Beberapa karyawan yang sempat bergosip buruk tentang Valerie kini merasa was-was. Mereka bertukar pandang dengan gelisah, bertanya-tanya apakah Aldrich akan mengingat siapa saja yang pernah meremehkan tunangannya.Sementara itu, Valerie tetap menj

    Last Updated : 2025-03-06
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 166

    Dalam ruangan yang remang-remang, Charlos duduk di belakang mejanya, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan kayu dengan ritme lambat. Wajahnya datar, tetapi sorot matanya menyiratkan ketidakpuasan.“Rencana kita gagal,” katanya dengan suara rendah, menelepon seseorang.Di seberang sana, Jennifer tengah duduk santai di sebuah salon mewah. Wanita itu meniup lembut kukunya yang baru saja dihiasi nail art berkilauan, seolah apa yang dikatakan Charlos bukan masalah besar.“Kalau begitu, jalankan rencana kedua,” ujar Jennifer santai, suaranya terdengar seperti mendikte. “Aku ragu kali ini Valerie akan lolos.”Senyum tipis muncul di sudut bibir Charlos. Tanpa menanggapi lebih lanjut, ia menutup panggilan itu secara sepihak. Jemarinya kini bertaut, sementara tatapannya meredup penuh obsesi.“Kau harus kembali padaku, Valerie,” gumamnya pelan. “Jika tidak, maka tak akan ada yang bisa memilikimu.”Sementara Valerie baru saja menyusun laporan terakhirnya hari itu. Berkas-berkas sudah tertata rapi,

    Last Updated : 2025-03-07
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 167

    Mobil mewah Aldrich melaju mulus di sepanjang jalan utama, meninggalkan pusat kota yang sibuk. Valerie bersandar di jok penumpang, sesekali melirik ke luar jendela, mencari sesuatu.“Aldrich, berhenti di situ,” ujarnya tiba-tiba, matanya berbinar melihat gerobak cendol pinggir jalan.Aldrich mengerutkan kening, melirik ke arah yang dimaksud Valerie. Di sana, seorang penjual cendol tua tengah sibuk melayani pelanggan dengan mangkuk plastik berisi es serut hijau, santan, dan gula merah kental. Motor-motor terparkir sembarangan di sekitar gerobak, beberapa orang duduk di bangku kayu, menyeruput minuman mereka dengan puas.Dahi Aldrich semakin berkerut. “Di sana?” tanyanya, terdengar tidak yakin.“Iya,” Valerie mengangguk penuh semangat. “Aku mau cendol dari bakul itu.”Aldrich menekan rem perlahan, tetapi tak segera menepikan mobilnya. Tatapannya kembali ke Valerie, kali ini dengan ekspresi skeptis. “Kau yakin? Kita bisa pergi ke restoran atau kafe yang menjual cendol lebih bersih dan

    Last Updated : 2025-03-08

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 174

    Aldrich bersandar ke sofa, menatap api yang berkobar di perapian sebelum akhirnya berbicara."Tentang yang terakhir kali, aku masih menunggu jawabanmu. Kalau-kalau kau berubah pikiran."Valerie menoleh, menatapnya dengan alis bertaut. "Apa maksudmu?"Aldrich tersenyum miring, sorot matanya tajam namun tetap tenang. "Pernyataan cintaku. Aku tahu kau merasakannya sama seperti aku. Jadi, berhentilah berpura-pura bahwa itu tidak terjadi. Jangan terus-terusan menolak aku."Valerie membuka mulut, hendak membantah, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Karena di lubuk hatinya, ia tahu Aldrich benar.Dan perasaan yang ia rasakan saat ini juga nyata.Namun, ia menepisnya. "Kau mungkin salah mengartikannya, Aldrich. Bisa saja perasaan itu hadir karena kita menjadi partner ranjang. Itu hanya sesaat."Entah sudah berapa kali Valerie mengatakan itu.Membuat Aldrich menghela napas pelan, lalu mengalihkan pandangannya ke perapian. Ekspresinya tidak berubah, tetapi Valerie bisa merasakan ketegangan y

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 173

    Valerie tahu ia harus mundur. Ia harus menjauh sebelum semuanya semakin tak terkendali. Tapi ketika Aldrich semakin mendekat, ketika matanya yang tajam menatap bibirnya seolah meminta izin tanpa kata, Valerie justru tetap diam.Tidak ada keraguan. Tidak ada kecanggungan.Lalu, bibir Aldrich menyentuhnya—hangat, lembut, dan begitu pasti.Ciuman itu bukan tuntutan, bukan juga sesuatu yang tergesa-gesa. Aldrich menciumnya dengan tenang, seakan memberi waktu bagi Valerie untuk menyadari apa yang sedang terjadi. Sentuhannya dalam, tapi tidak mendesak. Seolah ia ingin Valerie merasakan setiap sensasi, setiap getaran yang muncul dari sentuhan mereka.Dan Valerie? Ia membalas.Tanpa sadar, jemarinya yang tadinya mengepal di dada Aldrich kini melonggar, jemari kecilnya merayap naik, menyentuh leher pria itu, lalu berhenti di belakang tengkuknya. Ia tidak menarik Aldrich lebih dekat, tapi juga tidak mendorongnya pergi.Aldrich menangkap isyarat itu dengan cepat. Ciumannya semakin dalam, lebih

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 172

    "Letakkan saja, biar aku yang membersihkan sisanya," kata Aldrich saat melihat Valerie bersiap membereskan piring dan peralatan makan mereka.Namun, bukannya menurut, Valerie justru tetap berdiri di tempatnya. "Kau sudah memasak. Biar aku yang membersihkannya." Ia mengerucutkan bibir, menunjukkan ketidaksetujuannya.Aldrich hanya meliriknya sekilas sebelum dengan sigap mengambil piring dari tangan Valerie. "Kau duduk saja," ujarnya tegas, lalu membawa semua peralatan makan ke wastafel.Tapi tentu saja, Valerie tidak mau diam begitu saja. Ia justru mengikuti Aldrich sampai ke wastafel, memperhatikannya dengan penuh rasa ingin tahu.Aldrich, tanpa menghiraukannya, mengambil celemek hitam yang tergantung di samping lemari dapur, lalu mengenakannya dengan gerakan terlatih. Ia juga menyarungkan sepasang sarung tangan karet sebelum mulai mencuci piring dengan telaten. Jemarinya yang biasanya tampak garang saat mengetik di laptop atau menggenggam setir mobil, kini dengan luwes menggosok set

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 171

    “Kau ingin melihat kamarmu?”Suara Aldrich yang dalam menyadarkannya dari lamunannya. Valerie menoleh, menemukan pria itu sudah berdiri di dekat tangga dengan ekspresi tenang, tetapi matanya tetap mengamati Valerie dengan cermat.Valerie mengangguk pelan, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang merayapi dirinya. Ia mengikuti Aldrich menaiki tangga lebar yang terbuat dari kayu gelap dengan pegangan besi berukir. Langkah mereka nyaris tidak bersuara di lantai kayu, menciptakan suasana yang semakin sunyi.Setibanya di lantai atas, Aldrich membuka salah satu pintu di sisi kiri koridor. Valerie melangkah masuk dan langsung terdiam.Kamar itu lebih besar dari apartemennya.Tempat tidur berukuran king dengan seprai putih bersih berada di tengah ruangan, berhadapan langsung dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan hutan di kejauhan. Ada sofa kecil di sudut ruangan, serta meja kerja yang terlihat simpel namun elegan.Dibandingkan dengan kemewahan yang dingin di mansion Aldrich, ruang

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 170

    Mobil melaju dengan kecepatan stabil di jalanan yang semakin lengang. Valerie yang awalnya masih tegang, perlahan mulai menyadari sesuatu. Jalanan yang mereka lalui bukanlah rute menuju apartemennya, juga bukan ke mansion Aldrich.“Kita ke mana?” tanyanya, menoleh pada Aldrich dengan alis berkerut.Aldrich tetap menatap ke depan, wajahnya tanpa ekspresi. “Tempat yang lebih aman.”Valerie merasakan firasat aneh menyelusup ke dalam dirinya. “Tapi apartemenku—”“Sudah tidak aman,” potong Aldrich tegas. “Juga mansionku. Charlos bukan orang bodoh. Jika dia cukup berani mengikutiku sejauh ini, dia pasti punya mata-mata yang memantau setiap pergerakanku.”Valerie menggigit bibirnya, pikirannya berputar. “Lalu ke mana kau membawaku?”Aldrich akhirnya menoleh sekilas ke arahnya, sebelum kembali fokus pada jalan. “Villaku.”Valerie mengerjap. “Villa?”Aldrich mengangguk. “Di luar kota, jauh dari pemukiman. Hanya sedikit orang yang tahu keberadaannya, dan tidak ada yang bisa menemukanmu di sana

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 169

    “Kita meninggalkan mobil ini di sini?” Valerie bertanya pelan.Aldrich mengangguk. “Ya, biarkan mereka mengikuti yang salah.”Bawahan Aldrich segera membawa mobil lama mereka pergi ke arah yang berbeda, seolah mereka masih ada di dalamnya. Sementara itu, Aldrich dan Valerie sudah berada di kendaraan baru, melaju ke arah lain.Di kejauhan, Charlos yang masih memantau melalui sistem pelacakan mulai menyeringai.“Aku tahu kau cerdas, Aldrich.” Ia berbisik, matanya menatap titik bergerak di layar ponselnya.Namun, senyumannya perlahan memudar ketika ia menyadari sesuatu yang aneh. Mobil yang ia lacak tiba-tiba bergerak ke arah yang tidak masuk akal.Charlos mengerutkan kening. “Tunggu… Apa ini?”Dalam hitungan detik, titik tersebut berhenti di satu lokasi. Lalu—hilang.Charlos mengumpat. Ia baru sadar—Aldrich telah mengelabuinya. Charlos membanting ponselnya ke dashboard dengan frustrasi. Rahangnya mengeras, matanya menatap kosong ke arah jalanan yang kini terasa semakin gelap di bawah ba

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 168

    Dari dalam mobil dengan kaca gelap yang terparkir di seberang jalan, Charlos mengamati pemandangan di depannya dengan rahang mengatup keras. Jemarinya mengepal di atas pahanya, sementara matanya tak lepas dari sosok Valerie yang tertawa lepas di samping Aldrich."Cih... Lihat kau sekarang, Valerie," gumamnya dengan nada penuh kebencian. "Bersama pria yang bahkan tidak seharusnya ada di sisimu."Charlos menyandarkan tubuhnya ke jok mobil, menekan dahinya dengan ibu jarinya sementara pikirannya berkecamuk. Ia sudah memperhitungkan banyak hal, tetapi satu hal yang tidak ia duga adalah betapa cepatnya Aldrich mengambil alih posisi di hati Valerie. Seharusnya, wanita itu masih terluka dan rentan setelah pengkhianatannya dulu.Harusnya, Valerie kembali padanya.Harusnya, Valerie tidak bisa bahagia dengan pria lain."Kau pikir kau sudah menang, Aldrich?" gumamnya rendah, bibirnya menyeringai tipis. "Aku tidak akan diam saja melihat ini."Charlos lalu meraih ponselnya dan membuka pesan dari

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 167

    Mobil mewah Aldrich melaju mulus di sepanjang jalan utama, meninggalkan pusat kota yang sibuk. Valerie bersandar di jok penumpang, sesekali melirik ke luar jendela, mencari sesuatu.“Aldrich, berhenti di situ,” ujarnya tiba-tiba, matanya berbinar melihat gerobak cendol pinggir jalan.Aldrich mengerutkan kening, melirik ke arah yang dimaksud Valerie. Di sana, seorang penjual cendol tua tengah sibuk melayani pelanggan dengan mangkuk plastik berisi es serut hijau, santan, dan gula merah kental. Motor-motor terparkir sembarangan di sekitar gerobak, beberapa orang duduk di bangku kayu, menyeruput minuman mereka dengan puas.Dahi Aldrich semakin berkerut. “Di sana?” tanyanya, terdengar tidak yakin.“Iya,” Valerie mengangguk penuh semangat. “Aku mau cendol dari bakul itu.”Aldrich menekan rem perlahan, tetapi tak segera menepikan mobilnya. Tatapannya kembali ke Valerie, kali ini dengan ekspresi skeptis. “Kau yakin? Kita bisa pergi ke restoran atau kafe yang menjual cendol lebih bersih dan

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 166

    Dalam ruangan yang remang-remang, Charlos duduk di belakang mejanya, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan kayu dengan ritme lambat. Wajahnya datar, tetapi sorot matanya menyiratkan ketidakpuasan.“Rencana kita gagal,” katanya dengan suara rendah, menelepon seseorang.Di seberang sana, Jennifer tengah duduk santai di sebuah salon mewah. Wanita itu meniup lembut kukunya yang baru saja dihiasi nail art berkilauan, seolah apa yang dikatakan Charlos bukan masalah besar.“Kalau begitu, jalankan rencana kedua,” ujar Jennifer santai, suaranya terdengar seperti mendikte. “Aku ragu kali ini Valerie akan lolos.”Senyum tipis muncul di sudut bibir Charlos. Tanpa menanggapi lebih lanjut, ia menutup panggilan itu secara sepihak. Jemarinya kini bertaut, sementara tatapannya meredup penuh obsesi.“Kau harus kembali padaku, Valerie,” gumamnya pelan. “Jika tidak, maka tak akan ada yang bisa memilikimu.”Sementara Valerie baru saja menyusun laporan terakhirnya hari itu. Berkas-berkas sudah tertata rapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status