Beranda / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab PLAYBOY KENA BATUNYA: Bab 41 - Bab 50

118 Bab

Bab 41

Perjalanan menuju ke Gunung Everest, dilakukan oleh Katon dan Morgan di hari yang sama mereka melakukan packing. Katon memilih perjalanan menuju Yangon kemudian terbang ke Kathmandu. Total mereka menghabiskan 12 jam perjalanan. Katon memilih memulai pendakian Gunung Everest melalui Kathmandu. Setelah itu, ia dan Morgan akan menjalani perjalanan yang panjang untuk mencapai titik awal pendakian di Lukla. Selama perjalanan, mereka akan melewati dan menginap di beberapa kota kecil seperti Namche Bazaar, Tengboche, dan Gorak Shep. Ada dua rute yang umum dipilih oleh pendaki untuk mencapai puncak Gunung Everest, yaitu Jalur Utara dan Jalur Selatan. Katon memilih jalur selatan dimulai dari Nepal dan masuk ke Tibet via Puncak Tinggi. Jalur ini adalah jalur paling populer karena lebih mudah diakses dan memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan Jalur Utara. Namun, rute ini juga memiliki tantangan tersendiri, seperti pengaruh ketinggian yang berlebihan dan kemacetan di jalur penda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 42

“Oi, Foxie! Kau akan satu tim dengan Katon dan Morgan!” Umanga kembali berteriak. Baik Katon dan Morgan mencari-cari sang pemilik nama. Seorang wanita mengenakan jaket tebal berwarna putih merespon Umanga. Ia memutar tubuh menghadap pria Nepal itu. Hoodie jaketnya yang tidak ia kenakan, membuat Katon dan Morgan bisa melihat kepala wanita tersebut. Ia memiliki wajah mungil tetapi bergaris tegas. Bintik imut menghias wajahnya, bukan mengotori malah membuatnya tampak manis. Rambutnya berwarna merah, dibiarkan panjang melewati bahu dan sekarang berkibar dengan indah, sewarna dengan api unggun Katon. “Shit! Wanita! Mana nolak kampret ini!” maki Morgan pelan jadi hanya Katon yang mendengar. Bukan Umanga. Katon mengulum senyumnya. “Keton? Siapa dia?" Foxie berjalan dan menghampiri kemah Katon dan Morgan. Langkahnya tegas dan mantap meski harus melewati salju yang menjebak kaki. Dari ketebalan pakaiannya, Katon bisa mengira kalau Fey Foxie memiliki tubuh langsing semampai. “Orang apa kau? N
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 43

“Dead Zone Puncak Everest. Kita harus menaklukan dua puncak sebelum tiba di Hillary Step. The Balcony dan South Summit. Kandungan oksigen di area ini hanya sepertiga dari yang ada di permukaan laut. Dan, berlama-lama di area ini akan berakibat fatal. Belum lagi suhu udara yang mencapai sering mencapai minus 30 derajat.” Katon tiba-tiba bersuara. Ketua tim penyelamat menatap ke arah Katon. “Benar.” “Mereka terjebak tadi siang, bukan? Berapa lama waktu mereka bisa bertahan sebelum cairan mulai merendam paru-parunya? Apakah cukup waktu kita untuk menyelamatkan dua orang itu?” tanya Morgan. “Mereka punya stok bahan bakar untuk melelehkan es dan menghangatkan diri selama sehari. Pada ketinggian 26.000 kaki saat ini, mereka memang terancam edema paru. Mereka bisa mati dalam waktu 12 jam. Dari perhitungan masa awal bencana dan logistik mereka, kita punya waktu 36 jam tersisa untuk menyelamatkan.” Bob Langley—Sang kepala tim penyelamat menjawab pertanyaan Morgan. “Kalian bahkan tidak bisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 44

Katon dan Morgan keluar dari tenda mereka dan bergegas menuju ruang kendali sebelum Subuh. Mereka bersiap bersama dua tim yang dipimpin Fey dan Umanga. Masing-masing tim akan diantar oleh helikopter terpisah. Katon menyalami tangan pilot helikopter timnya yang ternyata ia kenal. “Apa kabar, Kareem?” “Sehat. Aku hanya mendengar selentingan kau ada di base camp bersama Morgan. Senang akhirnya bisa bertemu,” balas Kareem ramah. Pria Pakistan beragama Islam itu memiliki wajah bercambang yang teduh dan menenangkan. “Yeah, sayang sekali kami harus meninggalkan liburan yang menyenangkan. Semua serba ada di base camp, penginapan mewah, makanan lezat.” Morgan tiba-tiba mengomel. Jelas satir, mana ada penginapan mewah dan makanan lezat di base camp. Semua tinggal di tenda dan makan makanan dalam bentuk instant. “Cuaca yang panas dan pengap, radang nyaman yang mulaimenjalaripantatku.” Katon ikutan satir mengomel. Kareem melihat ke arah mereka dengan tatapan teduhnya. Senyum tipis mengulas di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 45

“Oke, man?” kekeh Morgan sambil meninju bahu Katon. “Dia yang memukul, dia juga yang akan menciumnya malam ini.” Katon bersungut sambil membetulkan letak ranselnya. Morgan tertawa ketika mereka mulai berjalan mengikuti Fey dan dua anggota lain. “Bagus! Dengan begitu aku yakin kita akan selamat dari misi ini,” kekeh Morgan. Setelah melangkah beberapa menit. Regu mereka tiba di persimpangan. Fey yang bernapas pendek-pendek karena tipisnya oksigen, membuka kacamata salju dan mulai memindai arah. “Kita lewat jalur barat dan biarkan Morgan bersama Keith dan Simon menyusuri jalur mushroom,” kata Katon yang muncul di sebelah Fey. Wanita itu memandang dengan tatapan benci. “Hei! Kau tetap pimpinan regu. Aku hanya memberikan jalan terbaik. Ini bukan soal hierarki kepemimpinan, Nona. Umanga mengajakku untuk alasan jelas. Dia tahu aku paham area ini.” Katon berujar sambil mengangkat tangan dan mengarahkan telapaknya ke Fey Foxie. “Dia benar, Fey. Pilihan terbaik. Tetapi, tetap saja kami a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 46

Katon menatap heran ke walkie-talkie di tangannya. Apa Morgan jadi gila di atas ketinggian 26.000 kaki? Mengapa tiba-tiba mengigau kalau ia yang menghubungi. “Kenapa? Ada apa?” Fey yang agak jauh di depan Katon, bertanya dengan napas satu-satu karena udara tipis. “Morgan ....” Belum selesai Katon berbicara, kembali walkie-talkie meneriakkan suara Morgan. [Ulangi! Rob Hall ada di KKT Selatan] “Shit! Fey, kita harus memotong lewat Death Zone Two!” Katon memasukkan walkie-talkie dan menggebah langkah berbelok ke kanan. Ia dan Fey sedikit lagi mencapai Anvil. Ternyata Rob Hall sudah bergeser ke KKT Selatan. Entah apa yang terjadi. Apakah ia turun sendiri atau terseret angin. Katon melangkah lebar-lebar dan Fey mengikutinya dengan tangkas. Di sisi gunung yang lain, Morgan bersama dua tim medis mulai menuruni Jalur Mushroom dan berbelok ke kiri menuju KKT Selatan. Jika tepat waktu, mereka akan tiba beberapa saat setelah Katon dari sisi atas. “Cepat!” sengal Morgan. Mereka bergerak cep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 47

Morgan dan timnya semakin mendekati KKT Selatan. Selama berjalan, ia terus melekatkan walkie talkie ke telinganya guna memantau suara Rob Hall yang lemah. Selain mengulang-ulang nama dan posisinya, ada satu kalimat dari Rob Hall yang membuat Morgan merasa sedih. Ucapan selamat tinggal dari Rob Hall untuk istri tercintanya. “Tidurlah dengan baik, Sayangku. Tolong jangan terlalu khawatir.“ Dua kalimat mudah, tetapi diucapkan dengan susah payah. Suara Rob Hall lemah, terputus-putus dan tersengal kekurangan udara. Morgan memperkirakan Rob Hall sudah mengalami hipotermia dan halusinasi. Ia mempercepat langkah. Di belakangnya, Keith dan Simon melakukan hal yang sama. KKT Selatan adalah sebuah lereng miring perpaduan antara tebing dan tumpukan salju. 100 kaki dari sana, Morgan bisa melihat tubuh meringkuk di bawah cerukan tebing, seolah sang pemilik tubuh berusaha bersembunyi dari kerasnya alam sekitar. “Kau melihatnya?” tanya Morgan pada Keith yang ada di belakangnya. “Jelas seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 48

Morgan tetap tergantung sampai dengan gemuruh dan luruhan salju lenyap. Dengan bagian dalam siku mengait tali, tangannya menyingkirkan masker oksigen dengan kasar. “Kalian oke?!” teriaknya melawan angin. Kepada dua tubuh tergantung di bawahnya. Dua jawaban oke yang samar dirasa cukup oleh Morgan. Morgan memakai kembali maskernya dengan susah payah, ia tidak boleh tiba-tiba pingsan karena kurangnya oksigen, di tengah situasi seperti ini. Morgan mengumpulkan kekuatan pada kedua tangan dan mulai merayap naik masuk ke cekungan bekas tempat jenazah Rob Hall. Lalu mulai menahan tali agar Keith dan Simon bisa berusaha menggapai dinding tebing dan ikut merayap naik. Perlu usaha yang berat dan lama sampai ketiganya tiba kembali di tebing awal sebelum mereka jatuh. Kali ini lebih berat karena mereka dibebani rasa bersalah, tidak bisa menyelamatkan Rob Hall. Dan kecemasan kembali hadir ke hati Morgan. Katon dan Fey tidak pernah tiba di KKT Selatan. Apakah mereka juga mengalami kendala seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 49 (Warning 21+)

“Terima kasih,” bisik Fey pelan. Mereka sedang berjalan di luar, melewati beberapa tenda pendaki. Suasana menjelang malam membuat sekitarnya tidak terlalu ramai. “Hm. Maaf? Kau berkata sesuatu? Angin menerpa telingaku cukup keras, Fey,” ujar Katon sambil menundukkan kepala agar wajahnya sejajar dengan Fey Foxie. Wanita itu tersenyum simpul. Katon tertawa pelan dan berbicara, “Terima kasih kembali, Foxie. Dan jangan merasa terbebani karena tidak dapat menyelamatkan korbanmu. Seperti yang aku bilang ketika kita di atas sana. They’re not dying, they are all dead.” Katon berbicara lembut sambil mengelus punggung Fey Foxie. Katon bisa merasakan punggung wanita itu melemas di tangannya. Dari yang semula tegang karena terbebani misi yang tidak berhasil. Mereka masih menyusuri jalanan yang tertutup salju dan sedikit menurun. Katon bermaksud membantu langkah Fey, khawatir wanita itu akan terpeleset. Tetapi, wanita itu bisa melangkah dengan baik. “Kau mau tinggal? Aku punya dhal bat dan say
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

Bab 50

Katon masih bertahan memeluk Fey setelah pelepasan mereka. Meringkuk berdua dengan posisi snuggled spoon, Fey berbaring miring dengan nyaman dan Katon memeluk dari belakang. Selimut anti hipotermia menutup sempurna di atas separuh tubuh mereka yang terbungkus sleeping bag. “Sungguh luar biasa,” bisik Fey sambil mengelus tangan Katon yang lengannya ia pakai sebagai bantal. “Terima kasih, Nona Adams,” balas Katon memanggil nama keluarga Fey Foxie dengan hormat. Wanita itu tertawa ringan. “Kau! Playboy kampung, ‘kan?” Fey, setengah berbalik dan mendorongkan ujung jari telunjuk kanan ke dada Katon. Bukan untuk mengusir, tapi menggodanya. Katon menangkap tangan Fey yang ujung jarinya masih melekat di kulit dada dan menggenggam tangan itu. Makin meletakkan telapak Fey ke dada kekarnya. “Nona! Kau menyakiti hatiku. Aku tinggal di kota, Nona. Bukan di kampung,” keluh Katon tetapi tidak melepaskan pelukan. Tangannya yang lain malah merambah ke area sensitif Fey yang tertawa dengan ucapan p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status