Beranda / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab PLAYBOY KENA BATUNYA: Bab 21 - Bab 30

118 Bab

Bab 21

“Ngomong seperti itu di depan Bu Rose, berani?” tantang Icha yang sudah berdiri di depan pintu kantor Rosalind. “Tentu saja! Kenapa tidak?” tandas Katon. “Saya yang tidak berani, Mas. Silakan masuk, Ibu menunggu di dalam.” Icha membukakan pintu sambil tersenyum manis. Katon dan Morgan melewati Icha, Morgan menyempatkan mengangguk sopan ketika melewati Icha yang dibalas dengan senyum tak kalah sopan. “Kamu sudah pernah tidur dengannya, ya?” tuduh Morgan. Mereka masih berjalan melintasi lorong panjang yang kanan kirinya adalah taman sebelum memasuki kantor Rosalind. “Tuduhan atau tebakan?” “Analisa dari bahasa tubuh kalian berdua!” “Hanya sekali, Morg.” “Brengsek!” maki Morgan pelan karena Katon sudah membuka pintu ke ruangan kerja Rosalind. “Mawarku,” sapa Katon. Rosalind sedang berdiri di depan meja kerjanya sambil berbicara melalui telepon. Ia meluruskan lengan dan menaikkan jari telunjuknya pertanda ia mau Katon diam dan tidak menganggu. Sangat tegas dan mendominasi. Postur
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

Bab 22

Baik Katon maupun Morgan reaksinya sama. Rosalind bisa merasakan penolakan Katon. Ia duduk bersandar sambil melipat tangan. Sedari tadi Rosalind bicara sambil mencodongkan tubuhnya ke arah dua pria di depannya. Sangat mirip Andrew Wijaya Collins di masa muda jika tertarik atau serius akan sesuatu. “Yang aku minta supaya kamu habisi bukan orang baik, Mas. Sebagai ketua sindikat, ia tidak ragu melukai anak-anak dan wanita untuk mengintimidasi petani-petaniku.” Nada suara Rosalind penuh emosi. “Kenapa tidak menyuruh tentara bayaranmu?” tanya Katon. “Oooh, tidak bisa. Mereka harus terlihat baik dan melindungi petaniku maupun keluarga mereka. Tentara bayaranku juga harus memiliki alibi ketika ketua sindikat laknat tersebut ditemukan tewas!” tukas Rosalind. “Oke! Tentu saja ini adalah hal baik, Katon! Mengirim satu bajingan ke neraka dan membuat dunia yang lebih indah,” kata Morgan penuh semangat. Katon memincingkan mata ke arah Morgan. Ia mengenali sesuatu. Morgan kelihatan sekali menc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Bab 23

Katon mengikuti langkah wanita itu sambil membelenggu pencopetnya. Dan mereka menyerahkan ke pos polisi terdekat. Baik Katon maupun wanita itu, harus melalui prosedur pelaporan pencopetan berdua. Sebagai korban dan saksi. Keduanya diminta nomor ponsel utk penyelidikan lebih lanjut. Saat itulah Katon mengetahui nama wanita penolongnya. Ratih Ayu Putraningtyas. Tepat dugaan Katon, ia seorang wanita Jawa tulen. Setelah melalui pelaporan berdua, mereka keluar dari pos polisi secara bersama-sama. Katon mengeluarkan ponsel dari kantung dan bermaksud menghubungi Stella. Betapa terkejutnya Katon ketika ia baru menyadari kalau ponselnya mati dan kacanya retak. Memang selama proses pemeriksaan dan laporan kepolisian, Katon tidak perlu mengeluarkan ponsel karena ia menyerahkan kartu nama saja. "Crap!" Maki Katon pelan. Wanita di sebelahnya menatap datar. Katon kesal karena tidak bisa menghubungi Stella. “Maaf.” “Tidak apa, Pak” ujar wanita tersebut. Katon memasukkan ponsel rusaknya kembali ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Bab 24

Katon terbangun di pagi buta, seperti kebiasaannya. Ruangan sekitarnya remang-remang, hanya berdasarkan nyala lampu tidur yang redup di sisi tempat tidur. Stella masih tertidur di atas dada dan memeluknya. Rambut pirang gelap wanita itu bertebaran di bahunya. Katon menghela napas perlahan dan berusaha membebaskan diri sehalus mungkin. Stella ikut menarik napas seiring gerakan Katon dan berpindah. Tetapi tidak terbangun. Wanita itu bergeser dan berbalik membelakangi Katon untuk melanjutkan tidurnya.Katon duduk dan mengusap wajahnya. Bisa-bisanya ia bermalam dengan Stella malah memimpikan Ratih. Wanita itu terus-terusan tersenyum ke arahnya di dalam mimpi. Sesekali mengerling dengan sudut mata bikin jantung Katon ajrut-ajrutan tak karuan. Rambut Ratih yang ditemuinya semalam diikat dalam satu ikatan dibelakang leher, tetapi dalam mimpinya, Ratih menggerai rambutnya. Dan tipikal rambut Ratih adalah kesukaan Katon. Hitam legam, panjang dan tebal. Hanya Arini, satu-satunya wanita yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

Bab 25

Segitiga Emas adalah kawasan di bagian utara Asia Tenggara yang meliputi Myanmar, utara Laos dan bagian utara Thailand. Disebut ‘emas’ karena kekayaan kawasan ini berasal dari emas hitam atau opium. Kawasan ini merupakan pengeluar candu serta heroin yang paling utama di Asia Tenggara.Desa Loi Chyaram terletak di Utara Negara Bagian Shan, Myanmar dan berbatasan dengan China di utara, Laos di sebelah timur, dan Thailand di selatan. Negara Bagian Shan adalah rumah bagi beberapa kelompok etnis, termasuk Shan, Bamar, Han-Chinese, Wa, Lisu, Danu, Intha, Lahu, Ta’ang, Pa-O, Taungyo, India, dan Gurkha.Di sinilah Katon dan Morgan berada. Dikenal karena keindahan alam dan keanekaragaman hayatinya. Desa ini dikelilingi oleh hutan hijau subur dan perbukitan. Ada sebuah kuil terkenal di sini, Kuil Chyaram, yang merupakan kuil Buddha yang berasal dari abad ke-11.Mereka baru saja turun dari sebuah bus tua yang penuh sesak dan berjalan terseok sejak dari Yangon. Kini keduanya berdiri di tepi ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

Bab 26

Ternyata malam di Desa Loi Chyaram sangat indah. Karena penerangan yang terbatas dan belum merata. Sebagian rumah masih memakai lampu minyak, sedangkan rumah yang ditinggali katon dan Morgan sudah lebih baik karena menggunakan lampu petromax. Dan di luar yang seluruhnya gelap gulita, jadi menampakkan kunang-kunang di atas ilalang. Seolah ingin menyaingi, di langit terang dengan milyaran bintang. Bahkan Morgan yang sedang kesal pun, tidak bisa mengabaikan kesederhanaan yang terasa indah ini. “Jadi, tidak bete lagi?” tanya Katon ketika mereka makan malam bersama. “Hm. Di luar sangat indah, Ton. Tapi di dalam kok mengerikan ya?” bisik Morgan. Katon mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Mereka sedang makan malam bersama penduduk lokal yang merupakan petani Rosalind dan keluarganya. Sebagian lagi adalah Jeremy dan anak buahnya yang kebanyakan bule seperti Morgan. Yang sahabat Katon katakan sebagai mengerikan adalah keberadaan tentara bayaran Rosalind yang ternyata orang-orang Gurkha. Mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

Bab 27

Rabu masih dua hari lagi. Mau tidak mau Katon dan Morgan harus menunggu. Katon sepertinya tidak bermasalah dengan aktifitas yang melibatkan air dan kamar mandi. Morgan yang sebal. Pria besar itu mengerang ketika bangun di pagi hari dan tubuhnya memberi alarm untuk buang hajat. “Sial!” umpatnya kesal. Ia bergerak keluar dari kantung tidurnya. Ya, Morgan mengikuti jejak Katon dan memilih bergelung di dalam kantung tidur ketimbang tidur bersisian dengan sesama pria di atas tempat tidur kayu. “Ton. Ton. Aku mau ke kamar mandi,” bisiknya sambil mengguncang tubuh Katon pelan. “Mana ada. Ke sungai sana.” Suara Katon teredam dan terdengar serak. “Ya itu maksudku!” desis Morgan jengkel Katon mendengus tertawa tetapi ia bangun juga untuk menemani sahabatnya. “Kau ini aneh. Kau tidak masalah ketika harus buang air besar di gunung. Apa bedanya, sih?” omel Katon dalam bisikan. “Hei, kunyuk. Di gunung alam liar. Beda! Di sini, sungai dikelilingi lingkungan penduduk! Dengar? Lingkungan pendudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 28

“Kampret!! Kalau bercukur aku juga ganteng, dasar Myint tidak tahu diuntung!” Morgan mengejar Myint yang sudah melesat duluan dengan ditatap heran oleh Katon. Selepas makan pagi, Katon dan Morgan menyempatkan diri untuk memerika senapan dan teropong mereka. Jeremy hanya muncul sesaat dan meletakkan dua SIG Sauer P226 beserta amunisinya. “Kalau kalian kehilangan senapan,” katanya sebelum meninggalkan Katon dan Morgan lagi. “Wah!” Myint melompat ke arah mereka, mendekati meja dan berusaha meraih senjata api yang ditinggalkan Jeremy. “Woohoo! Pemuda, jaga tanganmu!” Katon memperingatkan Myint. Ia baru saja menepis tangan Myint yang akan meraih pistol. “Kenapa, Pak. Kan tidak ada pelurunya?” tanya Myint heran. Katon yang merenggut SIG Sauer P226 yang nyaris diraih Myint, menatap curiga ke remaja itu. “Dari mana kamu tahu tidak ada pelurunya?” tanya penuh selidik. Myint tertawa. “Pak! Itu kan masih baru. Pelurunya di sana.” Myint menjawab sambil menunjuk kotak peluru yang juga diting
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-18
Baca selengkapnya

Bab 29

“Seshtun sava?” Seorang pria berbadan tinggi besar yang muncul di belakang pria pertama, bertanya dengan nada dingin. Sepertinya ia heran, temannya mendadak berhenti dan mendongak ke atas. Katon, Morgan dan Myint menahan napas. Katon bisa melihat orang-orang berpakaian lusuh di bawah, kesemuanya membawa senjata laras panjang di punggung mereka. Mereka berjalan menyebar dengan jarak tertentu. Selain dua orang yang berhenti dan mendongak, kawanan yang lain masih berjalan pelan dengan mata waspada. “Badnestha Wad rethu derepali sishkuteh,” jawab si pria yang mendongak ke atas pohon. Ia mencurigai daun-daun yang jatuh ketika tidak ada angin menerpa. “Iwasudusuke,” Myint menegang dan Katon bisa merasakannya. Remaja itu bisa Bahasa Pashto. Katon meremas bahu Myint untuk menenangkannya. Myint menoleh ke arah Katon, matanya memancarkan ketakutan. Wajah Katon meneduh dan memberitahu pemuda ini, semua akan baik-baik saja. “Deguliu manging sola makawe!” teriak pria lain dari belakang dua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 30

“Sanca, Ton.” Morgan yang menjawab. Katon menarik napas lega. Setidaknya Sanca tidak berbisa. Ia membunuh mangsa dengan membelit hingga tewas. “Great! Siapkan diri kalian kalau bertemu kawanan lain, kita harus bergerak cepat bersembunyi di balik belukar. Berdoa saja tidak ketemu sanca.” Kalimat Katon disetujui oleh Morgan dan Myint dengan mengangguk. Untungnya, mereka tidak bertemu lagi dengan kawanan manusia atau hantu model apapun. Di sebuah persimpangan, Myint akhirnya memberitahu. Bahwa sekarang saatnya berpisah dengan aliran sungai dan menaiki bukit. Markas Than Shwe berada di balik bukit yang akan mereka daki. Katon segera mengisi botol air minum milik Morgan. Sedangkan miliknya yang sudah kehilangan tutup, tidak bisa lagi digunakan. Jadi, ia menyimpannya di dalam ransel. “Kita harus berhemat air, Myint. Berapa lama lagi perjalanan hingga tiba di markas Than Shwe?” tanya Katon sebelum mereka beranjak mendaki bukit. “Lewat tengah malam, Pak. Mau berlari?” tawar Myint. Katon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status